Keraton Kasepuhan Cirebon menyuguhkan pengalaman menarik bagi pengunjung ingin menyelami kisah sejarah melalui museum. Museum Cave AI namanya. Melalui museum ini, masyarakat bisa menyaksikan cerita sejarah dalam bentuk visual yang dibuat menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI).
Setidaknya ada beberapa film sejarah dalam museum ini yang dibuat melalui teknologi AI atau kecerdasan buatan. Salah satunya adalah film yang menceritakan kisah heroisme Sultan Sepuh V Keraton Kasepuhan, Pangeran Matangaji saat melawan penjajah.
Pada Sabtu (26/10), Museum Cave AI di Keraton Kasepuhan itu pun mulai dibuka untuk umum. Peluncuran museum itu turut dihadiri oleh Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenparekraf, Haryanto bersama keluarga keraton dan beberapa pihak lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
detikJabar sempat berbincang-bincang dengan anggota tim peneliti Museum Cave AI, Guntur. Guntur lalu menjelaskan tentang museum yang baru dibuka di Keraton Kasepuhan Cirebon tersebut.
Ia menjelaskan, Museum Cave AI ini bisa menjadi sarana edukasi baru bagi masyarakat yang ingin mengetahui tentang cerita sejarah. Terutama sejarah dari Keraton Kasepuhan dengan tokoh-tokoh pentingnya.
"Di Museum Cave AI ini kami menampilkan sebuah film yang pembuatannya full menggunakan teknologi Artificial Intelligence," kata Guntur di Keraton Kasepuhan Cirebon.
Salah satu film yang dibuat dengan menggunakan teknologi AI ini mengisahkan tentang heroisme Pangeran Matangaji. Sultan Sepuh V Keraton Kasepuhan itu digambarkan sebagai sosok yang gigih melakukan perlawanan terhadap penjajah.
Dalam membuat film yang menggunakan teknologi AI ini, ada beberapa proses yang dilakukan. Mulai dari mengumpulkan foto-foto keluarga keraton untuk menggambarkan sosok pangeran Matangaji hingga data-data lain untuk membuat alur cerita dalam film tersebut.
"Untuk membuat film AI ini kami menggunakan banyak sekali data. Baik itu foto-foto keluarga keraton. Karena yang kami hidupkan kan tokoh karakter dari keluarga keraton, yaitu Sultan Matangaji, Sultan ke-V," kata Guntur.
"Kami meminta izin kepada keluarga keraton apakah diperbolehkan. Setelah diperbolehkan kami mencoba menebak sosok beliau (Pangeran Matangaji) melalui foto-foto keluarga, keturunan-keturunan beliau," sambung dia.
Sementara itu, Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenparekraf, Haryanto memandang positif adanya Museum Cave AI di Keraton Kasepuhan Cirebon.
Ia berharap museum tersebut bisa memberikan pengalaman baru bagi para pengunjung yang berwisata ke Keraton Kasepuhan.
"Di kepariwisataan itu ada dikenal dalam pengembangan destinasi itu 3A, yang harus dikembangkan secara bersama-sama, yaitu atraksi, amenitas dan aksesibilitas. Ini (Museum Cave AI) adalah wujud kongkret penguatan aktraksi untuk memastikan para wisatawan merasakan pengalaman dan sensasi yang berbeda," kata dia.
"Pengunjung memiliki nilai tambah dari edukasi maupun pengenalan teknologi informasi, termasuk AI. Jadi bagaimana pengunjung merasakan pengalaman lebih," kata Haryanto menambahkan.
Menurut Haryanto, Cirebon merupakan sebuah daerah yang memiliki potensi wisata unggulan. Mulai dari wisata budaya hingga potensi wisata lainnya. Namun, kata dia, potensi wisata tersebut harus didukung oleh inovasi agar bisa terus berkembang.
"Kita boleh bersyukur, kita boleh berbangga, Indonesia pada umumnya secara luas dan Cirebon khususnya, memiliki potensi wisata budaya yang kuat, termasuk wisata alamnya. Itulah kekuatan pariwisata Indonesia, culture and nature. Tapi tidak boleh berhenti di sana. Karena kompetitor kita sudah bergerak cepat dengan memanfaatkan teknologi informasi. Itulah karakteristik era modern," kata Haryanto.
(sud/sud)