Penyalaan obor ini digelar untuk mengenang semangat perjuangan Samin Surosentiko. Jumlah 1.907 sebagai pengingat tahun ditangkapnya Samin oleh Belanda.
Sebelum menyalakan obor, masyarakat Samin dan warga sekitar berangkat dari Pendopo Pengayoman Samin Surosentiko, diawali oleh sesepuh Samin Ploso Kediren, Gunretno. Ada yang berperan memikul gunungan makanan, membawa kendi, membawa obor.
Mereka berjalan sekitar 1 kilometer dengan nyeker atau tanpa alas kaki, sambil menyanyikan lagu yang berjudul Ibu Pertiwi.
![]() |
Sesampainya di lapangan Desa Kediren, terdapat prosesi. Mereka berkumpul menjadi satu, bersiap menyaksikan proses penyalaan 1907 obor yang sudah disiapkan di tengah lapang.
1.907 obor yang dinyalakan membentuk wajah Samin Surosentiko. Sejumlah orang bertugas untuk menyalakan bersiap, penyalaan obor dimulai ketika Gunretno mengucapkan 'Suluh Samin Surosentiko' serentak seluruh orang mengatakan 'mlakuo' (berjalanlah).
Ketika obor sudah membara semua, prosesi belum selesai. Seluruh peserta berjalan mengelilingi obor berbentuk wajah Samin sebanyak 3 kali, memutar searah jarum jam. Beberapa sesepuh yang berkeliling juga membacakan doa keselamatan, dan lainnya bersorak hura.
"Di tengah lapangan obor jumlahnya 1.907 ini membentuk urupe (hidupnya) Mbah Samin. Pesannya kepada anak cucu, berjuang jangan sampai mati," ungkap Gunretno, Rabu (15/3/2023).
Dia mengatakan kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka memperingati 116 tahun Samin Surosentiko ditangkap oleh Belanda. Gunretno menyampaika pesan Samin yakni jangan hanya berjuang saja, tapi juga harus peka terhadap permasalahan yang berkembang.
"Mbah Samin pesan kepada anak cucu, jiwa berjuang harus terus dipegang. Dan anak cucu harus punya kepekaan terhadap masalah yang berkembang," tandasnya.
Setelah prosesi penyalaan Obor selesai, kegiatan dilanjutkan dengan brokohan atau tasyakuran.
Brokohan menjadi tanda puncak berakhirnya agenda peringatan perjuangan Samin Surosentiko di lapangan Desa Kediren, Kecamatan Randublatung, Blora. Brokohan diartikan bancakan atau tasyakuran.
Nasi tumpeng yang dibawa dari pendopo pengayoman Samin Surosentiko dibagikan kepada penganut ajaran Samin atau Sedulur Sikep dan masyarakat sekitar. "Pada intinya brokohan yaitu sesembahan untuk mendoakan diri sendiri dan mendoakan semua sedulur untuk menolak bala. Kami juga berdoa agar dimudahkan sandang, pangan dan papan," terang sesepuh Samin, Gunretno, Rabu (15/3).
(aku/ahr)