Hari Jumat adalah hari yang mulia bagi umat Islam. Bukan berarti hari lain tidak memiliki keistimewaan, tapi banyak hadits, dalil, dan ulama yang mengajarkan keutamaan hari Jumat.
Mengutip NU Online, hari Jumat disebut juga sebagai sayyidul ayyam yang berarti penghulu hari. Dimana Allah SWT memuliakan umat Nabi Muhammad dengan adanya hari Jumat, bahkan tidak diberikan pada umat yang dulu.
Melansir NU Online, terdapat hadits Abdillah bin 'Amr bin al-'Ash yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Imam Tirmidzi, yakni:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَمُوْتُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَوْ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ إِلَّا وَقَاهُ اللهُ فِتْنَةَ الْقَبْرِ
"Tiada seorang Muslim yang mati di hari atau malam Jumat, kecuali Allah menjaganya dari fitnah kubur,"
Salah satu keistimewaan hari Jumat adalah kewajiban melaksanakan sholat Jumat bagi kaum muslimin (laki-laki). Dalam pelaksanaan sholat Jumat, salah satu syarat sah adalah khutbah. Memasuki bulan Ramadhan, berikut contoh teks khutbah singkat tentang akhir Syaban dan awal Ramadhan.
Contoh Teks Khutbah Singkat Tentang Akhir Syaban
Diambil dari buku 'Khutbah 7 Menit' karya Abdul Helim.
Bulan Syaban: Persiapan untuk Fokus Ramadhan
Para alim ulama, asatidz, guru-guru agama, tokoh-tokoh masyarakat, para habib, alim ulama, asatidz, guru-guru agama, tokoh-tokoh masyarakat, pengurus masjid, bapak-bapak, saudara-saudara dan jamaah Jumat yang dirahmati Allah.
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW beserta pengikut beliau hingga akhir zaman. Marilah kita senantiasa terus melaksanakan apa yang menjadi perintah Allah dan Rasul-Nya serta berupaya meninggalkan yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya.
Kini kita sudah berada di bulan Syaban, bulan yang menandai bahwa kita semakin mendekati bulan suci Ramadhan. Pada bulan ini Nabi Muhammad biasanya berdoa:
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
"Ya Allah berkahilah hidup kami di bulan Rajab dan Syaban dan sampaikanlah usia kami hingga bulan Ramadhan". Syaban bermakna "jalan di atas bukit".
Berarti di bulan ini kita sedang menapaki jalan menuju Ramadhan, bulan yang paling dimuliakan dalam Islam. Berarti posisi bulan Syaban sebenarnya penting di dalam Islam. Rasulullah pernah bersabda:
"Usamah bin Zaid berkata, 'Wahai Rasulullah aku tidak pernah melihat engkau berpuasa sebagaimana engkau berpuasa pada bulan Syaban'. Nabi membalas, 'Bulan Syaban adalah bulan yang biasa dilupakan orang, karena letaknya antara bulan Rajab dengan bulan Ramadhan. Bulan Syaban adalah bulan diangkatnya amal-amal. Karena itu, aku menginginkan pada saat diangkatnya amalku, aku dalam keadaan sedang berpuasa'." (HR. Nasa'i)
Hadis di atas mengajarkan kepada kita bahwa bulan Syaban adalah bulan persiapan untuk menyambut bulan suci Ramadhan. Semakin intensif kita melaksanakan ibadah, insyaAllah semakin matang pula kesiapan kita memasuki bulan Ramadhan.
Di sinilah relevansi makna "jalan di atas bukit" yang maksudnya bulan Syaban menjadi jalan untuk mendaki sehingga dapat meraih puncak kemuliaan yang tersedia di bulan Ramadhan. Dengan demikian, kata kunci di sini adalah "kesiapan". Kesiapan yang dimaksud adalah kesiapan rohani untuk melaksanakan ibadah secara semaksimal mungkin, menggunakan waktu yang ada, mumpung masih diberikan kesehatan dan kemampuan untuk bergerak.
Di sini bukan persiapan yang bersifat material seperti persiapan untuk membeli berbagai peralatan rumah, mengganti peralatan lama ke yang baru, atau lain sebagainya. Oleh karena itu, tentunya kita yang selama ini menjalani 10 bulan yang telah kita lalu barangkali disibukkan dengan segala urusan dunia.
Mungkin juga sebagian besar dari waktu kita, dihabiskan untuk mengejar materi, mungkin juga sebagian besar waktu kita, lebih banyak terlalaikan dari melaksanakan kewajiban kepada Allah, mungkin juga sebagian besar dari harta kita kurang berbagi dengan orang lain, maka sejak bulan Syaban ini, kita gunakan kesempatan ini untuk 65 memperbanyak ibadah, kita mohon ampunan, dipanjangkan umur dan dimurahkan rezeki, sehingga ketika sampai tibanya bulan Ramadhan nanti kita tidak terkejut lagi atau kita sudah terbiasa melaksanakan kewajiban-kewajiban tersebut, sehingga kita pun tidak merasa menjadi beban dalam melaksanakan kewajiban itu.
Kita harus mengingat sebagaimana firman Allah Q.S. adh-Dhuha ayat 4:
لَلْاٰخِرَةُ خَيْرٌ لَّكَ مِنَ الْاُوْلٰىۗ
"Dan sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan)."
Kiranya inilah khutbah yang dapat disampaikan. Intinya selagi kita diberikan umur dan kesehatan, semoga kita bisa mempersiapkan diri untuk meningkatkan amal ibadah kita. Kita tidak mengetahui apakah tahun depan kita masih diberikan kesempatan untuk hidup atau tidak, semuanya rahasia Allah SWT.
بَارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Contoh Teks Khutbah Singkat Tentang Awal Ramadhan
Diambil dari buku 'Khutbah 7 Menit' karya Abdul Helim.
Menyambut Ramadhan
Para habib, alim ulama, asatidz, guru-guru agama, tokoh-tokoh masyarakat, pengurus masjid, bapak-bapak, saudara-saudara dan jamaah Jumat yang dirahmati Allah. Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT.
Sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW beserta pengikut beliau hingga akhir zaman. Marilah kita senantiasa terus melaksanakan apa yang menjadi perintah Allah dan Rasul-Nya serta berupaya meninggalkan yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya. Tinggal beberapa hari lagi kita melaksanakan puasa bulan Ramadhan. Allah berfirman dalam Q.S. al-Baqarah ayat 183 :
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,"
Pada ayat di atas Allah menyeru, menyapa dan memanggil hamba-hamba-Nya yang terpilih dan beruntung yaitu orang-orang yang beriman. Sebaliknya orang-orang yang tidak beriman atau tidak mau melaksanakan kewajiban berpuasa bahkan mungkin merasa ragu-ragu terhadap kewajiban ini maka mereka tidak termasuk dalam seruan tersebut.
Oleh karena itu apabila kita merasa sebagai orang yang beriman, tentu menerima dengan hati yang lapang dan tanpa merasa terbebani untuk menjalankan ibadah ini. Terlebih lagi kita meyakini bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah.
Rasulullah SAW bersabda:
قَدْ جَاءَكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌمُبَارَكٌ افْتَرَضَ اللهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ تُفْتَحُ فَيْهِ أبْوَابُ الْجَنَّةِ وَيُغْلَقُ فَيْهِ أبْوَابُ الْجَحِيْمِ وَتُغَلًّ فَيْهَ الشَّيَاطَيْنُ فَيْهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ ألْفِ شَهْرٍ
"Telah datang kepada kalian Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan atas kalian berpuasa padanya. Pintu-pintu surga dibuka padanya. Pintu-pintu neraka Jahim ditutup. Setan-setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat sebuah malam yang lebih baik dibandingkan 1000 bulan. Siapa yang dihalangi dari kebaikannya, maka sungguh ia terhalangi."
Selain itu kita juga patut bergembira karena Allah masih memanjangkan umur kita dan mudah-mudahan bisa bertemu dengan bulan Ramadhan ini. Tentunya kita sebagai umat muslim, mesti mempersiapkan diri dan fokus untuk menyambut bulan ini. Kenapa kita harus fokus. Itu tidak lain untuk taqarrub kepada Allah.
Di bulan ramadhan ternyata tidak hanya ada kewajiban berpuasa atau sebagai bulan yang penuh berkah, tetapi ia merupakan bulan yang penuh rahmat, penuh keampunan dan dapat membebaskan kita dari ancaman neraka. Termasuk pula amal kebajikan kita dibalas dengan berlipat ganda, bahkan di bulan ini pula Alquran diturunkan. Berarti, kita harus pandai-pandai memanfaatkan waktu ini mumpung kita masih diberikan Allah kesempatan untuk bernafas di dunia ini.
Selain itu di bulan ramadhan ini juga terjadi juga lailatul qadar atau disebut pula malam yang penuh kemuliaan, sebagaimana tertuang dalam Q.S. al-Qadr ayat 1-5. Disebut malam kemuliaan karena ia adalah malam yang lebih baik dari 1000 bulan.
1000 bulan setara dengan 83 tahun lebih, berarti jika berbuat kebajikan di saat terjadi Lailatul Qadar, maka kebajikan kita itu setara dengan 83 tahun kita berbuat kebajikan. Oleh karena itu, sangat beruntung bagi orang yang dapat memanfaatkan waktu untuk melakukan kebajikan dan amal 68 shaleh lainnya.
Sebaliknya sangat rugi apabila di antara kita ada yang menyia-nyiakan waktu dan menghabiskan bulan Ramadhan ini dengan perbuatan-perbuatan yang termasuk sia-sia, perbuatan yang masih menjauhkan diri kita dari rahmat Allah, perbuatan yang masih menjauhkan kita dari ampunan Allah yang akhirnya kita pun semakin rentan dengan ancaman api neraka Allah.
Inilah khutbah yang dapat disampaikan. Kesimpulannya marilah kita memanfaatkan waktu kita dengan sebaik-baiknya baik untuk menjalankan ibadah puasa atau pun melakukan amal shalih lainnya. Doa kita dikabulkan Allah dan dosa-dosa kita diampuni oleh Allah SWT. Amin.
بَارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Artikel ini ditulis oleh Alyanisa Maulidina, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(dil/rih)