Mengenal Jemaah Aboge Banyumas yang Akan Berpuasa Mulai Rabu

Mengenal Jemaah Aboge Banyumas yang Akan Berpuasa Mulai Rabu

Anang Firmansyah - detikJateng
Senin, 11 Mar 2024 07:00 WIB
Jemaah Islam Aboge yang berada di Masjid Saka Tunggal Baitussalam, Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas. Foto diunggah Sabtu (9/3/2024)
Jemaah Islam Aboge yang berada di Masjid Saka Tunggal Baitussalam, Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas. Foto diunggah Sabtu (9/3/2024) Foto: Anang Firmansyah/detikJateng
Banyumas -

Islam Aboge sering disebut-sebut lantaran memiliki sistem penanggalan yang berbeda. Hal itu membuat mereka sering memulai puasa Ramadan maupun berlebaran yang berbeda dengan penanggalan pemerintah.

Penganut Islam Alif Rebo Wage (Aboge) banyak tersebar di wilayah Kabupaten Banyumas. Sebut saja seperti di wilayah Kecamatan Ajibarang, Gumelar dan Wangon.

Seperti apakah umat Islam Aboge yang selama ini hidup berdampingan dengan masyarakat pada umumnya? Lalu sejak kapan masyarakat yang menganut Aboge ini ada di Grumbul Pekuncen, Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ditemui di kediamannya, Sulam (54) salah satu juru kunci Masjid Saka Tunggal Baitussalam mengatakan umat Islam Aboge merupakan keturunan dari Kyai Mustolih atau dikenal Mbah Tolih. Ia merupakan ulama yang menyebarkan agama islam di wilayah setempat sekitar 7 abad silam.

"Adanya Cikakak konsep di bawah pendidikan dan pengajaran dari Mbah Tolih, yang membikin masjid. Tahunnya kurang paham. Hanya saja hitungan sejarah yang ada, menyangkut masjid Saka Tunggal sendiri sudah ada sebelum era Kerajaan Demak," kata Sulam kepada detikJateng, Jumat (8/3/2024).

ADVERTISEMENT

Menurutnya, jamaah Islam Aboge yang tersebar di wilayah lainnya di Banyumas masih merupakan satu keturunan Mbah Tolih. Hanya saja sudah banyak dari mereka yang kini tinggal di luar wilayah ini.

"Yang di Ajibarang itu juga sama semua. Karena ada juga yang hidup di luar lingkungan sini," terangnya.

Dirinya tidak mengetahui persis berapa jumlah umat Islam Aboge. Karena sudah banyak yang merantau.

"Saya tidak pernah melakukan penghitungan dan penjumlahan. Tapi kalau lebaran itu satu dusun di sini. Tapi ada juga yang di luar dusun, bahkan sampai luar kabupaten dan provinsi," jelasnya.

Kepala Desa Cikakak, Akim menambahkan lebih dari setengah penduduk Desa Cikakak merupakan penganut kepercayaan Islam Aboge. Adapun warga yang biasa menjalankan ibadah di Masjid Saka Tunggal sudah pasti Aboge.

"Jamaah situ otomatis Islam Aboge. Pengikutnya sih tidak diketahui pasti, tapi lebih dari setengah warga desa Cikakak masuk Islam Aboge. Satu dusun itu otomatis. Dusun lain sebagian juga banyak ikut ke situ. Satu desa itu ada 5.000 warga. Nah itu setengah lebih, jadi ada sekitar 3.000-an," ungkapnya.

Meski demikian, lanjutnya, kelompok Islam Aboge nyaris tidak berbeda dengan masyarakat muslim pada umumnya. Ibadah dan kitab yang digunakan sama.

"Perbedaan dengan Islam lain yang jelas dari segi ibadahnya, kitabnya sama. Kalau Aboge itu mengutamakan pasah-nya bukan paseh-nya," ujarnya.

Akim menjelaskan istilah paseh sama dengan fasih jika dalam bahasa sehari-hari. Perbedaannya terletak pada pengucapan.

"Paseh itu cara bacaan Al Quran, itu harus paseh sesuai dengan yang tertulis. Tapi kalau Aboge itu disisi lain tetap menggunakan pasehnya. Tapi akan lebih baiknya itu pasah-nya," jelasnya.

"Pasah itu artinya keyakinan, lebih ke akhlaknya daripada ilmunya. Mungkin orang itu dipandang tidak punya ilmu tapi perilaku, mengerjakan dan hatinya lebih meyakini lagi. Cara ibadah sama," sambung Akim.

Ia mengungkapkan Aboge di Desa Cikakak memiliki 3 juru kunci. Masing-masing juru kunci memiliki sebutan sendiri.

"Juru kunci ada 3. Nyebutnya kunci dalam, kunci tengah dan kunci lebak/khalifah. Kunci dalam namanya pak Imam, kunci tengah itu namanya pak Jimun dan kunci lebak pak Sulam," paparnya.

Meski begitu ia tidak mengetahui persis saat ini mereka keturunan keberapa dari Mbah Tolih. Karena tidak ada catatan tertulis silsilah para kuncen Aboge Cikakak.

"Tidak ada yang tahu catatan sudah keturunan keberapa. Tapi yang jelas sudah berabad-abad," pungkasnya.

Diberitakan sebelumnya, penganut Islam Aboge Banyumas baru akan memulai puasa Ramadan pada Rabu (13/3). Mereka memiliki sistem penanggalan sendiri yang berbeda dengan penanggalan pada umumnya.




(ahr/apl)


Hide Ads