Budaya Umbul Dungo Apeman, Ekspresi Doa Nisfu Syaban di Demak

Budaya Umbul Dungo Apeman, Ekspresi Doa Nisfu Syaban di Demak

Mochamad Saifudin - detikJateng
Jumat, 18 Mar 2022 07:45 WIB
Umbul Dungo Apeman dan penampilan karya seni pertunjukan sebagai ekspresi berdoa minta ampunan kepada Allah pada Malam Nisfu Syaban di Desa Mangunjiwan.
Umbul Dungo Apeman dan penampilanseni pertunjukan sebagai ekspresi berdoa minta ampunan kepada Allah pada Malam Nisfu Syaban di Desa Mangunjiwan, Demak.
Demak -

Bagi umat Islam, malam Nisfu Syaban atau pertengahan bulan Syaban dalam kalender Islam adalah momen yang bertabur berkah dan ampunan sehingga diisi dengan berbagai amalan.

Di Demak, Dewan Kesenian Daerah (DKD) setempat mengekspresikan doa melalui acara Umbul Dungo Apeman pada malam Nisfu Syaban di Kelurahan Mangunjiwan, Demak, Kamis (17/3/2022) malam.

Selain lewat doa lisan, dalam acara tersebut juga ditampilkan berbagai jenis kesenian, seperti seni tari Umbul Dungo, lukisan abstrak, pengucapan doa bersama, dan penyajian kue apem sebagai simbol minta ampunan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wahid menyebut bahwa tradisi apeman merupakan tradisi warisan dari Kasultanan Demak. Menurutnya, apem merupakan kata dari Bahasa Arab 'afwan' yang berarti meminta ampunan.

"Kami menyimpulkan tradisi ini adalah tradisi warisan dari Kasultanan Demak, yang telah berkembang berabad-abad," kata Wahid.

ADVERTISEMENT
Umbul Dungo Apeman dan penampilan karya seni pertunjukan sebagai ekspresi berdoa minta ampunan kepada Allah pada Malam Nisfu Syaban di Desa Mangunjiwan.Umbul Dungo Apeman dan penampilan karya seni pertunjukan sebagai ekspresi berdoa minta ampunan kepada Allah pada Malam Nisfu Syaban di Desa Mangunjiwan. Foto: Mochamad Saifudin/detikJateng

"Secara filosofis (kue apem) itu adalah sebagai media berdoa. Jadi filosofinya ya berdoa, meminta ampunan kepada Allah dan memohon agar diberikan kesehatan serta rezeki yang melimpah. Cuma secara kemasyarakatan diekspresikan dengan tradisi yang namanya umbul dungo dengan apeman itu," ujar Wahid.

Dalam acara yang diselenggarakan di sebuah pendopo tersebut, kue apem disusun menjadi gunungan.

"Kita lestarikan pada momentum kebudayaan kita, kesenian kita, ada tari, ada lukis, dan tampilan yang lain. Ini memang untuk memperkuat bangunan sosial kebudayaan kita," terang Wahid yang juga Wakil Ketua DPRD Demak itu.

Kasi Kesenian Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Demak, Sarono, mengatakan bahwa tradisi apeman tidak hanya di Demak.

"Kegiatan Umbul Dungo Apeman ini tidak hanya di Demak, bahkan seluruh pulau Jawa itu menyelenggarakannya. Cuman mungkin di daerah lain namanya berbeda-beda," ujar Sarono di lokasi acara.

Umbul Dungo Apeman dan penampilan karya seni pertunjukan sebagai ekspresi berdoa minta ampunan kepada Allah pada Malam Nisfu Syaban di Desa Mangunjiwan.Umbul Dungo Apeman dan penampilan karya seni pertunjukan sebagai ekspresi berdoa minta ampunan kepada Allah pada Malam Nisfu Syaban di Desa Mangunjiwan. Foto: Mochamad Saifudin/detikJateng

Sarono menjelaskan, penyelenggaraan tradisi apeman itu ada yang di masjid, musala, gang kampung, tempat permakaman umum, dan sebagainya.

"Tradisi apeman ini sudah turun temurun. Saya belum lahir pun sudah ada, sudah lama sekali. Bahkan dari nenek moyang" ujar Sarono

Sarono menambahkan, tradisi apeman tersebut tidak bertentangan dengan agama. Eelain itu ia juga mengapreasiasi DKD yang telah menggelar tradisi apeman dengan berbagai jenis kesenian.

"Itu sah-sah saja, tidak bertentangan dengan agama. Karena ini dari DKD, kemasannya bagus, ada kirab, ada tarian, kemudian dua orang melukis bersama itu bagus sekali," pungkas Sarono.




(dil/dil)


Hide Ads