Makam Sunan Pandanaran atau Sunan Bayat di Desa Paseban, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, merupakan salah satu destinasi wisata religi populer di Jawa Tengah. Kompleks makam itu tak hanya menyisakan jejak sejarah penyebaran agama Islam, tapi juga simbol kuatnya toleransi beragama.
Jejak toleransi beragama yang tinggi bisa dilihat pada gapura di kompleks makam ulama besar tersebut yang mengadopsi bentuk candi terbelah (model Candi Bentar Jawa Timur) dan model Mataraman.
Pantauan detikJateng, ada 8 gapura di kawasan pemakaman kuno itu yang ditata berurutan sebagai jalur pintu masuk makam. Gapura I bernama Gapura Segara Muncar berada di paling bawah, di lahan parkir area wisata tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gapura itu berbentuk Candi Bentar dengan bahan blok-blok batu putih dan berornamen di sudutnya. Gapura bertinggi sekitar 3-4 meter itu masih terlihat utuh. Tengah gapura masih digunakan masyarakat melintas meski sudah ada gapura baru di sisi timurnya.
![]() |
Di Utara Gapura Segara Muncar, terdapat gapura sejenis dengan nama Gapura Duda yang berbahan batu putih campuran batu bata merah. Satu sisi gapura masih merupakan bangunan asli dengan lubang-lubang korosif di batu putih dan batu-batanya.
Lepas dari Gapura Duda, setelah menaiki puluhan anak tangga, terdapat Gapura Pangrantunan di halaman pertama makam. Gapura tersebut sama dengan gapura Segara Muncar, baik bentuk maupun bahannya.
Setelah melewati Gapura Pangrantunan, terdapat Gapura Sinaga model Mataram beratap dan diplester tembok setinggi sekitar 3 meter. Gapura tersebut berbentuk paduraksa, bukan lagi berbentuk candi bentar.
Setelah Gapura Sinaga, terdapat Gapura Panemut dan Gapura Pamuncar. Dua gapura tersebut sama bentuk dan bahannya dengan Gapura Segara Muncar dan Pangrantunan, tetapi lebih jauh lebih menjulang tinggi sekitar 7 meter yang tampak indah.
Semakin mendekati gedong utama makam Sunan Pandanaran (gedong inten), masih terdapat gapura Bale Kencur dan Prabayaksa. Gapura bertembok itu sama dengan gapura Sinaga berbentuk paduraksa tetapi memiliki pintu.
Hermawan, salah seorang juru kunci makam menyatakan gapura di kompleks makam tersebut masih mengadopsi masa Hindu, terutama 5 gapura utama.
Selengkapnya di halaman selanjutnya.
Kompleks makam, sebut Hernawan pernah dibangun besar-besaran oleh Sultan Agung, raja Mataram Islam terbesar. Namun gapura-gapura budaya Hindu itu tidak dihilangkan dan tetap dipertahankan.
"Yang bangun memang Sultan Agung tapi semua yang lama masih dipertahankan, hanya dibangun Gapura Bale Kencur dan Prabayaksa sudah bercampur budaya Islam. Pernah dirawat juga oleh Petugas Cagar Budaya tahun 1978," ungkap Hermawan.
Petugas perawatan dari Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) wilayah X, Saptono menjelaskan total ada 8 gapura sepanjang jalan ke makam Sunan Pandanaran. Lima gapura diantaranya gapura model masa Hindu dan Mataraman.
"Ada 5 gapura lama (Hindu) dan model Mataraman ada 3 sehingga total ada 8. Gapura Mataraman itu dibangun Sultan Agung karena Sunan Pandanaran orang yang diagungkan kerajaan tapi meskipun dibangun gapura lama dari pengaruh Hindu tetap dipertahankan," kata Saptono.
Simak Video "Video: Mendes Yandri Susul Zulhas Tinjau Lokasi Peluncuran Kopdes Merah Putih"
[Gambas:Video 20detik]
(dil/dil)