Viral Bentak Warga Pengkritik PMT Balita, Ketua RT di Semarang Buka Suara

Viral Bentak Warga Pengkritik PMT Balita, Ketua RT di Semarang Buka Suara

Arina Zulfa Ul Haq - detikJateng
Jumat, 15 Nov 2024 16:10 WIB
Heboh warga Semarang kritik makanan tambahan balita dibentak Pak RT. Foto diunggah Jumat (15/11/2024).
Heboh warga Semarang kritik makanan tambahan balita dibentak Pak RT. Foto diunggah Jumat (15/11/2024). Foto: dok. IG Kabar Kota Semarang
Semarang -

Video seorang warga Kelurahan Genuksari, Kota Semarang, dibentak Ketua RT, Ketua Posyandu, dan sejumlah warga tersebar di media sosial. Gegaranya warga itu usai mengkritik soal Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Posyandu. Ketua RT yang disebut dalam video itu angkat bicara.

Ketua RT 04 yang rumahnya digunakan untuk Posyandu RW 05, Sulis, mengatakan peristiwa dalam video itu terjadi Selasa (12/11) lalu. Selama ini Sulis dan istrinya yang merupakan kader Posyandu bertugas mengurus persiapan Posyandu dan memberi fasilitas kepada 10 kader Posyandu.

"Yang ngurusi kegiatan posyandu saya dan istri saya. Posyandu di tempat saya. Sejak pagi buta nyiapin sarana prasarana meja kursi, pelaporan juga saya yang buat, kirim ke kelurahan," kata Sulis saat dihubungi detikJateng, Jumat (15/11/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Usai pelaksanaan Posyandu, ia terkejut lantaran mendapat telepon dari para kader yang panik dengan unggahan salah satu warga soal PMT yang viral di media sosial.

"Setelah diupload, saya dan istri sibuk. (Kami) Tdak begitu demen sama medsos, tahu-tahu habis maghrib teman-teman dari pengurus PKK, kelurahan, telepon semua," ujar Sulis.

ADVERTISEMENT

"Teman-teman PKK bilang 'kita kerja nggak bayaran, duit nggak banyak, tahunya hanya pada protes'. Akhirnya datang ke sana. Diceritakan (warga) malah datang grudukan," sambung dia.

Malam itu juga Sulis datang bersama istrinya, ada juga Ketua RT lain bersama istrinya, serta dua pihak kelurahan untuk mengklarifikasi masalah tersebut. Sulis membantah dirinya disebut membentak warga itu dan suaminya.

Sulis mengatakan, awalnya ia menyarankan kepada warga tersebut untuk bertanya dulu ke Ketua RT, Ketua RW, dan kader Posyandu, terkait permasalahan tersebut. Menurutnya, sebelum video itu viral, warga tersebut tidak menanyakan kepada pihak terkait terlebih dahulu.

"Jawabannya malah gini, 'percuma ngomong sama orang-orang seperti itu tidak nyelesaikan masalah, ngomong sama pemerintah nggak ada solusinya'," ucap Sulis.

"Kalau begitu kira-kira emosi tidak? Saya bilang 'weh ojo ngono' saya bilang gitu," sambung Sulis.

Sulis merasa tersinggung karena selama ini dia juga yang harus menutupi kekurangan dari anggaran yang disediakan Pemkot untuk gelaran Posyandu di daerahnya yang melayani sekitar 153 bayi.

"Anggaran setiap bulannya Rp 350 ribu itu masih dipotong pajak sekitar 5 persen. Itu untuk PMT, untuk kasih minum 10 kader yang tidak gajian itu, kalau saya butuh untuk laporan kertas beli di mana, meja kursi beli di mana," kata Sulis.

"Tahu-tahu ada warga yang protes, kan ya mesakke (kasihan) yang ngelakoni (melakukan). Ibu-ibu Posyandu kerja dari jam 08.00-12.00 WIB, masak nggak dikasih minum. Logika berpikirnya boleh mengkritik, tapi klarifikasi dulu," imbuhnya.

Sulis menyayangkan perbuatan salah satu warga Kelurahan Genuksari yang memutuskan untuk langsung mengunggah video tersebut ke medsos tanpa mempertimbangkan pihak-pihak yang terkait. Menurut dia, para kader Posyandu mengaku terbebani dan takut akan mendapat sanksi.

"Paling beban istri saya. Semua kader terutama RT (yang saat itu dikira mengurus Posyandu) bingung, tanya ke saya dan istri saya, takut dipenjara," ucap Sulis.

Dari kejadian ini, Sulis berpesan agar seluruh warga bisa lebih sering berdiskusi secara internal sebelum mengunggah konten ke media sosial.

"Intinya begini, saya tidak antikritik. Saya menghadapi masalah sebagai ketua RT juga sering, sudah biasa, namanya pengabdian sosial. Cuma kepada warga Gen Z jangan gitulah. Kita tabayyun dulu, biar tahu akar masalahnya seperti apa," tuturnya.

Sulis berharap agar kejadian yang viral ini juga bisa membuat Pemkot Semarang berbenah untuk kemudian mengevaluasi apakah anggaran yang disediakan telah sesuai dengan kebutuhan PMT, agar menunya bisa mencukupi kebutuhan gizi para bayi.

"Harapannya dari akar permasalahan ini evaluasi apakah budget itu semua dipukul sama, sarprasnya, kalau Posyandu kan harusnya ada sarana prasarana penunjang, penanganan terhadap kader-kader gimana," kata dia.

Selengkapnya di halaman selanjutnya.

Diberitakan sebelumnya, video yang menunjukkan seorang warga Kelurahan Genuksari, Kecamatan Genuk, Kota Semarang, dibentak Ketua RT, Ketua Posyandu, dan sejumlah warga tersebar di media sosial. Rumahnya digeruduk usai mengkritik Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Posyandu.

Video itu diunggah salah satu akun TikTok @kabarsemarang. Dalam video yang sudah dilihat oleh 558 ribu akun TikTok itu, tampak seorang warga protes terkait menu PMT yang diterimanya di Posyandu.

Namun, ia justru dilabrak Ketua RT, Posyandu, dan sejumlah warga. Hal itu tampak dari video miliknya yang memperlihatkan beberapa warga berbondong-bondong di halaman rumahnya.

"Kritik makanan Posyandu bukannya mendapat maaf dan klarifikasi dari pihak terkait, warga Genuksari justru dilabrak di rumahnya," tulis akun tersebut, Rabu (13/11/2024).

Lurah Genuksari, Yatno, saat dimintai konfirmasi menceritakan kronologi kejadian tersebut. Ia mengatakan, kejadian bermula saat salah satu warganya mengunggah kritik soal PMT yang ia terima dari Posyandu, Selasa (12/11). Unggahan itu lantas viral, sehingga Ketua RT berinisiatif mendatangi rumah warga tersebut.

"Warga kami itu kan ada yang mengunggah di Instagram tentang makanan PMT Posyandu yang kiranya tidak bergizi, dari pihak Pak RT, Pak RW, dan kader Posyandu mendatangi rumah yang mengunggah, mau klarifikasi," kata Yatno saat dihubungi detikJateng Jumat (15/11/2024).

"Tapi dalam klarifikasi tidak ada titik temu, mungkin malah ada kesalahpahaman, tensinya Pak RT agak tinggi, sehingga musyawarah tidak berhasil," sambungnya.

Menanggapi hal itu, Yatno bersama pihak Puskesmas dan kader Posyandu pun ikut mendatangi rumah warga yang protes, Rabu (13/11). Yatno mengatakan, mereka disambut baik tuan rumah, dan mencoba mengomunikasikan dengan bahasa yang lebih santun.

"Saya mengawali pembicaraan, mau klarifikasi permasalahan yang kemarin. Terus kami minta maaf atas mungkin pelayanan kami dalam melayani di bidang Posyandu, terutama makanannya (dari warga) kurang berkenan," jelasnya.

Ia juga berterima kasih atas kritikan dan berkomitmen untuk memperbaiki pelayanan di Posyandu. Yatno mengaku, pihak Posyandu, dan Puskesmas telah sepakat agar nantinya menu di 14 Posyandu di Kelurahan Genuk bisa ditingkatkan.

"Nanti kami evaluasi makanan PMT agar lebih mengarah ke yang bergizi, saya berjanji, dan berbeda-beda bulan ini apa, bulan depan apa. Pokoknya yang mengandung gizi, didampingi oleh tenaga puskesmas yang ahli gizi. Kemudian warga yang mengunggah juga sepakat," jelasnya.

Ia juga telah menyarankan kepada Ketua RT yang bersangkutan untuk meminta maaf kepada salah satu warganya itu. Dari kasus tersebut, Yatno akan mengingatkan seluruh ketua RT dan RW agar bersikap lebih santun dan tidak anti-kritik.

"Saya memohon ke warga kalau ada permasalahan mohon untuk langsung disampaikan kepada kami atau Pak RW bila tidak berkenan, jangan langsung lewat media sosial, kita bicarakan lewat internal dulu lah," pungkasnya.

Halaman 3 dari 2
(dil/ahr)


Hide Ads