Pendeta Saifuddin Ibrahim atau Abraham Ben Moses bikin heboh setelah videonya viral di media sosial. Dalam video yang beredar belakangan ini, dia meminta Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menghapus 300 ayat Al-Qur'an dan merombak kurikulum di pondok pesantren.
Ternyata, sebelum menjadi pendeta, Saifuddin pernah belajar di Pondok Hajjah Nuriyah Shabran-UMS. Berikut 9 fakta yang dihimpun detikJateng dari rekam jejak Saifuddin di Solo.
1. Angkatan 1984 di Pondok
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu teman kuliahnya, Budi Nurastowo Bintriman, menceritakan sosok Saifuddin sebelum murtad dan menjadi pendeta pada 2014.
"Saya dan Saifuddin Ibrahim sama-sama kader Pondok Hajah Nuriyah Shabran-UMS. Bedanya saya angkatan 1986, sedang Saifuddin Ibrahim angkatan 1984," kata Budi kepada detikJateng, Kamis (17/3/2022).
Senada diutarakan salah satu pembina di Pondok Hajjah Nuriyah Shabran-UMS, Muttoharun Jinan, saat dihubungi detikJateng, Kamis (17/3/2022).
"Pak Saifuddin itu angkatan 80-an, kalau tidak salah angkatan pertama. Kalau saya angkatan 92, jadi tidak pernah ketemu," kata Muttoharun.
2. Senior yang Periang
Budi mengatakan, Saifuddin dulu dikenal murah senyum. Dia juga dikenang sebagai kakak tingkat yang dekat dengan junior.
"Dia bersikap begitu kepada siapa saja. Pembawaannya riang-riang saja, makanya ia cepat dan mudah dikenal oleh adik-adik tingkatnya. Sehingga banyak sekali yang suka kepada keramahannya," ujar Budi.
Meski tak pernah kuliah bareng dengan Syaifuddin, Muttoharun menambahkan, Saifuddin kondang jadi buah bibir di pondok.
Di antara yang dibahas adalah sikap Saifuddin yang frontal dan bahkan sempat masuk jaringan Negara Islam Indonesia Komando Wilayah IX (NII KW IX) pimpinan Abu Toto atau Panji Gumilang.
"Dulu teman-teman juga pernah membahas mengenai sikapnya Pak Saifuddin ini. Kami sangat menyayangkannya," ujar Muttoharun.
3. Bang Kocek Nama Penanya
Kedekatan pada junior membuat Saifuddin dijuluki 'Bang Kocek'. Sebutan itu jadi nama pena Saifuddin saat menjadi penanggung jawab salah satu rubrik pers mahasantri Pondok Hajah Nuriyah Shabran-UMS.
"Rubrik itu berisi nilai-nilai sufisme Islami yang dikemas dengan redaksional enteng. Dalam tulisan-tulisannya, Saifuddin biasa mengangkat kisah-kisah jenaka penuh makna dari Nasrudin Efendi (Abu Nawas versi Turki)," kata Budi.
4. Hobi Mengebiri Kucing
Saifuddin disebut memiliki kebiasaan aneh saat kuliah di Pondok Hajjah Nuriyah Shabran-UMS. "Ia penyayang kucing. Tapi kucing yang ia sayangi pasti dikebirinya," ucap Budi.
"Hingga kini masih terngiang di telinga saya, suara jeritan kucing kecil saat dikebiri secara sadis olehnya," kata Budi yang juga penyayang kucing. Kebiasaan Saifuddin itu yang membuat Budi tak lagi simpatik padanya.
5. Kader Manis lagi Penurut
Menurut Budi, selama jadi mahasantri, Saifuddin adalah kader yang manis dan penurut. "Terbukti saat pernikahannya, para petinggi Pondok Hajjah Nuriyah Shabran - UMS hadir ke Jepara. Bahkan penceramah nasehat perkawinannya adalah pucuk pimpinan Pondok Hajjah Nuriyah Shabran-UMS," ujar Budi.
6. Ke Pondok Bogor 1994
Saifuddin mengabdi di Pondok Pesantren Muhammadiyah Darul Arqom Sawangan Bogor milik Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DKI Jakarta pada 1994. Saat itu, menurut Budi, pesantren tersebut kesusupan paham NII KW IX.
Saifuddin disebut menjadi salah satu yang terpengaruh dengan pemahaman NII. "Jadi pertanyaan yang luar biasa besarnya. Bagaimana ceritanya Saifuddin yang kader elite Muhammadiyah bisa menyebarkan paham sesat itu (NII) ke pondok pesantren," jelas Budi.
Berdasar informasi yang diperoleh Budi saat itu, Saifuddin menbat sebagai Ketua Mahkamah Agung di NII KW IX. Tugas utamanya membaiat anggota-anggota baru di NII. " Tiap kepala yang dibaiat dikenai dana wajib minimal Rp. 20 ribu (setara Rp. 200.000 sekarang)," paparnya.
7. Jadi Perlente pada 1995.
Diduga karena besarnya pendapatan di NII, Saifuddin tampil glamor saat bertemu Budi pada 1995. Budi terkejut melihat Saifuddin yang tampak perlente.
"Bajunya, celananya, sepatunya, sabuk gespernya, dan arlojinya, semuanya branded (bermerek). Ia juga mengenakan cincin emas mencolok. Suatu hal yang di Pondok Hajah Nuriyah Shabran-UMS dulu tak terbayangkan bisa nempel pada diri Bang Kocek," ungkap Budi.
8. Glamor pada Masanya
Budi juga ingat Saifuddin pada 1995 sudah menggunakan alat komunikasi pager atau penyeranta yang diselipkan di pinggang. Saifuddin juga mengendarai sepeda motor Honda GL 125 cc keluaran terbaru.
"Sikap riang dan cerianya masih ada. Hanya saja, ia tambah sikap petentang-petenteng. Itu sangat kurasakan saat ia ngobral atau mendakwahkan superioritas gerombolan NII KW IX kepada saya," tutur Budi.
9. Murtad Tahun 2014
Pada 2014, Budi memperoleh kabar tentang proses murtadnya Saifuddin. Kabar tersebut didapatkan dari seorang guru Bahasa Indonesia di Pondok Pesantren Al-Zaitun Indramayu. Budi mengaku tak kaget dengan murtadnya Saifuddin.
"Saya cuma heran, kenapa dia jadi sebodoh itu dalam keberanian atau kenekatannya nyinggung-nyinggung agama lain (seperti dalam videonya yang viral). Dia Kristen tapi ngurusi agama Islam," kata Budi menyesalkan.
"Ya kami menyayangkan itu," imbuh Muttoharun.
(dil/dil)