Bupati Demak Eisti'anah punya ide keren untuk para santri di Pondok Pesantren di Kota Wali. Eisti'anah mengajarkan pentingnya mengolah sampah karena selain membuat lingkungan bersih, sampah juga bisa jadi sumber penghasilan tambahan.
"Ini inisiatif karena beberapa pengasuh pesantren mengeluhkan masalah sampah yang cukup memprihatinkan di pondok mereka," kata Eisti'anah usai memberikan pelatihan pengolahan sampah bagi puluhan santri di Pondok Pesantren Manbaul Ulum, Desa Ngaluran Kecamatan Karanganyar, Selasa (20/8/2024).
Menurut Eisti'anah, banyaknya sampah di pesantren bisa bikin bingung, terutama kalau santrinya banyak. Oleh karena itu, dia memberikan pelatihan kepada para santri tentang cara mengelola sampah. Selain bikin pesantren tetap bersih, sampah yang dipilah bisa dijual kembali dan menghasilkan cuan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Selain untuk income, para santri juga bisa menambah ilmu dan mengurangi sampah yang nantinya akan dibuang ke TPA," jelasnya.
Eisti'anah mengingatkan Demak pernah mengalami darurat sampah pada tahun 2018, saat sampah menggunung di TPA Kalikondang. Jadi, pengelolaan sampah di tingkat desa sangat penting biar TPA nggak kebanyakan sampah lagi.
Ia juga memperkenalkan konsep tiga P atau PPP: pilih, pilah, dan olah sampah. Sampah organik bisa diolah jadi pupuk kompos, sementara sampah anorganik bisa dijual untuk mendapatkan penghasilan tambahan.
![]() |
"Memilah yang organik dan anorganik sangat penting. Yang anorganik bisa dijual dan menghasilkan income, sementara yang organik bisa diolah jadi kompos, pakan magot, atau dijual kembali," terangnya.
Pengasuh Pesantren Manbaul Ulum, Kiai Miftahul Huda, sangat mengapresiasi langkah Bupati Eisti'anah. Menurutnya, pelatihan ini sangat bermanfaat karena sampah di pesantren memang banyak banget.
"Alhamdulillah arahan dari Ibu Bupati sangat bermanfaat bagi para santri. Di pesantren, sampah memang banyak sekali. Alhamdulillah tadi kami diberi bimbingan dari dinas tentang cara mengelola sampah agar tidak menggunung," kata Kiai Miftah.
![]() |
Nggak cuma itu, Eisti'anah juga punya rencana menggunakan sampah anorganik yang sudah nggak bisa diolah sebagai pemecah ombak di kawasan pesisir yang terdampak abrasi. Langkah ini sudah dimulai dengan kerjasama beberapa pihak dan bakal dilimpahkan ke Dinas Pekerjaan Umum.
"Sampah anorganik yang nggak bisa diolah akan kita gunakan untuk membuat alat pemecah ombak di wilayah pesisir," jelas Eisti'anah di Pondok Pesantren Assalafiyyah Asysyafi'iyyah Desa Jatirogo, Kecamatan Bonang, Jumat (23/8/2024).
Pengasuh Pondok Pesantren Assalafiyyah Asysyafi'iyyah, Kiai Hanif Amin, juga menyambut baik inisiatif ini karena setiap hari ada sekitar 200 orang yang beraktivitas dan menghasilkan sampah di pesantrennya.
"Pelatihan pengolahan sampah sangat dibutuhkan di pesantren ini karena setiap harinya banyak sampah yang dihasilkan dari aktivitas konsumsi para santri dan murid-murid SMP dan SMK," terang Hanif.
(akn/ega)