Pemerintah akhirnya mencabut kebijakan harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng kemasan. Meski demikian, masyarakat masih kesulitan mendapatkan minyak goreng. Berikut ini 7 fakta dari pantauan detikJateng setelah HET minyak goreng kemasan dicabut.
1. Curhat Emak-emak Solo
"Harganya naik banyak banget. Sekilonya (minyak goreng curah) jadi Rp 22 ribu dari harga Rp 18 ribu," ungkap emak-emak di Solo, Nanik (60), kepada detikJateng, Kamis (17/3/2022). "Sudah harganya naik, barangnya sulit. Tadi sampai ke beberapa warung," imbuh Nanik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
2. Stok Langka di Kulon Progo
"Masih susah nyarinya. Baik yang dua literan (kemasan premium), maupun yang curah," ungkap Era, pedagang minyak goreng di Pasar Wates, Kulon Progo, Kamis (17/3). Selain langka, harga minyak goreng juga naik sejak Rabu (16/3). "Sunco (kemasan dua liter) itu Rp 50 ribu, tapi saya belum jual. Informasinya kemarin (naik harga)," ujar Era.
Menurut Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kulon Progo, Sudarna, menyatakan stok minyak goreng di toko berjejaring terbilang masih cukup di Kulon Progo. "Tapi harganya sudah berubah, per liternya bisa Rp 24 ribu dan Rp 47 ribu per 2 liter," ucap Sudarna.
![]() |
3. PKL di Wates Kelimpungan
"Sudah senang nemu minyak. Terus ke kasir nanya, jawabnya Rp 51.500 (kemasan dua liter). Nggak jadi, aku kembalikan lagi, mahal banget," ucap Lili Purwani (35), pedagang jajanan telur gulung asal Wates, Kulon Progo, Kamis (17/3).
"Memusingkan lah, membingungkan ya kan. Harga jualan masih sama, tapi belanjanya semakin nambah. Kita mau menaikkan harga nggak enak," imbuh Karmani (34), pedagang siomay dan batagor di Alun-alun Wates.
4. Wadul Pedagang di Gunungkidul
Pedagang di Pasar Argosari, Sugiyanti, mengaku kesulitan mencari minyak goreng kemasan. "Tanya ke agen katanya stok belum turun," kata Sugiyanti, Kamis (17/3). Demi menghemat stok, dia pun mengecer dagangannya. "Saya dapat dari agen luar Gunungkidul, saya jual eceran dalam kemasan botol air mineral. Setengah liter Rp 12.500," ujarnya.
5. Menghilang di Pasar Demak
"Dari kemarin nggak jual minyak, sebiji pun tak ada. Pusing saya merasakan minyak. Kemarin ada subsidi, dicabut, ya sama saja. Kemasan nggak ada, curah nggak ada," kata pemilik Toko Utama di Pasar Bintoro Demak, Arwan (42), Kamis (17/3). "Kemarin katanya (sales) ada tapi masih terbatas. Misalkan minta 50 (slop) paling dikasih 5-10 slop," imbuh Arwan.
6. Harga Keripik Naik di Banjarnegara
"Ya terpaksa menaikkan harga (keripik), Rp 5 ribu per kg. Di tingkat reseller lumayan berpengaruh, pada tidak berani ambil banyak," kata Suparman, pengusaha keripik sayur di Desa Mertasari, Banjarnegara, Kamis (17/3).
"Kebutuhan minyak goreng per hari sampai 3 dus (36 liter) untuk menggoreng keripik bayam, pare, kangkong, umbi-umbian, dan sayuran lainnya," terang Suparman. Sejak minyak goreng naik dan langka, dia hanya mendapat jatah kurang dari separuh kebutuhannya per hari.
7. Kata Ganjar Hingga Menteri Airlangga
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meminta Kementerian Perdagangan segera bertindak soal minyak goreng. "Penting kiranya Kementerian Perdagangan harus cepat, tidak boleh lambat lagi, dan harus terkendali betul," kata Ganjar dalam keterangan tertulisnya, kemarin.
Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto pun angkat bicara. "Ya ini kan baru sehari dua hari (setelah HET dicabut)," kata Airlangga di sentra UMKM Maguwoharjo, Sleman, Kamis (17/3).
Airlangga mengatakan, pemerintah telah menetapkan HET minyak goreng curah Rp 14 ribu per liter. Sedangkan harga minyak goreng kemasan premium disesuaikan dengan keekonomiannya. "Untuk di pasar modern itu minyak goreng kemasan premium yang harganya sesuai dengan harga keekonomian," imbuhnya.
"Untuk yang pasar tradisional, hari ini Menperin diminta mengeluarkan Permenperin dan sedang dibuat mekanisme subsidi oleh BPDPKS. Dalam waktu singkat minyak goreng curah akan masuk ke pasar," ujar Airlangga, kemarin.
(dil/dil)