Menjelang Idul Adha pesanan arang briket berbahan limbah tempurung kelapa mengalami peningkatan. Peningkatan pesanan mencapai 5 kali lipat dibandingkan dengan hari biasanya.
"Kalau untuk permintaan naik drastis, 5 kali lipat daripada hari biasanya. Hari biasa paling kita 2-3 kuintal (produksi), (sekarang) bisa 1 ton per harinya," kata perajin arang briket, Ahmad Nabil Adli (30) saat ditemui di lokasi produksinya daerah Beji Kidul, Walitelon Utara, Kecamatan Temanggung, Kabupaten Temanggung, Senin (3/6/2024).
Usaha pembuatan arang briket ini dengan memanfaatkan limbah tempurung kelapa yang digiling di pabrik-pabrik. Jika pabrikan membuat arang briket untuk konsumen ekspor, sedangkan pasar yang dibidik Nabil melayani lokal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dulu saya sering main ke pabrik ada limbah-limbah (tempurung digiling), kita manfaatkan menjadi briket arang untuk konsumsi lokal. (Lihat) Di Salatiga, Jawa Timur, Karangjati (Kabupaten Semarang) dan Kendal," ujar Nabil.
Nabil lalu menjelaskan proses pembuatan arang briket. Menurutnya, bahan limbah tempurung yang sudah digiling dicampur dengan tepung kanji lalu dicetak dan dijemur dengan sinar matahari. Setelah itu, arang briket dipanaskan di atas oven dan bisa dikemas.
"Bahannya itu, residu tempurung digiling, terus campurannya tepung kanji. Tepung kanji hanya 3 persen dari bahan baku. (Pengeringan) Dua hari, dua malam," ujar Nabil.
Nabil mengaku sempat bekerja membuat arang briket di Salatiga. Kemudian, setelah memiliki modal dia bulat tekad membuka usaha sendiri.
"Kita (pasarkan) sekitar Temanggung, Magelang, Semarang, Kendal. Per bungkus 1 kg dari saya (harga) Rp 5 ribu," kata Nabil.
"Keunggulannya kan tahan lama, tahan panas, praktis, tanpa asap, tidak bau. (tahan) 3-4 jam," tutur dia.
(ams/ahr)