Lembaga Seni dan Budaya Muslim Indonesia (Lesbumi) PCNU Kabupaten Blora menemukan manuskrip surat Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) ke-4 tahun 1929. Surat itu ditulis dalam aksara Pegon.
Pegon atau tulisan Arab gundul yaitu aksara Arab tanpa tanda bunyi yang digunakan untuk menuliskan bahasa Jawa. Manuskrip itu merupakan peninggalan Kiai Abdullah Faqih di Dukuh Kedungkenongo, Desa Sidomulyo, Kecamatan Banjarejo, Kabupaten Blora.
Surat dalam kertas berwarna coklat itu merupakan surat undangan perseorangan sebagai peserta Muktamar IV NU. Terdapat juga lembaran pemberitahuan Muktamar IV dan materi Muktamar IV dan V. Lesbumi juga menemukan 4 buah kitab tulisan tangan yang merupakan kitab muktabar ala pesantren.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam surat Muktamar itu tertulis, 'Kehadapan Padoeka jang moelia Kijahi Hadji Abdullah Kedungnongo Underdistrik Banjarejo Distrik Karangjati, Blora'.
Ketua Lesbumi Blora, Dalhar Muhammadun mengatakan organisasi NU memiliki tradisi administrasi dan literasi yang baik. Menurutnya manuskrip-manuskrip dari Kedungkenongo ini tak cuma antik, tapi juga spesial. Dia menilai manuskrip itu termasuk sumber primer dari perjalanan panjang NU.
"Bahwa ini asli. Keaslian ini didukung bahwa sampai saat ini kita berkesimpulan ini satu-satunya dokumen yang masih aman dalam hal Muktamar NU ke-4 tahun 1929 dan ke-5 tahun 1930. Artinya di saat Muktamar itu ada dokumen ini di tempat lain sudah tidak ada," kata Dalhar saat ditemui detikJateng dalam acara pameran Lesbumi Blora Reborn Calligraphy Art Exhibition di Blora Creative Space atau eks Gedung Nasional Indonesia (GNI) Blora, Minggu (27/10/2024).
Dalhar berujar, pihaknya telah berkoordinasi dengan komunitas Pegon untuk memastikan keaslian berkas Muktamar tersebut. Dari manuskrip itu diketahui bahwa Kiai Abdullah Faqih atau Mbah Abdullah kala itu diundang secara perseorangan. Pada masa itu peserta muktamar bersifat perseorangan, bukan langsung utusan PCNU seperti sekarang.
"Surat undangan kepada peserta perseorangan bukan Cabang NU, karena saat itu Muktamar pesertanya tidak cabang, tapi perseorangan, termasuk kiai-kiai yang audah tergabung di organisasi NU," jelasnya.
Muktamar itu membahas agenda-agenda kepengurusan selanjutnya. Ketika berjalan sekian tahun, peserta Muktamar terdiri dari kiai-kiai dan cabang-cabang NU tingkat kabupaten/kota yang sudah terbentuk.
Dalhar yang juga Ketua Dewan Kebudayaan Kabupaten Blora itu belum mengetahui siapa saja kiai dari Blora yang diundang dalam Muktamar NU ke 4 di Semarang pada masa itu.
Dia mengatakan, manuskrip itu disimpan oleh anak cucu dari Mbah Abdullah.
"Ini kita dapat di rumah dzurriyah (keturunan) Mbah Abdullah. Waktu itu cucunya Mbah Abdullah. Lama sekali tidak dibuka karena ada semacam pandangan kalau membuka dokumen ini masuk angin. Anak cucunya nggak berani membuka, kalau membuka sakit," kata Dalhar.
Terdapat beberapa berkas dalam surat yang diterima oleh Mbah Abdullah. Menurut Dalhar, undangan tersebut disertai acuan kerja selama Muktamar dilaksanakan.
"Ini undangan ya, undangan ini disertai pemberitahuan muktamar. Kalau hari ini bisa kita samakan ToR (Term of Reference), di pemberitahuan ini dijelaskan secara detail acara Muktamar," terangnya.
Diterangkan juga Muktamar itu dilaksanakan dari hasil pertemuan di Surabaya. Ditetapkan waktu dan tempatnya, teknisnya, penginapan, konsumsi, hingga pendanaan.
Selengkapnya di halaman selanjutnya.
Bertepatan dengan masa perpecahan Sarekat Islam
Dalhar mengatakan, pelaksanaan Muktamar NU ke-4 di Semarang bertepatan dengan perpecahan Sarekat Islam (SI), yaitu SI Merah dan SI Putih. SI Putih berhaluan kanan, diketuai Tjokroaminoto. Sedangkan SI Merah berhaluan kiri, dipimpin Semaun dari Semarang.
"Pada tahun itu terjadi perpecahan SI, SI Merah dan SI Putih. Maka di sini ada imbauan untuk tidak terlibat di politik. Ini semacam ToR. Jadi dengan bermodalkan ini peserta sudah bisa berangkat dan tahu apa yang diperlukan," jelasnya.
Selain membahas perpolitikan, sebagian materi Muktamar NU ke-4 juga membahas persoalan-persoalan fikih. Pihak Lesbumi Blora akan merawat manuskrip itu dan akan menelitinya secara lebih detail.
"Umpamanya ini membahas tentang perpecahan Sarekat Islam, kita akan konfirmasikan ke narasi sejarah yang sudah terpublikasi. Sehingga kita bisa membuat potret Muktamar 4 yang selama ini memang belum tergambarkan," jelasnya.
Kondisi manuskrip Muktamar ke 4 NU secara umum masih baik. Namun manuskrip dari Mbah Abdullah ini tentang Muktamar ke 5 NU belum diperiksa secara detail oleh Lesbumi Blora. Apakah ada halaman yang hilang atau sudah lengkap.
"Kalau yang Muktamar 4 isinya masih bagus. Cuma ada beberapa yng sulit dibaca," terangnya.
Dalhar merasa sedikit kesulitan dalam membaca manuskrip bertulis Jawa Pegon itu. Sebagian kata-katanya kebanyakan tidak digunakan sekarang dan kata yang bersumber dari bahasa Belanda.
"Kalau bahasa Arab malah gampang diterjemahkan. Karena ini bahasa Jawa Pegon, seringkali tidak bisa kita pahami, karena kosakatanya sekarang sebagian tidak dipakai, sebagian bersumber dari bahasa Belanda. Sering kali kita bertanya ke beberapa sumber," terang Dalhar.
Dia menambahkan, hasil riset yang dilakukan diharapkan memunculkan informasi-infomasi manuskrip yang lain. Tujuannya untuk melengkapi narasi sejarah yang belum terkumpul.
"Ini tentu saja menginspirasi banyak pihak, kita sebenarnya punya semacam ini dan di tempat lain sepertinya mungkin masih ada juga. Harapan kita bisa muncul manuskrip yang lain lagi," pungkas dia.
Simak Video "Video: Polisi Tetapkan 1 Orang Tersangka Insiden Lift Crane RS PKU Blora"
[Gambas:Video 20detik]
(dil/dil)