Jejak Syeh Domba, Perampok Insyaf yang Jadi Santri Sunan Pandanaran Klaten

Jejak Syeh Domba, Perampok Insyaf yang Jadi Santri Sunan Pandanaran Klaten

Achmad Hussein Syauqi - detikJateng
Minggu, 28 Jul 2024 17:26 WIB
Makam Syeh Domba di bukit Cakaran, Desa Paseban, Kecamatan Bayat, Klaten.
Makam Syeh Domba di bukit Cakaran, Desa Paseban, Kecamatan Bayat, Klaten. Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng.
Klaten -

Makam di bukit Cakaran, Desa Paseban, Kecamatan Bayat, Klaten merupakan salah satu makam yang sering dikunjungi peziarah. Makam yang tidak jauh dari makam Ki Ageng Pandanaran itu diyakini makam Syeh Domba, santri Ki Ageng yang dulunya perampok.

"Sejarah Syeh Domba itu terkait perjalanan Ki Ageng Pandanaran yang sebelumnya Bupati Semarang ke bukit Jabalakat. Di perjalanan sampai Salatiga dicegat Syeh Domba dan Syeh Kewel," tutur Kades Paseban, Eko Tri Raharjo kepada detikJateng, Rabu (24/7/2024) siang.

Kedua orang itu, terang Eko, sebelumnya merupakan perampok yang mencegat Ki Ageng yang berjalan bersama istrinya. Kedua orang itu terus mengejar dan meminta apa yang dibawa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Mereka terus mengejar dan oleh Ki Ageng Pandanaran disuruh mengambil tongkat yang dibawa Nyi Ageng tanpa boleh menyentuh orangnya. Sudah dicoba tetapi tidak bisa sampai akhirnya Ki Ageng bilang kok ngeyel lagonmu koyo wedus (kok bangkang perilakumu seperti domba)," terang Eko.

Makam Syeh Domba di bukit Cakaran, Desa Paseban, Kecamatan Bayat, Klaten.Makam Syeh Domba di bukit Cakaran, Desa Paseban, Kecamatan Bayat, Klaten. Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng

Ucapan Ki Ageng Pandanaran yang merupakan murid Sunan Kalijaga itu, sambung Eko, berakibat fatal. Kedua perampok itu kemudian bertingkah seperti domba dan satunya seperti ular.

ADVERTISEMENT

"Keduanya akhirnya nyantri kepada Sunan Pandanaran, perilaku seperti domba dan ngewel itu sembuh setelah tiba di bukit Jabalakat. Setelah nyantri, keduanya bertugas mengambil air dari bawah bukit dengan keranjang," papar Eko.

Setelah meninggal dunia, sambung Eko, Syeh Domba dikuburkan di bukit Cakaran dan Syeh Kewel di Desa Nengahan. Nisan di makam Syeh Domba terbuat dari bahan kayu.

"Nisannya terbuat dari kayu. Bentuknya menyerupai domba dan hanya satu makam, sedangkan makam lainnya di sekitar adalah warga biasa," imbuh Eko.

Paiman, juru kunci makam membenarkan cerita seperti yang disampaikan pemerintah desa. Syeh Domba ceritanya merupakan santri Ki Ageng Pandanaran, seorang penyebar agama Islam.

"Ya itu santrinya Kanjeng Sunan, setelah tobat belajar ilmu agama Islam. Sering diziarahi kalau ramai malam Jumat," ungkap Paiman kepada detikJateng.

Pengunjung asal Purwodadi yang ditemui detikJateng di lokasi menyatakan datang karena penasaran. Sebab selama ini sejarahnya dikaitkan dengan Ki Ageng Pandanaran.

"Ya penasaran saja, ceritanya terkait Ki Ageng. Kebetulan saya lewat Klaten sekalian ke sini," katanya berlalu tidak bersedia menyebutkan nama.

Makam Syeh Domba dari penelusuran detikJateng tidak jauh berbeda dengan kompleks makam Sunan Pandanaran. Letaknya berada di puncak bukit Cakaran di barat bukit Jabalakat, tempat Ki Ageng Pandanaran dimakamkan.

Di atas bukit depan pintu masuk terdapat papan pengumuman sebagai Cagar Budaya pemerintah Kabupaten Klaten. Makamnya di dalam cungkup di bagian tengah.




(apl/apl)


Hide Ads