Tewasnya mahasiswi yang sedang menempuh pendidikan dokter spesialis di Undip, dr Aulia Risma membuat banyak mata tertuju para perundungan di lingkungan dokter residen. Sayangnya, upaya membongkar kasus perundungan itu tak mudah.
dr Aulia Risma merupakan mahasiswi Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Prodi Anestesi Undip di RSUP dr Kariadi Semarang. Dia ditemukan tewas di kamar kosnya Kelurahan Lepongsari, Kecamatan Gajahmungkur, Kota Semarang, Senin (12/8/2024) malam.
Fakta bahwa dia tewas sendiri di dalam kamar kos yang terkunci dan ditemukannya obat-obatan penenang yang disuntikkan ke tubuhnya membuat banyak pihak menduga dia bunuh diri. Walaupun anggapan itu kemudian ditolak oleh keluarganya.
Keluarga memilih menganggap dr Aulia Risma lalai dalam menyuntikkan obat penghilang rasa sakit ke tubuhnya sendiri. Pereda nyeri itu dikonsumsi Risma karena dirinya sedang sakit HNP atau saraf kejepit.
"Korban meninggal karena sakit, mungkin pas lagi kelelahan keadaan darurat, dia mungkin menyuntikkan anestesinya kelebihan dosis atau apa. Intinya dari keluarga menampik berita bahwa korban meninggal dunia karena bunuh diri," kata Susyanto yang saat itu merupakan pengacara keluarga korban kepada wartawan di Tegal, Jumat (16/8/2024).
Diduga Jadi Korban Bullying
Terlepas dari penyebab tewasnya dr Aulia, catatan yang ditemukan di kamar kosnya tiba-tiba viral. Dalam catatan itu, dr Aulia mengeluhkan dirinya merasa sakit, dia juga mengeluh tak sanggup menjalani PPDS. Menurut polisi, ada 9 lembar catatan berisi seuil curhat dr Aulia.
"Dari TKP ditemukan ada beberapa catatan, setidaknya sembilan lembar catatan. Tetapi poin di sembilan lembar ini dapat kami sampaikan bahwa yang bersangkutan mengeluh kesakitan. Mengeluh kepada Tuhan, kesimpulan yang kami dapatkan. Kedua, kepada seseorang yang dia sayangi 'yang saya tidak kuat'. Kira-kira begitulah kurang lebih di catatannya," kata Kapolrestabes Semarang Kombes Irwan Anwar di Mapolrestabes Semarang.
Di media sosial, kasus perundungan dokter residen kemudian menjadi pembicaraan. Banyak korban perundungan itu buka suara dan menceritakan bahwa perundungan atau bullying di lingkungan dokter residen jamak terjadi. Lembaran potret curhatan itu juga banyak diunggah baik di Instagram atau di X.
Kemenkes, menanggapi itu dengan menyetop praktik PPDS Anestesi Undip di RS Kariadi pada 15 Agustus. Pembekuan aktivitas PPDS Anestesi di RS Kariadi itu diterbitkan dengan surat Nomor TK.02.02/D/44137/2024 tentang Penghentian Sementara Program Studi Anestesi Undip Semarang di RS Kariadi Semarang.
Kemenkes juga menggandeng Polda Jateng untuk mengusut kasus dugaan perundungan itu. Sejumlah orang kemudian diperiksa untuk mengusut kasus tersebut.
Di sisi lain, Undip buru-buru mengeluarkan pernyataan menolak kasus kematian dr Aulia Risma dikaitkan dengan perundungan. Pihak Undip menyebut telah melakukan investigasi dan mempersilakan kepolisian dan Kemenkes untuk melakukan investigasi terkait kasus tersebut.
"Mengenai pemberitaan meninggalnya almarhumah berkaitan dengan dugaan perundungan yang terjadi, dari investigasi internal kami, hal tersebut tidak benar," kata Manajer Layanan Terpadu dan Humas Undip, Utami Setyowati di kantornya, Semarang, Kamis (15/8/2024).
Investigasi yang dimaksud ialah mewawancarai sejawat hingga Kaprodi Anestesi Undip. Undip juga menjelaskan bahwa memang kuliah di prodi anestesi berat. Pihak Undip kemudian berkali-kali membantah adanya perundungan di kasus tewasnya dr Aulia.
Rekaman Curhat dr Aulia bisa dibaca di halaman selanjutnya...
(afn/ahr)