Warga di pinggir Waduk Cengklik, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali, memanfaatkan eceng gondok sebagai energi baru terbarukan. Mereka memanfaatkan gulma itu menjadi biogas untuk memasak.
"Alhamdulillah saat ini sudah 19 KK (kepala keluarga) yang memanfaatkan produk biogas dari eceng gondok ini," kata Ketua Kelompok Masyarakat Ngudi Tirto Lestari, Turut Raharjo, Kamis (19/10/2023).
Waduk Cengklik yang berada di wilayah Kecamatan Ngemplak dan Kecamatan Sambi, Boyolali, ini tidak hanya menjadi salah satu ikon wisata alam. Tapi juga memberikan dampak lingkungan dan ekonomi bagi masyarakat sekitar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Waduk buatan dengan luas genangan mencapai 300 hektare itu menjadi sumber mata pencaharian bagi nelayan. Juga menjadi sumber pengairan lahan pertanian di sekitar waduk.
Hanya saja, Waduk Cengklik memiliki permasalahan tersendiri yaitu keberadaan eceng gondok. Tumbuhan air ini banyak dijumpai di Waduk Cengklik. Bahkan keberadaan tumbuhan air itu sudah sangat meresahkan petani nelayan di sana.
Pertumbuhannya yang begitu cepat, mengganggu para nelayan maupun pemilik karamba jaring apung. Rumpun eceng gondok mudah berpindah tempat karena terbawa angin. Jika menghantam karamba, bisa berpindah dan bahkan merusak jaring milik nelayan. Selain itu, eceng gondok juga berdampak pada sedimentasi dan volume debit air waduk.
"Eceng gondok menjadi momok bagi masyarakat sini, sangat meresahkan. Karena begitu perkembangan yang sangat cepat, sehingga terutama para nelayan itu kalau mau berangkat kegiatan ke waduk, itu susah karena penuh eceng gondok dan juga mengurangi volume debit di waduk," ungkap Turut.
Berbagai upaya telah dilakukan, seperti membersihkan waduk dari eceng gondok yang dilakukan rutin setiap minggu. Pengangkatan itu dilakukan oleh pokmas-pokmas yang ada di sekitar Waduk Cengklik.
Inisiatif memanfaatkan eceng gondok untuk energi dilakukan Pokmas Ngudi Tirto Lestari, Dukuh Turibang, Desa Sobokerto, Kecamatan Ngemplak. Anggota Pokmas berinisiatif mencari solusi permasalahan eceng gondok yang banyak di Waduk Cengklik.
![]() |
Pokmas ini akhirnya mendapat bantuan pendampingan dari Pertamina, memanfaatkan gulma eceng gondok untuk sejumlah kegiatan yang bermanfaat. Di antaranya untuk biogas. Selain itu juga untuk pembuatan pupuk organik baik yang padat maupun cair.
"Kita dibantu Pertamina dan bisa berjalan sampai saat ini," ujarnya.
Pemanfaatan eceng gondok untuk biogas, jelas Turut, saat ini sudah 19 KK anggota Pokmas Ngudi Tirto Lestari. Meski diakuinya belum maksimal, namun sudah bisa mengurangi volume kebutuhan gas elpiji warga.
"Walaupun belum maksimal seperti yang kita harapkan, paling tidak sudah ada pengurangan kebutuhan gas (elpiji) di kelompok kami," imbuh dia.
Pembuatan biogas eceng gondok ini dibuat dengan mencacah gulma tersebut. Kemudian dimasukkan ke drum sebagai biodigester. Kemudian dicampur air, EM4 dan kotoran sapi, selanjutnya diaduk merata. Lalu ditutup rapat untuk fermentasi.
Selengkapnya di halaman selanjutnya
Anggota Pokmas Ngudi Tirto Lestari, Dalmanto, menambahkan fermentasi selama 21 hari. Setelah tiga minggu atau 21 hari itu, sudah menghasilkan gas. Gas dari Digester dialirkan ke ban bekas untuk menyimpan biogas. Biogas eceng gondok pun sudah bisa digunakan untuk memasak dengan disambungkan ke kompor.
"Setelah ada gasnya, setiap hari harus rutin mengisi, supaya biogas tetap ada. Kalau berhenti mengisi satu atau dua hari saja, gasnya akan berkurang," katanya.
![]() |
Salah seorang warga pengguna biogas eceng gondok, Atit Nur Aryana, mengatakan biogas eceng gondok ini bisa menghemat kebutuhan untuk memasak. Khususnya kebutuhan gas elpiji karena sudah tergantikan dengan biogas ini.
"Alhamdulillah sangat membantu, ya kan lebih ekonomis, lebih murah, lebih ramah lingkungan," ungkap Atit.
Hanya saja, diakui, memang belum begitu maksimal. Satu ban biogas itu hanya bisa digunakan untuk memasak sampai 25 menit. Pihaknya terkendala di ban yang digunakan untuk menampung biogas itu. Digester biogas yang menggunakan drum plastik itu kapasitasnya juga kecil.
"Satu ban bisa digunakan untuk memasak sampai 25 menit. Untuk memasak secukupnya, kalau sudah mati ganti gas (elpiji). Kita Kendala di ban yang kecil, kalau ada yang lebih besar mungkin ya lebih lama. Di penampungan biogasnya," kata dia.