1.000 Hari Kematian Iwan PNS Semarang Masih Misterius, Kuasa Hukum Beri Kritik

1.000 Hari Kematian Iwan PNS Semarang Masih Misterius, Kuasa Hukum Beri Kritik

Arina Zulfa Ul Haq - detikJateng
Selasa, 08 Jul 2025 12:32 WIB
Gelaran misa arwah 1000 hari wafatnya almarhum Iwan Boedi Paulus di Gereja St. Theresia Bongsari, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang, Senin (7/7/2025).
Gelaran misa arwah 1.000 hari wafatnya Iwan Boedi Paulus di Gereja St. Theresia Bongsari, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang, Senin (7/7/2025). Foto: dok. Yunantyo Adi Setiawan
Semarang - Kasus kematian Iwan Boedi, PNS Kota Semarang yang jasadnya ditemukan dalam kondisi terbakar di kawasan Pantai Marina, Kota Semarang, masih menjadi misteri. Misa arwah 1.000 hari wafatnya Iwan Boedi pun jadi simbol nyata harapan keluarga agar keadilan untuk Iwan segera ditegakkan.

Hal itu dikatakan kuasa hukum keluarga, Yunantyo Adi Setiawan. Misa 1.000 hari telah digelar di Gereja St. Theresia Bongsari Semarang, Kecamatan Banyumanik, Senin (7/7) malam dan dipimpin Uskup Agung Semarang, Mgr. Robertus Rubiyatmoko.

"Ini bukan hanya misa untuk mengenang almarhum. Ini bentuk perlawanan sunyi dan peringatan moral bahwa negara belum menunaikan tanggung jawabnya," kata Yunantyo dalam keterangan tertulisnya, Selasa (8/7/2025).

Menurut Yunantyo, selama 1.000 hari terakhir, belum ada kejelasan hukum terkait kematian Iwan Boedi, pada September 2022. Padahal, sebelum wafat, Iwan dijadwalkan untuk memberi keterangan ke Ditreskrimsus Polda Jawa Tengah terkait dugaan penyimpangan sertifikasi lahan fasum-fasos.

"Negara lalai. Iwan bukan tersangka, ia hanya dipanggil sebagai orang yang tahu. Tapi justru setelah itu, ia tewas. Ini bentuk kegagalan negara dalam melindungi warganya yang berada dalam posisi rentan," tegasnya.

Yunantyo menilai, dari aspek hukum dan hak asasi manusia, kasus ini mengandung unsur pelanggaran HAM karena kelalaian. Ia mengutip pasal-pasal di UUD 1945 dan UU Perlindungan Saksi dan Korban, yang mewajibkan negara memberikan perlindungan, bahkan sebelum ancaman nyata terjadi.

"Negara tidak bisa berlindung di balik ketidaktahuan. Hak untuk hidup adalah hak paling dasar. Dan ketika negara abai, maka itu pelanggaran," ujar Yunantyo.

Yunantyo menduga, kematian Iwan berkaitan dengan informasi yang ia miliki. Menurutnya, bisa jadi Iwan mengetahui skema yang lebih besar terkait aset daerah, hibah, atau proses pencatatan yang bermasalah.

"Kalau memang kasusnya kecil, kenapa sampai harus ada nyawa yang hilang?" katanya.

Misa 1.000 tadi malam, menurutnya, adalah bentuk protes moral yang dilakukan keluarga, masyarakat, dan bahkan institusi Gereja, atas lambannya penegakan hukum. Ia berharap, pemerintah pusat dan lembaga penegak hukum segera menindaklanjuti kasus ini secara serius.

"Kami tidak akan lelah menagih keadilan. Ini bukan sekadar soal Iwan, tapi soal bagaimana negara memperlakukan warganya yang jujur, yang loyal, dan yang ingin menyuarakan kebenaran," tegasnya.

Keluarga almarhum pun telah menyampaikan pengaduan resmi ke Presiden RI dan Komnas HAM. Namun hingga kini, belum ada kejelasan siapa pelaku pembunuhan, dan bagaimana perlindungan terhadap saksi potensial seperti Iwan akan diperbaiki ke depan.

"Selama kebenaran belum ditegakkan, penghormatan demi penghormatan akan terus dilakukan. Doa akan terus bersuara. Untuk keadilan, untuk kebenaran, dan untuk kemanusiaan," kata Yunantyo.

Adapun dalam misa malam itu, istri Iwan, Onee Anggarawati, mengaku masih belum memahami mengapa tragedi tersebut menimpa keluarganya.

"Saya tidak pernah minta kehilangan ini terjadi. Tidak ada isyarat apa pun, tidak ada pesan. Saya cuma bisa bertanya. Tuhan, saya harus bagaimana?" kata Onee.

Ia mengenang hari-hari awal pascakepergian suaminya sebagai masa paling gelap dalam hidupnya. Ia merasa kebingungan, kehilangan pegangan, bahkan sempat percaya pada pihak-pihak yang mengaku bisa memberi petunjuk spiritual.

"Saya seperti orang linglung waktu itu. Bahkan sempat percaya pada dukun, orang pintar. Semua itu nihil. Hingga hari ini belum ada titik terang," tuturnya.

Kendati demikian, Onee menyatakan dirinya perlahan belajar menerima kenyataan, sembari tetap memohon keadilan ditegakkan. Ia berharap aparat penegak hukum tidak menghentikan penyelidikan atas kematian suaminya.

"Kepada aparat polisi, bekerjalah, agar dapat segera menyelesaikan kasus ini dengan bimbingan dari Tuhan. Dengan kekuatan dari Tuhan, apa yang harus saya lakukan terjawab sudah dengan rasa ikhlas malam ini," harapnya.


(apu/rih)


Hide Ads