Sebuah bangunan kuno di Desa Muktiharjo Kecamatan Kota, Kabupaten Pati, Jawa Tengah punya sejarah yang dilestarikan sampai sekarang. Bangunan yang dikenal warga dengan sebutan Pintu Gerbang Majapahit itu terdapat sejarah peperangan antara putra Sunan Muria dan murid Sunan Ngerang. Seperti apa kisahnya?
Bangunan kuno tersebut masih terawat sampai sekarang. Lokasinya berada di permukiman warga Dukuh Rendole Desa Muktiharjo Kecamatan Pati. Bangunan berupa kayu yang dipercaya usianya ratusan tahun lalu. Pada kayu yang disebut Gerbang Majapahit atau warga menyebutnya Gapura Majapahit itu terdapat ukiran pewayangan dan kisah Kerajaan Majapahit. Bangunan itu pun telah diakui menjadi benda cagar budaya.
Juru Kunci Gerbang Majapahit Budi Santoso (83) mengatakan ada sejarah tersendiri di balik gerbang Majapahit terjadi pada tahun 1479. Saat itu, kata dia, Sunan Muria yang memiliki istri bernama Dewi Hapsari. Dari hasil pernikahan itu dikaruniani anak yang diberi nama Raden Bambang Kebo Nyabrang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun ceritanya Ibu Raden Bambang meninggal dunia usaa melahirkan. Hasilnya Raden Bambang Kebo Nyabrang diasuh oleh kakeknya sampai dewasa.
"Gerbang Majapahit atau dikenal dengan Bajang Ratu, jadi tahun 1479 di kota Pati ke barat masih hutan belantara. Ada sebuah kisah Raden Bambang Kebo Nyabrang adalah anak Sunan Muria dengan ibu Dewi Hapsari. Pada suatu hari setelah Dewi Hapsari, menjadi istri Sunan Muria, setelah Sunan Muria pulang ke Gunung Muria lalu melahirkan seorang anak laki-laki yang bernama Raden Bambang Kebo Nyabrang," jelas Budi kepada detikJateng ditemui di lokasi, Sabtu (4/5/2024).
![]() |
Setelah dewasa, Raden Bambang Kebo Nyabrang datang ke Sunan Muria. Akan tetapi Sunan Muria belum mempercayai jika Raden Bambang Kebo Nyabrang adalah anaknya. Lantas Sunan Muria meminta untuk membuktikan Raden Bambang Kebo Nyabrang untuk membawakan pintu gerbang Majapahit. Singkat cerita dia pergi membawa pintu gerbang Majapahit.
"Setelah dewasa karena ibunya meninggal setelah melahirkan, datang ke Muria (Gunung Muria) mengakui anaknya, tapi Sunan Muria belum percaya akhirnya percaya kalau Raden Kebo Nyabrang bisa membawa pintu Gerbang Majapahit yang namanya Bajang Ratu dari bekas Kerajaan Majapahit dalam waktu sehari. Harus sampai di Gunung Muria, lalu Bambang Kebo Nyabrang berangkat," jelasnya.
Di sisi lain, lanjut juru kunci sejak tahun 1992 itu menjelaskan, jika murid Sunan Ngerang yang bernama Raden Ronggo mengambil istri Roro Puji Wati atau Roro Puji Wat dengan syarat membawakan gerbang Majapahit. Raden Ronggo pun berangkat untuk mengambil pintu Majapahit tersebut.
"Lalu di sisi lain,murid Sunan Ngerang yang namanya Ronggo ingin mengambi istri Roro Puji Wati, Roro Puji Wati juga minta keinginan yang sama (membawa pintu gerbang Majapahit), makanya ingin menjadi istrinya kamu harus bisa membawa pintu bajang ratu bekas kerajaan Majapahit yaitu di Trowulan dalam tempo satu hari," jelas Budi.
"Lalu Raden Ronggo berangkat ke sana tapi duluan oleh Raden Bambang Kebo Nyabrang di arah ke barat. Lalu dikejar sampai di barat Kota Pati," Budi melanjutkan.
Budi menjelaskan jika gerbang Majapahit itu ternyata sudah dibawa oleh Raden Bambang Kebo Nyabrang. Raden Ronggo pun memburu Raden Bambang. Keduanya lalu ketemu di daerah Pati yang sekarang dikenal dengan Dukuh Rendole Desa Muktiharjo. Keduanya berperang untuk saling merebutkan gerbang Majapahit.
"Raden Ronggo meminta pintu itu, tapi Raden Bambang tidak boleh, sehingga timbul peperangan. Di sini perang selama 35 hari tidak ada yang menang dan tidak ada yang kalah. Lalu Sunan Muria turun ke sini di situ ada piringan melihat ada kedua bocah yang perang," terang dia.
![]() |
Keduanya berperang selama 35 hari tidak berhenti. Mengetahui hal tersebut, Sunan Muria lalu datang untuk melerai keduanya. Hingga ringkas cerita Sunan Muria mengakui Raden Bambang Kebo Nyabrang sebagai anaknya. Sedangkan Raden Ronggo kembali menemui calon istrinya dengan hanya membawa serpihan gerbang Mapajahit.
"Terus ke sini, Sunan Muria minta kedua untuk berhenti berperang, 'wis le podo lerenno, wong sak loro kok podo bandole' (sudah pada berhenti kalian, kedua anak ini kok sama bandole) berhenti karena pintu gerbang Majapahit tidak bisa dibawa ke Gunung Muria, pintu ini jaga, setelah dibilang jaga oleh Sunan Muria,Raden Kebo Nyabrang itu mati, maka dayangnya Raden Bambang, terus Raden Ronggo dikaksih katek dibawa ke Ngerang, karena putri butuhnya pintu lawang, terus akhirnya lari ke arah barat," ungkap Budi.
(apl/apl)