Makanan ringan atau kudapan jenang khas Kudus menjadi buruan pembeli. Jenang Khas Kudus pun ternyata sudah ada sejak tahun 1910 sampai sekarang.
Museum Jenang Kudus Mubarok berada di jalan Sunan Muria Glantengan Kecamatan Kota Kudus. Lokasi hanya sekitar satu kilometer dari pusat Alun-alun Kudus.
Saat detikJateng berkunjung ke Jenang Kudus Mubarok, para pembeli tampak ramai memilih varian jenang yang akan dibawa pulang untuk tambahan menu berbuka puasa. Ada juga yang dibawa sebagai oleh-oleh dari Kudus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Manajer Marketing Mubarok Food Cipta Delicia Muhammad Kirom mengatakan Jenang Kudus Mubarok sudah melegenda bagi masyarakat Kudus dan sekitarnya. Menurutnya Jenang Kudus itu ada sejak tahun 1910 lalu.
"Ini Mubarok sudah tiga generasi di tahun 1910, ini masa regenerasi ketiga dan keempat, ini sangat melegenda produk-produk jenang terutama dan ini menjadi tantangan kami untuk lebih luas lagi untuk sisi area," kata Kirom kepada detikJateng ditemui di lokasi, Sabtu (23/2/2024).
Menurutnya jenang Kudus saat ini tengah merambah ke pasaran mancanegara. Seperti Timur Tengah dan ASEAN. Rencananya jenang Kudus juga menjadi kudapan para jemaah haji.
"Kita kemarin mencoba untuk memasarkan ke Timur Tengah, Asean, dan sebentar lagi ada musim haji kita persiapkan dipercaya untuk snack jemaah haji," ujarnya.
Menurutnya perbedaan jenang dari Kudus atau jenang dari daerah lainnya cukup berbeda. Jenang Kudus terbuat dari bahan baku yang sangat selektif. Bahkan didatangkan dari luar Kudus.
Lalu terdapat berbagai macam rasa jenang Kudus. Seperti bakpia isi jenang, jenang pukis dan banyak olahan rasa lainnya.
"Kalau lebih banyak testimoni dari sisi kualitas, dari sisi rasa, dan umur simpan kedaluwarsa. Karena kita memang pemilihan bahan baku sangat selektif, kami memilih grade terbaik dari Jawa Barat, kelapa dari Bali dan seterusnya. Ini yang ingin menciptakan produk jadinya berkualitas," kata Kirom.
Menurutnya momen Bulan Ramadan biasanya mencapai puncak keramaian pengunjung pada 10 hari jelang Lebaran. Jenang Kudus biasanya disajikan saat Hari Raya Idul Fitri.
"Puncak Idul Fitri paling banyak toples karena lebih praktis dan mudah disajikan, lalu saat arus lalu balik setelah Lebaran itu yang varian rasa-rasa yang ada di dalam satu paket," lanjut dia.
Adapun untuk harga jenang Kudus tidak terlalu mahal. Harganya kisaran dari Rp 10 ribu sampai Rp 60 ribu. Pembeli juga dimudahkan dengan pembayaran melalui transaksi digital. Baik menggunakan mesin Electronic Data Capture (EDC) atau Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS).
"Harganya yang kita tawarkan Rp 10 ribu sampai dengan Rp 60 ribu. Bisa non tunai, EDC, QRIS semua bank, seperti ada bank BRI," kata Kirom.
Pimpinan Cabang BRI Branch Office Kudus, Iman Indrawan mengatakan untuk mempermudah pelayanan transaksi pihaknya telah menyediakan EDC dan QRIS. Mesin itu diharapkan dapat membantu warga mempermudah dan lebih aman melakukan transaksi, baik di toko, pasar, hotel dan lainnya.
"Untuk EDC merchant ada 294 yang tersebar di wilayah Kudus. Lalu untuk QRIS ada 9.139 yang tersebar di Kudus," jelasnya kepada detikJateng.
(aku/apu)