Warga Ciomas Brebes Harus Turun Bukit Ambil Air ke Sungai gegara Kemarau

Warga Ciomas Brebes Harus Turun Bukit Ambil Air ke Sungai gegara Kemarau

Imam Suripto - detikJateng
Rabu, 31 Jul 2024 18:21 WIB
Surni saat mengisi jerikennya dengan air karena kekeringan di esa Ciomas, Kecamatan Bantarkawung, Brebes, Rabu (31/7/2024).
Surni saat mengisi jerikennya dengan air karena kekeringan di esa Ciomas, Kecamatan Bantarkawung, Brebes, Rabu (31/7/2024). Foto: Imam Suripto/detikJateng
Brebes -

Warga Desa Ciomas, Kecamatan Bantarkawung, Brebes, Jawa Tengah, sudah merasakan dampak kemarau. Penduduk desa pun harus turun bukit menuju sungai demi mendapatkan air.

Tidak hanya itu, setiap kali kemarau warga Ciomas juga menggali di bagian dasar Sungai Ciraja untuk menampung air bersih.

Surni (65) adalah salah satu warga yang setiap hari mengambil air dari dasar Sungai Ciraja. Ia mengaku setiap hari harus berjalan naik turun bukit sejauh 300 meter demi mendapatkan air yang bisa dikatakan jernih.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sehari bisa empat kali bolak-balik naik turun sejauh 300 meter untuk mencari air untuk mencuci dan masak," tuturnya saat ditemui di lokasi, Rabu (31/7/2024).

Untuk mendapatkan air jernih dan bersih, Surni hanya cukup menggali pasir dasar sungai sedalam 40 sampai 50 cm. Air yang tertampung di lubang sumur kecil ini lah yang akan diambil untuk keperluan sehari hari karena bersih.

ADVERTISEMENT

"Tinggal gali pasir dasar kali pakai tangan. Kalau airnya sudah banyak, dibiarkan beberapa jam sampai jernih, baru bisa diambil," ucap Surni.

Surni menambahkan pengambilan air di Sungai Ciraja dilakukan sejak debit air Instalasi Pamsimas mengecil sejak sebulan lalu. Air yang keluar dari sumur dalam ini tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan warga.

Air dari lubang sumur itu, digunakan untuk memasak dan mandi. Sedangkan keperluan cuci, warga biasa memanfaatkan air sungai yang masih mengalir.

Kaur Umum Pemerintah Desa Ciomas, Kholid membenarkan warganya sudah mengalami kesulitan air bersih. Dia berujar warga mencari sumber alternatif dengan menggali dasar Sungai Ciraja. Daerah aliran sungai itu, lanjut Kholid menjadi satu-satunya sumber air yang tersisa.

"Setiap hari, warga harus turun ke sungai. Semuanya menggunakan air dari sungai, untuk masak, mencuci dan mandi," ungkap dia.

Selama ini, warga menggunakan air dari instalasi Pamsimas untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari hari. Namun, sejak memasuki musim kemarau, air dari instalasi Pamsimas debitnya terus berkurang dan tidak mencukupi kebutuhan sekitar 750 warga.

Untuk bisa mendapatkan air, lanjut Kholid, warga membuat semacam lubang di dasar sungai yang sudah surut. Air yang tertampung di lubang itu adalah yang diambil karena lebih jernih dan bersih dan layak konsumsi.

"Debit air sungai juga sudah kecil, sehingga warga harus menggali dasar sungai untuk mendapatkan air, semacam sumur kecil. Air di lubang itu yang diambil, karena jernih," kata Kholid.

Di Desa Ciomas, wilayah yang terdampak kekeringan dan mengalami kesulitan air bersih mencapai 275 Kepala Keluarga (KK) atau sekitar 750 jiwa. Mereka merupakan penduduk yang berdomisili di RW 02.

"Wilayah terdampak di RW 02, sekitar 275 KK atau 750 jiwa," ungkap Kholid.

Untuk meringankan beban warga, pemerintah desa telah mengajukan permohonan bantuan pengadaan sarana air bersih kepada pemerintah daerah. Namun belum ada realisasi sampai tahun ini.

"Sudah pernah mengajukan bantuan sarana air bersih, tapi belum terealisasi," lanjut Kholid.




(apu/cln)


Hide Ads