Berbagai cara dilakukan warga Kulon Progo untuk memeriahkan bulan suci Ramadan. Salah satunya dengan menghiasi lingkungan masjid dengan lampion berwujud ubur-ubur.
Hiasan unik ini bisa dijumpai di lingkungan Masjid Al-Fatah, Dusun Gembongan, Kalurahan Sukoreno, Kapanewon Sentolo. Setidaknya ada ratusan lampion dari ukuran kecil hingga besar terpasang menghiasi setiap sudut jalan masuk hingga area masjid tersebut.
Umumnya lampion, ornamen ini juga bisa menyala terang sehingga membuat kondisi lingkungan sekitar terasa ramai. Tak sedikit masyarakat yang sengaja datang hanya untuk berfoto dengan latar lampion ubur-ubur ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pembina Karang Taruna dan Rismas Masjid Al-Fatah, Wahyu Adi Prabowo, mengatakan ubur-ubur dipilih jadi ornamen karena terinspirasi kalimat yang belakangan viral di internet, yakni Ubur-ubur ikan lele.
![]() |
"Jadi sebenarnya ini mengacu pada tren di media sosial yaitu ubur-ubur ikan lele, nah yang kita ambil di sini ubur-uburnya, karena yang biasanya bercahaya kan ubur-ubur. Dan tema kita sekarang ubur-ubur ikan lele, Ramadan sudah tiba le," ucapnya saat ditemui di lokasi, Sabtu (1/3/2025).
Wahyu mengatakan pembuatan lampion ubur-ubur ini juga jadi media pemersatu jamaah Al-Fatah dalam menyambut Ramadan. Pasalnya proses pembuatan lampion melibatkan banyak kalangan dan tanpa pemaksaan.
"Kita membuat banyak replika karena merupakan media untuk mempersatukan semua jamaah. Jadi semua elemen dari yang muda, kecil, itu semua terlibat. Untuk pembuatannya kira-kira 1 bulan," terangnya.
Dijelaskan Wahyu total lampion yang terpasang di Al-Fatah mencapai 126 unit. Terdiri dari 26 lampion berukuran besar dan 100 lampion ukuran kecil.
"Yang besar ini ada 26 buah, dan yang kecil ada 100 an mas. Semuanya dibuat secara swadaya masyarakat," ujarnya.
Adapun proses pembuatan lampion sendiri tergolong cukup rumit. Bahan bakunya juga tidak sembarangan, karena menggunakan besi beton serta kain berbahan tahan air.
"Untuk lampon besar bahannya menggunakan besi beton 4 mm yang dilas sedemikian rupa dan dibentuk jadi ubur-ubur, kemudian sampulnya menggunakan kain," ucapnya.
"Selain itu juga pakai kawat beton yang elastis biar mudah dibentuk. Nah dalamnya kami pasang lampu led street untuk pencahayaan. Sedangkan kalau yang kecil terbuat dari keranjang anyaman, lebih mudah bikinnya," imbuhnya.
![]() |
Lantas berapa biaya pembuatan lampion ini? Wahyu menyebut ada di kisaran Rp10 juta ke atas. "Yang besar totalnya bisa Rp8 juta, kalau yang kecil mungkin bisa 5 an, ini belum dihitung sama konsumsinya juga," ucapnya.
Wahyu mengatakan pembuatan ornamen seperti ini sebenarnya bukanlah yang pertama dilakukan oleh warga Gembongan. Setiap tahun, warga selalu membuat ornamen-ornamen unik dengan tujuan utama memeriahkan bulan suci Ramadan.
"Sudah rutin setiap tahunnya, tapi kalau yang ubur-ubur memang baru tahun ini," ujarnya.
Kehadiran lampion ini mendapat respon positif dari warga sekitar. Salah satu warga Dwi Purnawan (62) menyebut jika hiasan kali ini jauh lebih menarik dibanding tahun-tahun sebelumnya.
"Untuk tampilan kali ini memang paling bagus di antara beberapa Ramadan tahun-tahun sebelumnya. Kalau tahun lalu juga lampion, sebenarnya sudah bagus, tapi saya sebagai warga sini dan jamaah Al-Fatah merasa ini paling spektakuler dan paling bagus," ucapnya.
"Yang paling menarik ini ada lampion ubur-ubur ini. Anak-anak menamakan ini ubur-ubur ikan lele, untuk maknanya saya kurang mengetahui," tambahnya.
Dwi pun berharap kehadiran lampion ini bisa menyemarakkan Ramadan di Gembongan. Selain itu juga dapat menarik minat masyarakat terutama anak-anak agar mau meramaikan masjid selama bulan suci berlangsung.
"Harapan saya dengan lampion seperti ini akan membawa nuansa yang baru terutama anak-anak mau ke masjid dan lebih rajin lagi beribadah ke masjid," ucapnya.
(afn/afn)
Komentar Terbanyak
Jawaban Menohok Dedi Mulyadi Usai Didemo Asosiasi Jip Merapi
Jokowi Berkelakar soal Ijazah di Reuni Fakultas Kehutanan UGM
Blak-blakan Jokowi Ngaku Paksakan Ikut Reuni buat Redam Isu Ijazah Palsu