Masjid Kedondong di Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), merupakan salah satu peninggalan dari Raden Said atau biasa dikenal sebagai Sunan Kalijaga. Di masjid ini tersimpan sebuah tongkat yang dipercaya milik tokoh wali songo tersebut.
Sayang, kini tongkat itu sudah raib digondol maling. Seperti apa kisahnya?
Namanya adalah Masjid Kedondong. Namun, masyarakat setempat biasa menyebutnya Masjid Sunan Kalijaga.
Disebut demikian karena masjid yang terletak di Dusun Semaken I, Kalurahan Banjararum, Kapanewon Kalibawang, ini dulunya dibangun oleh Sunan Kalijaga lewat perantara Adipati Terung. Adipati Terung yang juga dijuluki Panembahan Bodho itu tak lain adalah murid Sunan Kalijaga.
Masjid Sunan Kalijaga berdiri pada 1477 Masehi yang berarti usianya sekarang sudah menginjak 545 tahun. Karena umurnya sudah berabad-abad, maka bangunan masjid telah beberapa kali direnovasi. Terakhir renovasi besar-besaran dilakukan pada 1990.
Benda cagar budaya yang masih lestari di masjid ini di antaranya empat saka guru, bedug, mustaka, pohon angsana, serta bangunan sumur tua sebagai sumber air untuk wudu sekaligus penopang kehidupan masyarakat sekitar.
Sejatinya terdapat satu lagi benda kuno yang seharusnya masih tersimpan di masjid ini, yaitu sebuah tongkat yang dipercaya milik Sunan Kalijaga.
Sayangnya, tongkat bersejarah itu sudah lama hilang. Musababnya dicuri oleh orang tak bertanggung jawab.
Ketua Takmir Masjid Sunan Kalijaga, Muhammad Jayari menuturkan peristiwa hilangnya tongkat Sunan Kalijaga itu terjadi sekitar 10 tahun lalu atau tahun 2012. Jayari sendiri adalah orang pertama yang tahu bahwa tongkat sarat sejarah itu lenyap dari tempat penyimpanan.
"Waktu itu saya cek di dalam, kok sudah enggak ada. Saya cari di sekitar juga enggak nemu," kata Jayari saat ditemui di lokasi masjid, Kamis (7/4/2022).
Setelah cukup lama mencari, Jayari dan sejumlah jemaah masjid yang turut dalam pencarian itu justru mendapati tongkat lain, yang diduga sengaja ditaruh oleh si pencuri di tempat penyimpanan untuk menggantikan tongkat aslinya.
"Nah pas nyari itu, adanya malah tongkat yang hampir mirip sama aslinya, tapi ini adalah tongkat palsu karena bentuknya jelek. Jadi kemungkinan ini memang sengaja ditukar," ujarnya.
Pada akhirnya Jayari memutuskan untuk menghentikan pencarian. Pengurus takmir dan beberapa jemaah kemudian dikumpulkan. Mereka lalu berunding, yang hasilnya memutuskan legawa atas lenyapnya tongkat tersebut dan tidak melapor ke pihak berwajib.
"Sebenarnya ya berat sih, karena ini benda bersejarah peninggalan Sunan Kalijaga, tapi ya mau gimana lagi. Karena sudah hilang, kami ikhlaskan saja, dan enggak laporan ke polisi," tuturnya.
Jayari menjelaskan tongkat asli peninggalan Sunan Kalijaga itu biasanya digunakan khatib dalam ibadah salat Jumat. Adapun tongkat ini memiliki panjang sekitar 120 cm, berwarna hitam dan berbahan kayu dengan kualitas premium. Untuk jenis kayunya sendiri, Jayari mengaku kurang tahu.
"Kalau yang asli itu saya kurang tahu pakai jenis kayu apa ya, tapi yang pasti kualitasnya sangat bagus dan awet," ujarnya.
Jayari menuturkan, tongkat Sunan Kalijaga ini dulunya pernah digunakan sebagai senjata oleh tokoh masyarakat setempat pada masa penjajahan Belanda. Masyarakat sekitar percaya bahwa tongkat ini memiliki kesaktian yang tidak bisa dijelaskan dengan nalar.
"Kalau dari cerita orang-orang dulu, tongkat itu pernah dipakai sama Lurah daerah sini untuk ikut perang. Sampai akhirnya disimpan di masjid ini," jelasnya.
Untuk mengenang hilangnya tongkat Sunan Kalijaga, jemaah Masjid Kedondong membuat replika tongkat tersebut. Tongkat tiruan ini menggunakan bahan kayu sonokeling yang dipasangi besi khusus di bagian bawahnya.
"Kalau sekarang kita pakainya tongkat yang ini, buat mengabadikan aja," tutup Jayari.
(ahr/rih)