Wakil Menteri Sosial Agus Jabo mengungkap para murid dan guru di Sekolah Rakyat wajib mengikuti tes berbasis artificial intelligence (AI) secara berkala. Hal itu disebut untuk memetakan bakat siswa.
Agus mengatakan Presiden Prabowo Subianto menginginkan agar Sekolah Rakyat berjalan layaknya Sekolah Taruna Nusantara, yang berasrama dengan berbagai fasilitas yang memadai. Namun bedanya, Sekolah Rakyat akan memaksimalkan AI atau kecerdasan buatan.
"Perbedaan sekolah rakyat dengan sekolah yang lain, di Sekolah Rakyat nanti bakat anak-anak akan diidentifikasi sejak awal menggunakan teknologi AI," kata Agus di saat meresmikan Sekolah Rakyat Terintegrasi di Kecamatan Pedurungan, Semarang, Selasa (30/9/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Agus, teknologi tersebut akan membaca kemampuan akademik, kesehatan mental hingga interaksi sosial siswa. Data itu kemudian dianalisis untuk menentukan langkah pendampingan yang tepat.
"Jadi, bakat anak-anak di sekolah rakyat sudah akan teridentifikasi sejak mereka masuk sekolah, setelah melakukan tes AI, termasuk guru-gurunya," jelasnya.
"Anak yang memang bakatnya jadi dokter sejak kecil akan dididik untuk menyalurkan bakatnya menjadi dokter. Yang pengin jadi pengusaha nanti ketahuan," lanjutnya.
Tak hanya siswa, guru juga menjalani tes AI untuk mengukur kualitas mengajar dan kemampuan beradaptasi dengan metode pendidikan baru.
"Pemetaan talenta siswa Sekolah Rakyat dilakukan sejak masa orientasi dengan melakukan talent mapping, termasuk juga potensi kepala sekolah dan guru Sekolah Rakyat," ujarnya.
Ia menyebut Sekolah Rakyat di Kota Semarang menjadi salah satu dari 165 titik yang sudah berdiri di seluruh Indonesia. Pulau Jawa memiliki Sekolah Rakyat terbanyak dengan 69 sekolah.
"Ada kurang lebih 16.000 siswa dari SD, SMP, SMA, kurang lebih 2.400 guru, kurang lebih 4.442 tenaga pendidikan di 165 titik. Jawa Tengah mendapatkan 14 titik sekolah lain," tuturnya.
Ia mengatakan Kemensos bersama Pemkot Semarang juga menyiapkan lahan seluas 6 hektare di kawasan Tembalang untuk pembangunan kompleks permanen Sekolah Rakyat. Sekolah itu dirancang menyerupai Taruna Nusantara dengan asrama, laboratorium, perpustakaan, aula, hingga lapangan olahraga.
"Mudah-mudahan Semarang menjadi pelopor pengentasan kemiskinan dan penghapusan kemiskinan ekstrem," kata Agus.
Agus menjelaskan Sekolah Rakyat dirancang sebagai sekolah berasrama dengan fasilitas lengkap. Siswa-siswa yang berasal dari keluarga miskin ekstrem tak hanya mendapat pendidikan formal, tetapi juga pembentukan karakter, keterampilan vokasi hingga kemampuan teknologi.
"Best-nya adalah teknologi, mereka harus menguasai bahasa asing, mereka punya laptop masing-masing," ujarnya.
Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Semarang, Bambang Pramusinto menambahkan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) siswa Sekolah Rakyat Kota Semarang dibuka hari ini. Sebelumnya, para siswa ini sudah bersekolah di sekolah lain.
"MPLS Sekolah Rakyat mulai ini. Sebelumnya mereka sekolah di tempat lain, kemudian dipindah. Tapi tentu ada kriteria, misalnya harus dari Desil 1 atau 2. Orang tuanya siap, anaknya juga siap," kata Bambang.
Bambang menjelaskan, angkatan pertama ini terdiri dari siswa kelas 1 SD dan kelas 7 SMP. Total ada 50 siswa SD dan 50 siswa SMA dengan empat rombongan belajar (rombel).
"Dua rombel SD, dua rombel SMA," tambahnya.
Sementara untuk guru yang mengajar dan kepala sekolah di Sekolah Rakyat, kata dia, direkrut langsung oleh Kementerian Sosial dan mayoritas berstatus P3K baru.
Adapun, Kota Semarang telah menyiapkan lahan di Rowosari, Kecamatan Tembalang, untuk pembangunan gedung Sekolah Rakyat. Jika gedung selesai dibangun, para siswa akan dipindah untuk bersekolah di gedung tersebut.
"(Kapan selesai?) Kalau itu teknis, saya tidak bisa menjawab soal itu. Tapi sudah proses. Kalau targetnya sih ajaran baru nanti 2026 sudah bisa dipenuhi," ucapnya.
"Setelah ini diresmikan, nanti Disdik banyak berperan di sana. Tapi bersama dengan Dinas Pendidikan Provinsi. Guru-gurunya, pendampingnya, sudah diretret," sambungnya.