Perajin Lampion di Bandung Kebanjiran Order Jelang Imlek

Perajin Lampion di Bandung Kebanjiran Order Jelang Imlek

Wisma Putra - detikJabar
Sabtu, 18 Jan 2025 18:30 WIB
Proses pembuatan lampion di Jalan Gunung Batu, No 16, Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Cicendo, Kota Bandung.
Proses pembuatan lampion di Jalan Gunung Batu, No 16, Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Cicendo, Kota Bandung. Foto: Wisma Putra/detikJabar
Bandung -

Sebuah ruangan, seukuran garasi mobil yang berada di permukiman penduduk di Jalan Gunung Batu, No 16, Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Cicendo, Kota Bandung tampak dipenuhi sejumlah orang yang sedang membuat ornamen khas Imlek, yakni lampion.

Saat detikJabar berkunjung ke tempat tersebut, mereka yang didominasi oleh kaum ibu, tampak sibuk dengan pekerjaan membuat lampion. Dengan cekatan, satu persatu lampion yang dimulai dari pembuatan rangka, pengeleman hingga pemasangan kain dilakukan.

Mereka harus bekerja cepat dan fokus, pasalnya lampion-lampion yang mereka buat sudah ditunggu oleh pemesan. Selain cepat, mereka juga harus teliti dalam proses pembuatan agar menghasilkan lampion yang berkualitas.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Workshop yang dikunjungi detikJabar bernama L&D Art Lamp yang dimiliki sepasang suami istri Lisye Diana dan Dudu Abdul Syukur.

"Permintaan lampion lebih banyak dari sebelumnya untuk memenuhi Imlek, kemarin ada empat perusahaan yang sudah follow up (pesan), dan dua perusahaan yang akan sedang follow up (pesan), sekitar 1.000-an," kata Owner L&D Art Lamp Lisye Diana kepada detikJabar, Sabtu (18/1/2025).

ADVERTISEMENT

Untuk Imlek tahun ini, ada empat pekerja tetap dan 9 pekerja freelance membantu memproduksi lampion di workshop-nya. Meski dibuat di Bandung, lampion-lampion itu nantinya akan disalurkan ke seluruh daerah di Indonesia.

"Rata-rata Jakarta, Malang dan Surabaya," ujarnya.

Lalu berapa harga lampion yang dijual Anggi?

"Dari Rp35 ribu dari yang kecil, sampai yang tergantung dengan model, kalau model yang sekarang untuk Imlek-an sekitar Rp1,2 juta ada juga yang bulet, balon terbang dan kapsul," tuturnya.

Selain perusahaan, ada juga masyarakat yang membeli lampion di tempat Lisye secara langsung. "Ada banyak, mereka butuhkan untuk kebutuhan di rumah atau kuil yang jumlahnya tidak banyak," ujarnya.

Menurut Liesye, sebelumnya dia pernah membuat showroom untuk menjual produknya yakni di Jalan Setiabudi dan Jalan Gunung Batu. Karena produknya banyak dikenal akhirnya Lisye putuskan kembali ke rumah.

"Showroom (pernah) ada di kawasan Setia Budi dan Jalan Gunung Batu karena pelanggan sudah banyak, akhirnya buat workshop tidak jauh dari rumah," tambahnya.

Disinggung terkait rahasia lampion miliknya bisa dikenal banyak orang, Lisye sebut dia bangun bersama sang suami dari nol dan dilakukan secara otodidak.

"Saya dan suami belajar dan bisa mengembangkan sampai saat ini. Kita lakukan event, mereka juga sudah tahu dengan produk tersebut," pungkas Lisye.

(sud/sud)


Hide Ads