Video yang menunjukkan seorang warga Kelurahan Genuksari, Kecamatan Genuk, Kota Semarang, dibentak Ketua RT, Ketua Posyandu, hingga beberapa orang lain tersebar di media sosial. Hal itu terjadi usai dirinya mengkritik pemberian makanan tambahan (PMT) Posyandu.
Salah satu yang mengunggah video tersebut ialah akun TikTok @kabarsemarang. Dalam video yang sudah dilihat oleh 558 ribu akun TikTok itu, tampak seorang warga protes terkait menu PMT yang diterimanya di Posyandu.
Warga itu kemudian dilabrak Ketua RT, pihak Posyandu, dan sejumlah warga lain. Hal itu tampak dari video miliknya yang memperlihatkan beberapa warga berbondong-bondong di halaman rumahnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kritik makanan Posyandu bukannya mendapat maaf dan klarifikasi dari pihak terkait, warga Genuksari justru dilabrak di rumahnya," tulis akun tersebut, Rabu (13/11).
Cerita Warga Usai Dibentak RT
Warga yang dibentak itu ialah Ika Purnama Sari, warga asal Kelurahan Genuksari, Kecamatan Genuk, Kota Semarang. Dia menyebut peristiwa itu bermula saat dirinya ke Posyandu, Selasa (12/11).
Ika mengaku heran dengan pemberian makanan bergizi berupa pisang, puding, dan beberapa makanan kemasan, lalu mengunggahnya ke akun Instagram pribadinya. Dia bermaksud menanyakan hal tersebut kepada Dinas Kesehatan Kota Semarang.
"Beberapa kali PMT saya temukan Ultra Processed Food (UPF) tersebut ada, tapi yang kemarin terbanyak dalam satu paket PMT dengan real food hanya satu yaitu buah pisang," kata Ika saat dimintai konfirmasi detikJateng, Jumat (15/11/2024).
Dalam unggahan itu dia turut menyebut akun Instagram Dinas Kesehatan Kota Semarang dan akun @infokejadian_genuk. Dia berharap mendapat evaluasi atas kritiknya itu.
Kemudian, malam hari itu juga Ketua Posyandu, Ketua RT dan Ketua RW setempat bersama sejumlah warga mendatangi rumahnya. Dalam pertemuan itu, Ika mengaku dibentak oleh para tamunya itu.
"Kami tersinggung atas bentakan-bentakan dari Ketua RT 04 yang ketempatan Posyandu, yang mana bertamu namun tidak memiliki adab seperti itu. Karena mempermasalahkan saya unggah dan tag akun @dkksemarang," jelasnya.
Keesokannya, ia kembali kedatangan tamu, yakni Lurah Genuksari Yatno dan Kepala Puskesmas. Saat itu, mereka menyampaikan permintaan maaf dan berkomitmen untuk mengevaluasi PMT. Hingga kini, Ketua RT disebut belum meminta maaf atas perilaku tidak mengenakkan tersebut.
"Dari Ketua RT 04 yang membentak-bentak saya dan suami terkait kritik PMT belum ada permintaan maaf sama sekali," lanjut Ika.
Penjelasan Lurah Genuksari
Lurah Genuksari, Yanto menyebut bahwa sebenarnya Ketua Posyandu hingga Ketua RT awalnya ingin meminta klarifikasi atas kritik dari Ika. Sayangnya, Pak RT memanas karena tak ada titik temu.
"Warga kami itu kan ada yang mengunggah di Instagram tentang makanan PMT Posyandu yang kiranya tidak bergizi, dari pihak Pak RT, Pak RW, dan kader Posyandu mendatangi rumah yang mengunggah, mau klarifikasi," kata Yatno saat dihubungi detikJateng Jumat (15/11/2024).
"Tapi dalam klarifikasi tidak ada titik temu, mungkin malah ada kesalahpahaman, tensinya Pak RT agak tinggi, sehingga musyawarah tidak berhasil," sambungnya.
Ia juga berterima kasih atas kritikan dan berkomitmen untuk memperbaiki pelayanan di Posyandu. Yatno mengaku, pihak Posyandu, dan Puskesmas telah sepakat agar nantinya menu di 14 Posyandu di Kelurahan Genuk bisa ditingkatkan.
"Nanti kami evaluasi makanan PMT agar lebih mengarah ke yang bergizi, saya berjanji, dan berbeda-beda bulan ini apa, bulan depan apa. Pokoknya yang mengandung gizi, didampingi oleh tenaga puskesmas yang ahli gizi. Kemudian warga yang mengunggah juga sepakat," jelasnya.
Klarifikasi RT dan Respons Wali Kota Semarang bisa dibaca di halaman berikutnya...
Klarifikasi Ketua RT
detikJateng juga sempat berbincang dengan Ketua RT yang membentak Ika. Dia merupakan Ketua RT 4/RW 5, Sulis. Dia bercerita bahwa dirinya dan istrinya yang merupakan kader Posyandu bertugas mengurus persiapan Posyandu dan memberi fasilitas kepada 10 kader Posyandu.
"Yang ngurusi kegiatan posyandu saya dan istri saya. Posyandu di tempat saya. Sejak pagi buta nyiapin sarana prasarana meja kursi, pelaporan juga saya yang buat, kirim ke kelurahan," kata Sulis saat dihubungi detikJateng, Jumat (15/11/2024).
Dia mengaku mendatangi rumah Ika usai dihubungi beberapa pengurus PKK yang panik karena unggahan Ika di Instagram. Sulis juga membantah telah membentak Ika.
Sulis mengatakan, awalnya ia menyarankan kepada warga tersebut untuk bertanya dulu ke Ketua RT, Ketua RW, dan kader Posyandu, terkait permasalahan tersebut. Menurutnya, sebelum video itu viral, warga tersebut tidak menanyakan kepada pihak terkait terlebih dahulu.
"Jawabannya malah gini, 'percuma ngomong sama orang-orang seperti itu tidak nyelesaikan masalah, ngomong sama pemerintah nggak ada solusinya'," ucap Sulis.
"Kalau begitu kira-kira emosi tidak? Saya bilang 'weh ojo ngono' saya bilang gitu," sambung Sulis.
Sulis merasa tersinggung karena selama ini dia juga yang harus menutupi kekurangan dari anggaran yang disediakan Pemkot untuk gelaran Posyandu di daerahnya yang melayani sekitar 153 bayi.
"Anggaran setiap bulannya Rp 350 ribu itu masih dipotong pajak sekitar 5 persen. Itu untuk PMT, untuk kasih minum 10 kader yang tidak gajian itu, kalau saya butuh untuk laporan kertas beli di mana, meja kursi beli di mana," kata Sulis.
"Tahu-tahu ada warga yang protes, kan ya mesakke (kasihan) yang ngelakoni (melakukan). Ibu-ibu Posyandu kerja dari jam 08.00-12.00 WIB, masak nggak dikasih minum. Logika berpikirnya boleh mengkritik, tapi klarifikasi dulu," imbuhnya.
Sulis berharap agar kejadian yang viral ini juga bisa membuat Pemkot Semarang berbenah untuk kemudian mengevaluasi apakah anggaran yang disediakan telah sesuai dengan kebutuhan PMT, agar menunya bisa mencukupi kebutuhan gizi para bayi.
"Harapannya dari akar permasalahan ini evaluasi apakah budget itu semua dipukul sama, sarprasnya, kalau Posyandu kan harusnya ada sarana prasarana penunjang, penanganan terhadap kader-kader gimana," kata dia.
Respons Wali Kota Semarang
Ditanya soal viralnya aksi labrak warga terkait kritikan PMT di Genuksari, Wali Kota Semarang Hevearita G Rahayu atau Mbak Ita menyebut masalah itu sudah diselesaikan. Dia menganggap hal itu hanya miskomunikasi.
Dia menyatakan akan menjadikan kejadian itu sebagai pembelajaran. Selanjutnya akan dilaksanakan rapat evaluasi agar ada perbaikan dari segala lini.
"Jangan kita malah warganya lebih pintar daripada kadernya, warganya lebih pintar daripada Puskesmasnya. Sehingga saya minta berkali-kali sebenarnya, kan namanya PMT harus selalu dinamis, nggak bisa statis gitu," kata Ita saat ditemui wartawan di sela mengecek logistik Pilkada di Gudang KPU Kota Semarang, Jumat (15/11/2024).
Ita menegaskan pihaknya akan mengevaluasi menu PMT Balita agar lebih bergizi dan disesuaikan gizi serta kebutuhan kalorinya untuk masing-masing bayi. Para kader Posyandu juga akan didorong untuk mengedukasi masyarakat soal kebutuhan gizi bagi para bayi.
"Kalau orang awam pasti nggak tahu, nggak banyak tahu kecuali diedukasi. Lah yang paham itu ya Puskesmas, kader (Posyandu). Makanya harus ada edukasi," pungkasnya.