Makanan tradisional ini mulai langka di Magelang. Jenang blendung namanya. di Pasar Kebonpolo Kota Magelang, penjualnya tinggal satu orang. Dia sudah jualan selama 11 tahun, meneruskan usaha mertuanya.
"Saya hanya meneruskan (dari mertua) berjualan. Sudah 11 tahun berjualan jenang blendung," kata Asrika (50), penjual jenang blendung di Pasar Kebonpolo, Senin (14/4/2025).
Asrika mengatakan, jenang blendung dibuat dari jagung yang direbus, ditambah parutan kelapa dan garam. Proses membuatnya, jagung direbus selama sehari, kemudian dikukus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Dalam penyajiannya, di atasnya diberi jenang berbahan tepung beras.
"Jagung ini direbus (sehari) terus dikukus (hingga blendung atau mengembang). Jenangnya pakai gula pasir," ujar Warga Ngasem, Tegalrejo, Kabupaten Magelang itu.
"Blendungnya dari jagung (yang dikukus hingga mengembang). Jagung kering yang tua, tapi karena direbus sehari jadi mekar," sambung Asrika yang tiap hari berjualan di Pasar Kebonpolo.
Jenang blendung yang dicampur parutan kelapa disebut tidak bisa bertahan lama. Agar lebih awet, penyajiannya dipisahkan antara jagung, parutan kepala, dan jenangnya. Yaitu, jagung dibungkus daun pisang yang diberi pembatas untuk memisahkannya dengan parutan kelapa. Jenangnya juga dibungkus terpisah.
"Ramadan kemarin libur total. Terus setelah lebaran hari kelima (mulai jualan). Waktu lebaran yang beli pemudik," ucap Asrika.
"Harga Rp 2 ribu, Rp 3 ribu, ada yang Rp 4 ribu, Rp 5 ribu. Terserah pembelinya," kata Asrika.
Sekali produksi, dia mengolah sekitar 5-7 kilogram jagung. Sedangkan jenangnya sekitar 2-3 kilogram.
"Yang beli dari Jogja, Semarang, ke sini. Langganan dari dulu-dulu," tuturnya.
Salah satu pembeli, Maria (67) warga Blondo, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, mengaku sengaja ke Pasar Kebonpolo untuk beli jenang blendung.
"Cucu mau ke sini (Magelang dari Kutoarjo). Pesan 10 bungkus. Ini ada yang dipisah antara jagung dengan jenang. Ini sudah langka. Kalau beli ya ke sini," kata Maria.
Pembeli lain, Windu (31) mengaku datang dari Jogja hanya untuk membeli jenang blendung.
"Saya tahunya dari media sosial. Penasaran dengan jenang blendung ini. Rasanya gurih, manis, dan asin," kata Windu.
(dil/aku)