Gangguan kesehatan mental seperti rasa cemas yang menumpuk hingga menjadi depresi acap melanda anak muda seperti mahasiswa. Berbagi cerita jadi salah satu solusi untuk meringankannya, bisa ke orang terdekat atau psikolog. Bisa juga menghubungi Kawan Dengar di Semarang.
Awal Berdirinya Kawan Dengar
Kawan Dengar adalah komunitas konseling sebaya yang didirikan mahasiswa Psikologi dari Fakultas Ilmu Pendidikan dan Psikologi Universitas Negeri Semarang (Unnes) pada 10 Mei 2019. Sempat vakum, komunitas ini kembali giat menggelar kegiatan konseling untuk sebaya dan edukasi tentang kesehatan mental sejak 10 Oktober 2022.
Ketua Kawan Dengar, Adhim Saputra, mengatakan komunitas Kawan Dengar berawal dari mata kuliah dasar-dasar konseling dan psikoterapi di Unnes yang menugaskan mahasiswa mencari klien dengan permasalahan yang sudah ditentukan.
"(Selain mencari klien) Menyikapi juga kejadian bunuh diri yang waktu itu sempat viral. Terus akhirnya aku sama teman-teman menggali ide dan tercetus tagline Semua Cerita Layak Didengar," kata Adhim saat ditemui detikJateng di Semarang, Senin (14/10/2024).
Adhim dan teman-temannya di Kawan Dengar menjadikan komunitas itu sebagai tempat konseling dan layanan curhat.
"Setiap orang rasanya nggak punya ruang aman untuk bercerita, karena terkadang sependiam apapun, semalas apapun kita bercerita, kita butuh ruang untuk didengar," ujar dia.
Tentang Konseling Sebaya
Adhim mendefinisikan konseling sebaya sebagai layanan konseling dengan konselor dan kliennya masih seumuran, rentang usianya 17-23 tahun.
"Layanan konseling itu pendekatan dari hati ke hati, dengan teman-teman bercerita permasalahannya, buat memahami permasalahan yang ada di hati klien. Kita juga memberikan pemahaman bahwa sesi konseling ini bukan memberi saran, tetapi menyelesaikan masalah secara bersama. Apa yang jadi masalahmu, kita diskusikan dan cari solusinya bareng-bareng," ujar Adhim.
Jika ada klien berumur di atas 23 tahun yang ingin melakukan konseling, Kawan Dengar akan memberikan rujukan ke psikolog atau psikiater.
Meskipun para konselor sebaya ini masih mahasiswa, mereka telah mengikuti serangkaian pembekalan dan pelatihan dari psikolog. Mereka juga telah mengantongi sertifikat. Selain itu juga ada supervisi dari dosen. Maka itu peer counseling lebih terjamin dibandingkan dengan sekadar curhat ke teman.
"Konseling itu kita ada tekniknya, tata caranya, tingkah lakunya harus seperti apa, dan ada intervensi yang kita ajarkan berdasarkan refleksi dari dirinya (klien) sendiri," ucap Adhim.
Kampanye Kesehatan Mental
Kawan Dengar digerakkan oleh puluhan pengurus dan ratusan relawan. Mereka punya dua program utama, yaitu konseling sebaya dan edukasi kesadaran (awareness) kesehatan mental.
Mereka gencar mengkampanyekan isu kesehatan mental di lingkungan Unnes hingga ke ruang publik seperti CFD Simpang Lima Semarang.
"Kawan Dengar punya pengurus 30-50 orang yang sudah ada surat tugasnya. Kita juga punya volunteer dalam acara campaign mencapai 400-an orang, terdiri dari angkatan 2022 dan 2023," ungkap Adhim.
Mereka juga sering membuka booth dengan beberapa kegiatan yang berkaitan dengan kesehatan mental. Ada berbagai kegiatan di booth Kawan Dengar.
"Di booth itu ada 'negatif fire', menuliskan permasalahan yang belum selesai lalu dibakar. Harapannya menjadi reduksi dia punya masalah. Ada juga 'blind hug', matanya ditutup terus meluk dengan tujuan penguatan batin perasaan dari hati ke hati," jelas Adhim.
"Ada juga give and take emotion, menuliskan perasaanmu terus ditempel. Ada juga sticky notes yang dikasih buat orang lain," tambahnya.
Kawan Dengar juga aktif mengampanyekan isu kesehatan mental di dunia maya. Mereka punya anggota yang khusus menanggapi keluhan mahasiswa di media sosial. Mereka juga mengunggah konten-konten tentang kesehatan mental di X dan Instagram, sebagian mengutip kata-kata psikolog.
"Kita memasifkan di X, biasanya di Unnes Menfess itu ada (unggahan) 'ness lagi pusing banget, pengen cerita tapi bingung ke siapa', itu ada tim yang harus komen, 'bisa loh cerita ke kita'. Kalau di Instagram kurang lebih sama, biasanya di (akun) Pesan Unnes ada (unggahan) yang seperti itu dan kita harus komen," ungkap Adhim.
Tentang toxic relationship di halaman selanjutnya.
(dil/dil)