Seorang wanita lansia di Brebes, Jawa Tengah, terpaksa harus merawat anaknya yang mengalami gangguan jiwa atau ODGJ di bekas kandang sapi. Rumah gubuk yang selama ini menjadi tempat berteduh roboh karena sudah lapuk dimakan usia.
Desti (81) warga Dusun Pangebonan RT 03, RW 06, Desa Bandungsari, Kecamatan Banjarharjo, Brebes, sudah 15 tahun merawat Karto (43), buah hati yang mengalami gangguan jiwa. Selama ini, Karto dirawat di rumah Desti yang kondisinya sangat tidak layak huni.
Namun, rumah yang sudah dihuni puluhan itu akhirnya ambruk akibat diguyur hujan, Rabu (17/1) lalu. Nenek Desti akhirnya diungsikan ke rumah tetangga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karto yang kondisi mentalnya tidak sehat, terpaksa diungsikan terpisah. Dia ditempatkan di bekas kandang sapi milik warga. Warga beralasan, Karto kerap mengamuk dan memaki-maki ibunya dengan nada tinggi.
Ditemui di tempat Karto tinggal, Desti dengan polos mengaku tak memiliki biaya untuk mengobati anaknya ke rumah sakit jiwa. Dia pun hanya pasrah dengan nasib anaknya itu.
"Karunya ningalina abdi mah, nggeus belasan tahun kondisi budak teh nu kitu. Kadang sedih, teu bisa nanaon (Kasihan saya lihatnya, sudah belasan tahun kondisi anak seperti itu. Kadang sedih tidak bisa apa-apa)," kata Desti dalam bahasa Sunda saat ditemui, Jumat (19/1/2024) sore.
Melihat anaknya tinggal di bekas kandang sapi, Desti mengaku kasihan. Tapi apa daya, karena khawatir berbuat onar, dia harus merelakan buah hatinya tinggal di kandang.
Kandang ini berada di lereng gunung Lio dan cukup terpencil. Untuk mengurangi hawa dingin dan air hujan, kandang itu dilapisi tikar dan pada dindingnya ditutup plastik. Setiap hari Desti menengok anaknya itu untuk memberi makan dan membersihkan badannya.
Kerabat nenek Desti, Wastri mengatakan, Karto mengalami gangguan mental sejak 2008. Pria ini sebelumnya pernah menikah dan memiliki anak namun telah bercerai dan hidup terpisah.
Wasri menceritakan, Karto sebelumnya bekerja merantau di Jakarta. Tak lama pulang merantau, Karto sering marah-marah karena permasalahan keluarga. Gangguan mental ini makin hari makin parah hingga mengalami depresi berat.
"Dulu orangnya sehat, malah pintar mengaji. Tapi sekitar tahun 2008 mulai alami gangguan jiwa hingga sering mengamuk. Sebelum lumpuh juga sering mengamuk," kata Wastri.
Wastri menyebutkan, Karto memiliki satu anak baru lulus SMA. Anaknya perempuannya yang kini tinggal bersama ibunya. Mereka seringkali menengok sang ayah jika ke rumah neneknya.
"Anaknya sering nengok ke sini. Anaknya sekarang sudah kerja," ungkap Wastri.
Untuk makan sehari-hari, nenek Desti sering mengantarkan makanan untuk anak bungsunya itu. Para tetangga juga kerap memberi Karto makanan.
"Kalau buang air ya di tempat itu juga. Nanti yang membersihkan ibunya," terang Wastri.
Warsudi, salah seorang tokoh warga berharap pihak Pemkab Brebes turun tangan membantu keluarga nenek Desti, termasuk mengobati Karto di rumah sakit.
"Melihat kondisi anaknya (Karto) harus segera diobati. Saya berharap Pemkab melalui Dinas Sosial dan Kesehatan segera turun ke sini untuk membawa ke RSUD atau kalau memang ODGJ maka dibawa ke RS Jiwa," kata Warsudi.
Terpisah, Kepala Dusun Pangebonan, Desa Bandungsari, Angsorul mengatakan, keluarga nenek Desti memang pernah terdaftar sebagai Program Keluarga Harapan (PKH), namun sudah lama terhenti.
"Dulu dapat bantuan dari PKH, setelah migrasi pencairan tidak keluar," kata Angrosul.
Angrosul mengatakan, Karto tidak memiliki e-KTP sehingga tidak masuk dalam Kartu Keluarga (KK) orang tuanya. Hal itu lantaran Karto tidak bisa melakukan perekaman data.
"Tidak punya KTP, tapi kalau BPJS katanya ada. Karena tidak ada KTP elektrik tidak dapat bantuan," ujar Angrosul.
Angrosul memang berharap, agar Karto lebih baik dirawat di rumah sakit. Alasannya agar tidak merepotkan nenek Desti yang sudah lansia.
"Baiknya memang dirawat di rumah sakit. Biar tidak merepotkan orang tuanya. Ya diobati, semoga bisa sembuh seperti dulu lagi," pungkas Angrosul.
(apu/rih)