Kapan Waktu Itikaf? Ini Tata Cara, Niat, Rukun, serta Keutamaannya

#RamadanJadiMudah by BSI

Kapan Waktu Itikaf? Ini Tata Cara, Niat, Rukun, serta Keutamaannya

Anindya Milagsita - detikJateng
Rabu, 26 Mar 2025 11:39 WIB
Ilustrasi seorang anak sedang membaca Al-Quran
Ilustrasi itikaf. (Foto: Pexels/Abdullah Ghatasheh)
Solo -

Salah satu amalan yang dianjurkan selama bulan Ramadhan adalah itikaf. Sebagai acuan bagi kaum muslim yang hendak mengerjakan amalan tersebut, berikut akan diuraikan panduan itikaf mulai dari waktu pengerjaan, keutamaan, bacaan niat, hingga tata caranya.

Dijelaskan dalam buku 'Panduan Muslim Kaffah Sehari-hari dari Kandungan hingga Kematian' karya Dr Muh Hambali, MAg, bahwa pengertian itikaf dari segi bahasa adalah berdiam diri dan menetap dalam sesuatu. Kemudian sesuai dengan istilah, itikaf adalah ibadah sunnah yang telah dijelaskan di dalam Al-Quran maupun As-Sunnah. Salah satunya sebagaimana Allah SWT berfirman di dalam Surat Al-Baqarah ayat 125 bahwa:

وَاِذْ جَعَلْنَا الْبَيْتَ مَثَابَةً لِّلنَّاسِ وَاَمْنًاۗ وَاتَّخِذُوْا مِنْ مَّقَامِ اِبْرٰهٖمَ مُصَلًّىۗ وَعَهِدْنَآ اِلٰٓى اِبْرٰهٖمَ وَاِسْمٰعِيْلَ اَنْ طَهِّرَا بَيْتِيَ لِلطَّاۤىِٕفِيْنَ وَالْعٰكِفِيْنَ وَالرُّكَّعِ السُّجُوْدِ ۝١٢٥

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wa idz ja'alnal-baita matsâbatal lin-nâsi wa amnâ, wattakhidzû mim maqâmi ibrâhîma mushallâ, wa 'ahidnâ ilâ ibrâhîma wa ismâ'îla an thahhirâ baitiya lith-thâ'ifîna wal-'âkifîna war-rukka'is-sujûd.

Artinya: "(Ingatlah) ketika Kami menjadikan rumah itu (Ka'bah) tempat berkumpul dan tempat yang aman bagi manusia. (Ingatlah ketika Aku katakan,) 'Jadikanlah sebagian Maqam Ibrahim sebagai tempat sholat.' (Ingatlah ketika) Kami wasiatkan kepada Ibrahim dan Ismail, 'Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang tawaf, yang iktikaf, serta yang rukuk dan sujud (sholat)!'."

ADVERTISEMENT

Mengingat itikaf menjadi amalan yang disunnahkan kepada kaum muslim, termasuk di bulan Ramadhan ini, tidak ada salahnya untuk mengerjakannya bagi yang mampu dan memenuhi syarat. Sebagai panduan, berikut penjelasan secara lengkap mengenai kapan waktu itikaf dan berapa lama ibadah ini dikerjakan.

Waktu Mengerjakan Itikaf di Masjid

Salah satu hal yang perlu diperhatikan selama pengerjaan ibadah itikaf adalah waktu mengerjakannya. M Al Farbi dalam buku 'Bereskan Ibadahmu Maka Allah Akan Bereskan Pekerjaanmu', bahwa terdapat berbagai pandangan di kalangan para ulama terkait berapa lama itikaf boleh dilakukan.

Pandangan pertama berasal dari mazhab Hanafi yang mengisyaratkan itikaf dilakukan minimal sehari. Namun, mazhab Maliki justru menyatakan itikaf perlu dilakukan minimal sehari semalam.

Berbeda dengan pandangan dari Imam Syafi'i, Ahmad, dan Ishaq bin Rahawaih yang meyakini ukuran minimalnya adalah saat seseorang berdiam diri dan tidak disyaratkan harus duduk. Meskipun begitu, salah satu pandangan yang banyak diyakini oleh kaum muslim berasal dari riwayat hadits.

Diriwayatkan dari Umar r.a. bahwa itikaf bisa dilakukan tidak hanya di bulan Ramadhan saja, melainkan di hari-hari lain. Akan tetapi, itikaf di bulan Ramadhan lebih utama. Inilah yang membuat itikaf sering kali dilakukan oleh kaum muslim pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan yang bertujuan untuk meraih Lailatul Qadar.

Sementara itu, di dalam buku 'Fikih Madrasah Tsanawiyah Kelas VIII' karya H Ahmad Ahyar dan Ahmad Najibullah, bahwa terdapat sebuah riwayat hadits yang menjelaskan tentang waktu melaksanakan itikaf. Adapun waktu utama mengerjakan ibadah ini adalah bulan Ramadhan, tepatnya pada sepuluh hari terakhir.

Hal tersebut sejalan dengan sebuah riwayat hadits yang menerangkan:

عَنْ عَائِشَة كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى يَتَوَفَّاهُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ رواه البخاري و مسلم

"Dari Aisyah r.a., ia menerangkan bahwa Rasulullah SAW melakukan itikaf setelah tanggal dua puluh Ramadhan hingga beliau wafat," (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Kemudian di dalam riwayat yang lain turut dijelaskan tentang Rasulullah SAW dalam melakukan itikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Sebagaimana diriwayatkan:

عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ كَانَ يَعْتَكِفُ فِي الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ رواه البخاري و مسلم

Artinya: "Dari Ibnu Umar bahwa Nabi SAW, beri'tikaf di sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan," (HR. Muslim).

Merujuk dari penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa tidak ada larangan mengerjakan itikaf di luar bulan Ramadhan. Akan tetapi, waktu yang lebih utama dalam mengerjakannya adalah pada bulan Ramadhan. Terutama selama sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan.

Keutamaan Itikaf di Masjid

Lantas, apa sajakah keutamaan melakukan itikaf di masjid? Terkait dengan hal ini ada sebuah riwayat hadits yang menerangkan tentang sabda Rasulullah SAW terkait ajakan melakukan itikaf. Seperti diungkap dalam buku 'Obat Putus Asa: Amalan-Amalan Terbaik untuk Menghadirkan Rahmat Allah agar Hidup Sukses, Bahagia, Berkah dan Penuh Keajaiban' karya Muclas Al-Farbi, bahwa Rasulullah SAW bersabda:

"'Siapa saja di antara kalian yang ingin melakukan itikaf, beritikaflah'. Lalu orang-orang pun melakukan itikaf bersama beliau," (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, An-Nasa'i, Malik, dan Ahmad).

Lebih lanjut dijelaskan melalui 'Panduan Lengkap Puasa Ramadhan Menurut al-Qur'an dan Sunnah' oleh Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar as-Sidawi dan Abu Abdillah Syahrul Fatwa bin Lukman, bahwa salah satu keutamaan itikaf adalah sebagai upaya bagi seseorang dalam meraih malam Lailatul Qadar.

Di dalam sebuah riwayat diterangkan bahwa Aisyah r.a. berkata:

كَانَ رَسُولُ اللهِ ﷺ يُجَاوِرُ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ، وَيَقُولُ: تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

"Rasulullah berdiam diri di dalam masjid pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Beliau berkata, 'Carilah Lailatul Qadr pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan'," (Zadul Ma'ad 2/82).

Rukun Itikaf di Masjid

Serupa dengan ibadah yang lain, terdapat rukun-rukun yang perlu diperhatikan bagi kaum muslim sebelum mengerjakan itikaf. Masih dijelaskan dalam buku yang sama, bahwa setidaknya ada tiga syarat bagi seseorang agar dapat mengerjakan itikaf di masjid.

Pertama, orang tersebut haruslah muslim. Lalu kedua, seseorang yang beritikaf harus berakal sehat. Kemudian syarat ketiga adalah seseorang harus suci dari hadats besar. Baik itu karena haid, nifas, junub, maupun perkara lainnya.

Tidak hanya itu saja, itikaf juga harus dilakukan di masjid. Hal ini sejalan dengan sebuah firman Allah SWT di dalam Al-Quran. Melalui Surat Al-Baqarah ayat 187 Allah SWT berfirman:

اُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ اِلٰى نِسَاۤىِٕكُمْۗ هُنَّ لِبَاسٌ لَّكُمْ وَاَنْتُمْ لِبَاسٌ لَّهُنَّۗ عَلِمَ اللّٰهُ اَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَخْتَانُوْنَ اَنْفُسَكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنْكُمْۚ فَالْـٰٔنَ بَاشِرُوْهُنَّ وَابْتَغُوْا مَا كَتَبَ اللّٰهُ لَكُمْۗ وَكُلُوْا وَاشْرَبُوْا حَتّٰى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْاَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْاَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِۖ ثُمَّ اَتِمُّوا الصِّيَامَ اِلَى الَّيْلِۚ وَلَا تُبَاشِرُوْهُنَّ وَاَنْتُمْ عٰكِفُوْنَۙ فِى الْمَسٰجِدِۗ تِلْكَ حُدُوْدُ اللّٰهِ فَلَا تَقْرَبُوْهَاۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ اٰيٰتِهٖ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُوْنَ ۝١٨٧

Uḫilla lakum lailatash-shiyâmir-rafatsu ilâ nisâ'ikum, hunna libâsul lakum wa antum libâsul lahunn, 'alimallâhu annakum kuntum takhtânûna anfusakum fa tâba 'alaikum wa 'afâ 'angkum, fal-âna bâsyirûhunna wabtaghû mâ kataballâhu lakum, wa kulû wasyrabû ḫattâ yatabayyana lakumul-khaithul-abyadlu minal-khaithil-aswadi minal-fajr, tsumma atimmush-shiyâma ilal-laîl, wa lâ tubâsyirûhunna wa antum 'âkifûna fil-masâjid, tilka ḫudûdullâhi fa lâ taqrabûhâ, kadzâlika yubayyinullâhu âyâtihî lin-nâsi la'allahum yattaqûn.

Artinya: "Dihalalkan bagimu pada malam puasa bercampur dengan istrimu. Mereka adalah pakaian bagimu dan kamu adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menahan dirimu sendiri, tetapi Dia menerima tobatmu dan memaafkanmu. Maka, sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah bagimu. Makan dan minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan) antara benang putih dan benang hitam, yaitu fajar. Kemudian, sempurnakanlah puasa sampai (datang) malam. Akan tetapi, jangan campuri mereka ketika kamu (dalam keadaan) beritikaf di masjid. Itulah batas-batas (ketentuan) Allah. Maka, janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia agar mereka bertakwa."

Rukun itikaf lainnya adalah seseorang berdiam diri di masjid dan mengawali ibadah ini dengan bacaan niat. Apabila seorang muslim yang hendak melakukan itikaf di masjid, maka juga perlu untuk izin terlebih dahulu kepada walinya.

Niat Itikaf di Masjid

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, salah satu rukun itikaf adalah membaca niat terlebih dahulu. Masih mengutip dari buku sebelumnya yaitu 'Panduan Muslim Kaffah Sehari-hari dari Kandungan hingga Kematian', dijelaskan bahwa terdapat sebuah bacaan niat yang bisa diamalkan oleh seseorang saat itikaf. Berikut bacaan doa yang dimaksud:

نَوَيْتُ الْاعْتِكَافَ فِي هُذَا المَسْجِدِ سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى.

Nawaitul i'tikafa fii haadzal masjidi sunnatan lillaahi ta'aalaa.

Artinya: "Aku berniat itikaf di masjid ini, sunnah karena Allah ta'ala."

Tata Cara Itikaf di Masjid

Sementara itu, cara itikaf dapat dilakukan secara sederhana hanya dengan datang ke masjid dan berdiam diri di sana. Namun, bukan berarti berdiam diri dengan tidak melakukan apa-apa. Sebaliknya, kesempatan inilah yang bisa digunakan oleh kaum muslim untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT dan memperbanyak amal ibadahnya.

Seperti dijelaskan dalam buku 'Fikih Madrasah Tsanawiyah SMP Kelas VIII' karya Dr Zainal Muttaqin, MA dan Drs Amir Abyan, MA, bahwa selama beritikaf seseorang dapat menyibukkan diri dengan melakukan berbagai amalan dan ibadah. Sebut saja sholat, dzikir, bertasbih, membaca Al-Quran, hingga mempelajari ilmu Islam.

Tidak hanya itu saja, terdapat hal-hal yang diperbolehkan dan tidak diperkenankan selama seseorang melakukan ibadah itikaf di masjid. Adapun hal-hal yang diperbolehkan saat itikaf adalah sebagai berikut:

  1. Menemui tamu di masjid untuk keperluan yang sesuai syariat Islam.
  2. Makan, minum, dan tidur di masjid dengan tetap menjaga kebersihan sekaligus kesuciannya.
  3. Melakukan sesuatu yang tidak mungkin dilakukan di masjid dan harus segera kembali saat urusan selesai.
  4. Membersihkan tubuh dari kotoran yang menempel di badan, menyisir rambut, memotong kuku, hingga mencukur rambut.
  5. Mengantar istri dengan keluar dari masjid sebentar dan kembali saat sudah menyelesaikan urusan tersebut.

Selanjutnya, ada berbagai hal yang tidak diperkenankan atau dilarang selama itikaf. Berikut beberapa di antaranya:

  1. Pergi untuk sholat Jumat, karena hanya diperbolehkan apabila masjid tempat itikaf tidak melaksanakan sholat tersebut.
  2. Melakukan hubungan intim dengan suami atau istri.
  3. Haid maupun nifas.
  4. Hilangnya akal seseorang karena mabuk atau gila.
  5. Keluar dari agama Islam atau murtad.
  6. Meninggalkan masjid tanpa keperluan dengan sengaja, meski hanya sebentar.

Demikian tadi rangkuman mengenai waktu mengerjakan itikaf lengkap dengan keutamaan, niat, hingga tata caranya. Semoga informasi ini membantu.




(sto/rih)


Hide Ads