Saluran air di Pantura Sayung kini nampak bersih dan rapi. Pasalnya telah dilakukan pengerukan saluran air dan penertiban bangunan liar di sepanjang dua kilometer area tersebut.
Normalisasi saluran tersebut mulai dari batas Gerbang Semarang ke Demak Desa Sriwulan hingga jembatan Purwosari, Kecamatan Sayung. Pekerjaan normalisasi tersebut diketahui sejak Juli hingga Agustus 2024 ini.
Camat Sayung, Sukarman membenarkan wilayahnya tersebut telah dilakukan normalisasi oleh pemangku kebijakan yaitu; Balai Besar Pengelola Jalan Nasional. Ia menyebut lebih dari sepuluh bangunan liar juga ditertibkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Panjangnya (pengerukan saluran) dari titik batas Sriwulan sampai jembatan Purwosari arah ke Bedono sekitar dua kilometer. Itu (normalisasi) dari pusat, BBPJN Balai Besar pengelola Jalan Nasional," ujar Sukarman saat dihubungi detikJateng, Selasa (27/8).
Pantauan lokasi hari ini, ketinggian air pada saluran tersebut lebih rendah sekitar 20 sentimeter dibandingkan ketinggian jalan raya dan permukiman warga. Nampak juga baliho larangan untuk tidak mendirikan bangunan liar di area tersebut.
Baliho tersebut berbunyi "Tanah Milik Negara, Dilarang mendirikan bangunan di sepanjang sungai/saluran". Tertanggal 6 April 2015 berlogo Kementerian PUPR dan Pemkab Demak.
![]() |
Sukarman menyebut pemilik bangunan liar cukup kooperatif dengan adanya normalisasi dan penertiban bangunan liar di atas saluran tersebut. Ia berharap ke depan juga tak lagi tumbuh bangunan liar di area tersebut.
"Betul, jadi kemarin memang ada banyak bangunan liar di atas saluran itu. Alhamdulillah kemarin semua pihak nyengkuyung mendukung normalisasi itu kemudian utamanya kami terimakasih sekali kepada pemilik-pemilik bangunan sepanjang saluran itu, begitu ada normalisasi bisa memahami dan bisa memaklumi juga, bisa menerima kenyataan. Itu memang di atas saluran itu memang tidak diperbolehkan ada bangunan. Mudah-mudahan ke depan tidak tumbuh lagi bangunan-bangunan liar lagi" ujarnya.
Ia juga berharap normalisasi sungai tersebut dapat menjadi solusi rob yang hingga naik ke jalan pantura Sayung. Ia menginformasikan Juli dan Agustus ini tidak terjadi banjir rob hingga ke jalan Pantura Sayung.
"Harapannya dengan saluran itu dikeruk kembali, mampu menampung air rob yang beberapa bulan yang lalu bisa meluap ke jalan nasional. Harapannya air rob tidak naik lagi ke jalan pantura. Mudah-mudahan saat air pasang tinggi juga gak naik lagi, biar gak bikin macet lagi jalan pantura," ujarnya.
"Juli-Agustus ini tidak ada rob (di jalan Pantura)," imbuhnya.
Senada, Warga Semarang yang bekerja di Demak, Susmintarta (51) menyebut, air rob tidak lagi menggenangi jalan pantura pasca normalisasi saluran tersebut.
"Sejak dinormalisasi sudah tidak ada rob lagi di pantura. Salurannya dikeruk, warung-warungnya ditertibkan," ujar Sus yang setiap hari melintasi Pantura Sayung itu.
Berdasarkan informasi lalu lintas, juga tak terjadi rob di jalan pantura Sayung kilometer 8 meski terjadi air pasang tinggi pada pertengahan Juli hingga saat ini. Rob tersebut sebelumnya naik ke jalan pantura kilometer 8 saat air pasang laut dengan ketinggian satu meter ke atas.
![]() |
Kendati demikian, banyak faktor yang mempengaruhi air pasang laut atau rob ini kian meluas ke daratan. Baik pemerintah pusat maupun daerah berlomba-lomba menghadapi tantangan lingkungan tersebut.
Seperti sebelumnya, Pemkab Demak melakukan inisiatif normalisasi sungai Kecamatan Karangtengah pada Juli 2024 lalu. Langkah cepat tersebut diambil menimbang kondisi sungai yang ada.
"Kita sudah koordinasi, kemarin sudah ada perintah memang kita mau ini (menormalisasi) sama PKL nya, tapi dari PU kami dari bidang SDA sudah mencoba tak suruh koordinasi, harus kita yang melakukan atau dari beliaunya (PUPR atau BBWS)," kata Bupati Demak, Eisti'anah beberapa waktu lalu.
"Jadi kesanggupan dari PUPR, BBWS yang mana? kalau tidak sanggup akan dikerjakan oleh Pemkab. Itu yang kita tindaklanjuti," ujarnya.
Sementara itu Kabid Tata Ruang dan Pertanahan, Dinas Perumahan dan Tata Ruang (Dinputaru) Demak, Naning Prih Hatiningrum, mengatakan dua titik yang dinormalisasi. Yaitu di Sungai Pelayaran depan pasar Buyaran, dan di pintu air Wonokerto, Kecamatan Karangetangah sepanjang sekitar dua kilometer.
"Adapun untuk lokasi pekerjaan, kami rencanakan di beberapa titik yang terdapat penumpukan sedimentasi, antara lain di depan Pasar Buyaran menuju arah Wonokerto dengan jarak sejauh kurang lebih 1 kilometer. Lokasi lain di pintu air Wonokerto ke arah Buyaran dengan jarak kurang lebih 1 kilometer," terang Naning beberapa waktu lalu.
"Pekerjaan ini kami lakukan dengan tujuan untuk memperlancar saluran Kali Pelayaran khususnya Pelayaran Buyaran," imbuhnya.
(ega/ega)