Dompet-HP Raib, Korban Copet Sambat Diminta Tidur Bareng ODGJ di Shelter Dinsos

Saktyo Dimas R - detikJateng
Senin, 06 Okt 2025 21:41 WIB
Ilustrasi korban copet. Foto: Edi Wahyono
Kendal -

Tiga orang wanita dan seorang bocah menjadi korban pencopetan saat hendak bertolak ke Kalimantan. Mereka sempat menolak saat ditampung Dinas Sosial Kendal karena ditempatkan dalam satu ruangan bersama orang dengan gangguan jiwa (ODGJ).

Aksi pencopetan dialami ketiga korban saat berada di dalam bus yang mereka naiki pada Rabu (1/10) sore. Mereka baru sadar dicopet saat hendak membeli minuman di Terminal Mangkang, Semarang. Saat itu mereka menyadari uang dan HP raib.

Ketiga wanita tersebut ialah Ajeng Raju Marisya warga Jakarta Utara, Siti Yaenab Arum warga kabupaten Wonosobo, Tati Setiawati warga kabupaten Sukabumi, dan seorang bocah inisial EAY (2).

Kemudian pada Jumat (3/10), tiga wanita dan satu bocah itu ditemukan warga Kecamatan Patean, Mutalifin, untuk ditolong ke Pelabuhan Tanjung Emas. Namun, karena tidak mempunyai kartu identitas, maka mereka tidak bisa naik kapal.

Mutalifin lalu mengajak keempatnya ke Polsek Patean. Kapolsek Patean, Iptu Aris Krismanto, membenarkan soal itu.

"Memang benar, kemarin Jumat (3/10) siang, ada 3 orang wanita bersama seorang bocah yang masih berusia 2 tahun ke Polsek Patean. Menurut keterangannya, mereka ini jadi korban copet saat di dalam bus dari Jakarta menuju Kalimantan," ungkap Aris saat dihubungi detikJateng, Senin (6/10/2025).

"Mereka ini sempat ditolong salah seorang warga Patean waktu di Terminal Mangkang, Semarang. Terus diantar ke Pelabuhan Tanjung Emas, tapi karena tidak ada identitasnya dan tiketnya maka tidak bisa melanjutkan perjalanannya ke Kalimantan," sambungnya.

Di Polsek Patean, petugas sempat mendata keempat orang itu. Setelah itu, Polsek berkoordinasi dengan petugas Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) Patean, Wahid, yang membawa para korban ke kantor Dinas Sosial Kendal.

"Setelah kami minta keterangan dari ketiganya, kami berkoordinasi dengan TKSK kecamatan Patean, Pak Wahid. Lalu ketiganya diantar ke Dinas Dosial kabupaten Kendal," jelasnya.

Di kantor dinsos, Wahid menyerahkan empat orang tersebut ke petugas shelter, Maghfur. Ia lantas berkomunikasi dengan Ketua Tim PGOT, ODGJ dan disabilitas Dinsos Kendal, Rina Wijayanti.

Tidur di Ruangan Bareng ODGJ

Namun, salah satu korban mengungkap mereka terpaksa menolak pelayanan dari Dinsos Kendal. Pasalnya, mereka diberikan tempat untuk menginap yang jadi satu dengan ODGJ.

"Saya sama saudara dua saudara perempuan saya ini kecopetan di bus. Kemarin itu dibawa ke dinas sosial dan disuruh menginap di ruangan itu (shelter)," kata salah satu korban, Ajeng, saat ditemui detikJateng di aula kantor Dinsos Kendal, Senin (6/10).

"Saya jelas tidak mau dan menolak karena saya bawa anak kecil, dan dijadikan satu ruangan dengan orang gila. Saya dan anak serta saudara kan bukan gelandangan atau orang gila," lanjutnya.

Ajeng berkata, dia sempat meminta izin supaya bisa menginap di sekitar musala. Namun, permintaan itu ditolak dan mereka harus menempati shelter.

"Saya waktu itu izin untuk menginap di mushola namun tidak diizinkan. Petugasnya bilang kalau atasannya menyuruh untuk menginap di shelter," terangnya.

"Saya pilih pergi dari kantor dinas sosial daripada saya dan anak saya harus tidur satu ruangan dengan ODGJ," tambahnya.

Setelah itu salah satu pegawai Dinsos menawarkan keempat korban untuk tinggal di sebuah rumah kos tanpa dipungut biaya.

"Saya beruntung ditolong sama pegawai di sini, Pak Bandi, yang menawarkan menginap di rumah kos. Saya tidak dimintai uang, orangnya baik," ujarnya.

Lebih lanjut, Ajeng berharap dirinya bisa difasilitasi supaya bisa melanjutkan perjalanan ke Kalimantan.

"Tujuan saya ke sini cuma berharap pihak dinsos mau membantu kepergiannya ke Kalimantan. Hanya itu harapan kami," tuturnya.




(apu/dil)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork