Kehidupan pasangan suami istri di Pemalang ini memang membuat miris orang yang melihatnya. Pasalnya, mereka hidup memprihatinkan dengan menghuni sebuah gubuk berdinding plastik berukuran 6x3 meter, berlantai tanah, tanpa adanya MCK (Mandi, Cuci, Kakus).
Suhadi (59) dan Nuriyah (55), warga RT 4 RW 4, Desa Tumbal, Kecamatan Comal, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah ini sudah dua tahun lamanya menghuni gubuk berdinding plastik dan berlantai tanah.
Dulunya, mereka merantau dan berjualan tahu di Jakarta. Namun, sejak pandemi COVID-19, permintaan tahu menurun hingga akhirnya sepi. Tabungan keduanya pun makin menipis sehingga tak bisa bertahan di ibu kota.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak 2022, mereka memutuskan balik ke Pemalang pascausaha tahunya makin terpuruk gegara COVID-19. Ternyata di kampung halamannya pun, mereka tidak bisa berjuang.
Karena itu, Suhadi membangun rumah di atas tanahnya dengan bangunan ala kadarnya. Selain itu, untuk hidup saja mereka bekerja serabutan, bahkan lebih banyak menganggurnya.
"Sebelumnya saya usaha dagang tahu di Jakarta. Terakhir (pandemi) pada saat itu permintaan menurun, tidak seperti yang sudah-sudah. Penghasilan menurun, tabungan juga menipis jika tetap bertahan di Jakarta," kata Suhadi pada detikJateng saat ditemui di rumahnya, Rabu (26/6/2024).
Suhadi dan Nuriyah sendiri dikaruniai empat anak. Tiga anaknya bekerja di Jakarta dan satu anaknya dibawa pulang kampung. Anak bungsunya pun dirawat oleh saudaranya yang kondisinya lebih mampu. Dia mengaku tak bisa mengandalkan tiga anaknya di ibu kota karena kondisi mereka juga belum beruntung.
"Saat itu saya rembug sama istri, gimana kalau kita pulang kampung. Saat di sini tabungan telah menipis dan habis. Sejak pulang ke kampung, tidak ada modal hingga jadinya seperti sekarang," kata Suhadi mengenang perjuangan yang berat saat pulang kampung.
Suhadi memang tidak punya pilihan. Di Jakarta pun ia dan istrinya tak bisa lagi bertahan sehingga memutuskan balik ke Pemalang. Di kampung halaman, ia bersama istrinya membuat rumah gubuk seadanya untuk berlindung dari panas dan hujan.
Menurut Suhadi, dirinya terpaksa kerja serabutan untuk bertahan hidup. Demikian juga dengan Nuriyah. Namun, nahasnya tidak tiap hari mereka bisa bekerja serabutan.
"Kerja apa saja. Istri juga serabutan, untuk makan. Tapi ya tidak bisa dipastikan setiap hari bisa kerja," kata Suhadi.
![]() |
Saat Hujan Gubuk Bocor
Suhadi menuturkan, mereka tidur beralaskan tikar tanpa kasur. Jika hujan mengguyur, situasi mereka lebih mengenaskan karena bocor di sana-sini.
"Ya tidak kita rasakan. Memang kondisinya seperti ini. Kalau kita pikir nanti bisa stres apa yang ada kita jalani, kalau hujan ya gimana kita mau teriak sama siapa, apa yang ada harus dijalani sebenarnya sedih sekali, kadang ada ular yang masuk," katanya.
Ia mengatakan pernah menerima bantuan pemerintah dua kali senilai Rp 300 ribu. Begitu juga bantuan beras.
"Ya, Saya dulu pernah mendapatkan bantuan uang, Rp 300 ribu sebanyak 2 kali, jadi kita menerima langsung di balai desa sesudah COVID-19. Kemarin juga saya dapat bantuan beras," ungkap Suhadi.
Meski begitu, ia mengungkapkan bisa mendapat bantuan minimal perbaikan rumah lebih layak. "Kalau memang ada bantuan dari pemerintah saya terima berbentuk apapun yang penting bisa untuk berteduhlah," harapnya.
Bagaimana respons pemerintah desa? Simak tanggapannya di halaman berikut.
Respons Pemerintah Desa
Terpisah, pemerintah desa menyebut pihaknya telah berkoordinasi dengan instansi terkait untuk memberikan bantuan, termasuk dari Baznas dan Kementerian Sosial.
![]() |
"Untuk tindak lanjut yang kami lakukan sudah banyak, yang pertama kami sudah melakukan permohonan ke Baznas dan permohonan kami sudah ditindaklanjuti. Terus kami juga pada hari ini dari Kemensos melalui Balai Kartini dari Temanggung sudah meninjau ke lokasi," jelas Sekretaris Desa Tumbal, Eko Wijayanto.
Eko berkata, pihak desa telah mengusulkan keluarga Suhadi untuk masuk Data Terpadu (DT) Jawa Tengah dan Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) agar mendapatkan bantuan sosial.
"Kami telah mengusulkan di dalam DT Jateng, sudah diusulkan masuk di DTKS. Kemarin juga tanggal 22 Juni dari pihak desa juga telah memberikan bantuan pangan berupa beras 10 kg untuk alokasi di bulan Juni," katanya.