10 Contoh Khutbah Jumat Akhir Ramadhan, Manfaatkan Waktu Tingkatkan Ibadah

10 Contoh Khutbah Jumat Akhir Ramadhan, Manfaatkan Waktu Tingkatkan Ibadah

Andi Sitti Nurfaisah - detikSulsel
Kamis, 27 Mar 2025 07:44 WIB
Ilustrasi Khutbah.
Ilustrasi (Foto: Raka Dwi Wicaksana/Unsplash)
Makassar -

Tak terasa umat muslim kini telah berada di penghujung bulan Ramadhan. Hari Jumat, 28 Maret 2025 ini pun menjadi hari Jumat terakhir yang di bulan suci Ramadhan 1446 H.

Jelang penghabisan bulan Ramadhan ini, khatib Jumat dapat menyampaikan pesan-pesan

Sebagaimana diketahui, salah satu ibadah wajib bagi umat pada hari Jumat adalah menunaikan shalat Jumat. Adapun khutbah merupakan salah satu rangkaian dalam pelaksanaan shalat Jumat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebagai khatib Jumat, dapat mengangkat momen Jumat terakhir Ramadhan ini menjadi tema khutbah. Tujuannya untuk mengingatkan umat muslim agar memanfaatkan waktunya untuk meningkatkan ibadah sebelum meninggalkan bulan Ramadhan.

Bagi para khatib yang tengah mencari materi khutbah Jumat bertema Jumat akhir Ramadhan, berikut kumpulan contohnya yang dirangkum dari berbagai sumber.

ADVERTISEMENT

Yuk, disimak!

1. 3 Amalan di Akhir Ramadhan

Khutbah I

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

أَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ

وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الكَرِيْمِ:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

فَإِنَّ أَصْدَقَ الحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ وَأَفْضَلُ الهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ r وَشَرَّ الأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ َوكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِى النَّارِ

Marilah kita senantiasa meningkatkan rasa syukur kita dengan dibuktikan dengan ketakwaan pada Allah. Karena Allah telah memberikan kita berbagai nikmat. Terutama tiga nikmat yang besar yang disebutkan oleh Wahb bin Munabbih sebagai tiga nikmat utama yaitu Islam, sehat dan kecukupan.

Shalawat dan salam atas junjungan kita, suri tauladan kita, Nabi akhir zaman, Nabi besar kita Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, begitu pula kepada para sahabatnya dan pengikutnya hingga akhir zaman.

Kita sebentar lagi akan menjelang akhir-akhir Ramadhan.

Apa saja amalan yang mesti kita lakukan?

Ada tiga amalan yang bisa kita fokus untuk melakukannya di akhir-akhir Ramadhan nanti.

Kaum muslimin rahimakumullah,

Pertama: Lebih serius lagi dalam ibadah di akhir Ramadhan

Lihatlah keseriusan Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَجْتَهِدُ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مَا لاَ يَجْتَهِدُ فِى غَيْرِهِ.

"Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sangat bersungguh-sungguh pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan melebihi kesungguhan beliau di waktu yang lainnya." (HR. Muslim, no. 1175)

Dikatakan oleh istri tercinta beliau, 'Aisyah radhiyallahu 'anha,

كَانَ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ ، وَأَحْيَا لَيْلَهُ ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ

"Apabila Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memasuki sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan), beliau mengencangkan sarungnya (untuk menjauhi para istri beliau dari berjima'), menghidupkan malam-malam tersebut dan membangunkan keluarganya." (HR. Bukhari, no. 2024; Muslim, no. 1174).

Jama'ah shalat Jum'at yang semoga dirahmati oleh Allah,

Kedua: Melakukan I'tikaf

I'tikaf maksudnya adalah berdiam di masjid beberapa waktu untuk lebih konsen melakukan ibadah.

Lihatlah contoh Nabi kita Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam,

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ:- أَنَّ اَلنَّبِيَّ - صلى الله عليه وسلم - كَانَ يَعْتَكِفُ اَلْعَشْرَ اَلْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ, حَتَّى تَوَفَّاهُ اَللَّهُ, ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ - مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam biasa beri'tikaf di sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan hingga beliau diwafatkan oleh Allah. Lalu istri-istri beliau beri'tikaf setelah beliau wafat. (HR. Bukhari, no. 2026; Muslim, no. 1172).

Hikmah beliau seperti itu disebutkan dalam hadits Abu Sa'id Al-Khudri berikut di mana Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengatakan,

إِنِّى اعْتَكَفْتُ الْعَشْرَ الأَوَّلَ أَلْتَمِسُ هَذِهِ اللَّيْلَةَ ثُمَّ اعْتَكَفْتُ الْعَشْرَ الأَوْسَطَ ثُمَّ أُتِيتُ فَقِيلَ لِى إِنَّهَا فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ فَمَنْ أَحَبَّ مِنْكُمْ أَنْ يَعْتَكِفَ فَلْيَعْتَكِفْ فَاعْتَكَفَ النَّاسُ مَعَهُ

"Aku pernah melakukan i'tikaf pada sepuluh hari Ramadhan yang pertama. Aku berkeinginan mencari malam lailatul qadar pada malam tersebut. Kemudian aku beri'tikaf di pertengahan bulan, aku datang dan ada yang mengatakan padaku bahwa lailatul qadar itu di sepuluh hari yang terakhir. Siapa saja yang ingin beri'tikaf di antara kalian, maka beri'tikaflah." Lalu di antara para sahabat ada yang beri'tikaf bersama beliau. (HR. Bukhari, no. 2018; Muslim, no. 1167).

Jadi, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam melakukan i'tikaf supaya mudah mendapatkan malam lailatul qadar.

Lalu berapa lama waktu i'tikaf?

Al-Mardawi rahimahullah mengatakan, "Waktu minimal dikatakan i'tikaf pada i'tikaf yang sunnah atau i'tikaf yang mutlak adalah selama disebut berdiam di masjid (walaupun hanya sesaat)." (Al-Inshaf, 6: 17)

Karena Allah hanyalah menetapkan,

وَأَنْتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ

"Sedang kamu beri'tikaf dalam masjid."(QS. Al Baqarah: 187).

Ibnu Hazm berkata, "Allah Ta'ala tidak mengkhususkan jangka waktu tertentu untuk beri'tikaf (dalam ayat ini). Dan Rabbmu tidaklah mungkin lupa." (Lihat Al-Muhalla, 5: 180).

Berarti beri'tikaf di siang atau malam hari dibolehkan walau hanya sesaat.

Jama'ah shalat Jum'at rahimani wa rahimakumullah,

Ketiga: Raih Lailatul Qadar

Allah menyebut keutamaan lailatul qadar,

لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (3) تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ (4) سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ (5)

"Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Rabbnya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar." (QS. Al-Qadr: 3-5)

Menghidupkan malam lailatul qadar bukan hanya dengan shalat, bisa pula dengan dzikir dan tilawah Al Qur'an. Namun amalan shalat lebih utama dari amalan lainnya di malam lailatul qadar berdasarkan hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda,

مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

"Barangsiapa melaksanakan shalat pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni." (HR. Bukhari, no. 1901)

Bisa juga kita mengamalkan do'a yang pernah diajarkan oleh Rasul kita shallallahu 'alaihi wa sallam jikalau kita bertemu dengan malam Lailatul Qadar yaitu do'a: "Allahumma innaka 'afuwwun tuhibbul 'afwa fa'fu'anni" (artinya: Ya Allah, Engkau Maha Memberikan Maaf dan Engkau suka memberikan maaf-menghapus kesalahan-, karenanya maafkanlah aku-hapuslah dosa-dosaku-). Sebagaimana Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mengajarkan do'a ini pada 'Aisyah, istri tercinta beliau.

Adapun yang dimaksudkan dengan menghidupkan lailatul qadar adalah menghidupkan mayoritas malam dengan ibadah dan tidak mesti seluruh malam.

Sebagaimana dinukil oleh Imam Asy-Syafi'i dalam Al-Umm dari sekelompok ulama Madinah dan dinukil pula sampai pada Ibnu 'Abbas disebutkan,

أَنَّ إِحْيَاءَهَا يَحْصُلُ بِأَنْ يُصَلِّيَ العِشَاءَ فِي جَمَاعَةٍ وَ يَعْزِمُ عَلَى أَنْ يُصَلِّيَ الصُّبْحَ فِي جَمَاعَةٍ

"Menghidupkan lailatul qadar bisa dengan melaksanakan shalat Isya' berjamaah dan bertekad untuk melaksanakan shalat Shubuh secara berjama'ah."

Dikatakan oleh Imam Malik dalam Al-Muwatha', Ibnul Musayyib menyatakan,

مَنْ شَهِدَ لَيْلَةَ القَدْرِ ـ يَعْنِي فِي جَمَاعَةٍ ـ فَقَدْ أَخَذَ بِحَظِّهِ مِنْهَا

"Siapa yang menghadiri shalat berjama'ah pada malam Lailatul Qadar, maka ia telah mengambil bagian dari menghidupkan malam Lailatul Qadar tersebut." (Latha'if Al-Ma'arif, hlm. 329).

Demikian khutbah pertama ini.

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah Kedua


أَحْمَدُ رَبِّي وَأَشْكُرُهُ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَنَا مُحَمَّدٌ عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

Jama'ah shalat Jum'at yang semoga dirahmati oleh Allah,

Sebagaimana telah dijelaskan tentang lailatul qadar tadi, lalu kapan lailatul qadar itu terjadi?

Kata Ibnu Taimiyah, lailatul qadar sudah diketahui di sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan. Inilah yang disebutkan dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam sabda beliau,

هِيَ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

"Malam lailatul qadar terjadi pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan." (HR. Bukhari dan Muslim). Malam tersebut lebih mungkin ditemukan pada malam ganjil.

Akan tetapi, ganjil tersebut bisa dihitung dari awal bulan, maka malam yang dicari adalah malam ke-21, 23, 25, 27, dan 29. Namun bisa jadi pula lailatul qadar dihitung dari malam yang tersisa. Sebagaimana Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

لِتَاسِعَةٍ تَبْقَى لِسَابِعَةٍ تَبْقَى لِخَامِسَةٍ تَبْقَى لِثَالِثَةٍ تَبْقَى

"Bisa jadi lailatul qadar ada pada sembilan hari yang tersisa, bisa jadi ada pada tujuh hari yang tersisa, bisa jadi pula pada lima hari yang tersisa, bisa juga pada tiga hari yang tersisa" (HR. Bukhari).

Oleh karena itu, jika bulan Ramadhan ternyata 30 hari, berarti malam ketiga puluh adalah malam yang menggenapi. Jika dihitung dari hari terakhir, malam ke-22 berarti sembilan hari yang tersisa. Malam ke-24 berarti tujuh hari yang tersisa.

Inilah yang ditafsirkan oleh Abu Sa'id Al Khudri dalam hadits shahih. Inilah yang dilakukan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tanpa memilah-milah hari ganjil dan genap.

Kata Ibnu Taimiyah pula, Lailatul Qadar lebih sering terjadi pada malam ke-27. Kenyataannya demikian sebagaimana Ubay bin Ka'ab itu bersumpah bahwa lailatul qadar terjadi pada malam ke-27. Ada yang bertanya padanya, "Dari mana engkau bisa tahu bahwa lailatul qadar terjadi pada malam tersebut?" "Yaitu dari ayat yang Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kabarkan pada kami bahwa pagi harinya matahari akan terbit dengan sinar yang tidak begitu menyorot", jawab Ubay. (Majmu' Al-Fatawa, 25: 284-285).

Akhirnya kami memohon kepada Allah Ta'ala agar senantiasa memberikan kita petunjuk dan taufik untuk menghidupkan akhir Ramadhan ini dengan amalan shalih.

Jangan lupa untuk memperbanyak shalawat di hari Jumat ini. Siapa yang bershalawat sekali, maka Allah akan membalasnya sepuluh kali.

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ

اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ، وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا، وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ، وَاجْعَلْنَا شَاكِرِينَ لِنِعْمِكَ مُثْنِينَ بِهَا عَلَيْكَ، قَابِلِينَ لَهَا، وَأَتِمِمْهَا عَلَيْنَا

اللهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً

اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ أَعْمَلَنَا فِي رَمَضَانَ اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ أَعْمَلَنَا فِي رَمَضَانَ

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.

وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

Sumber: Laman Rumaysho

2. Menjemput Lailatul Qadar pada 10 Terakhir Ramadhan

Khutbah I

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن

أَمَّا بَعْدُ, فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى : وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً، فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ

Ma'asyiral Muslimin Jamaah Jum'ah Rahimakumullah

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, atas iradat-Nya kita masih dipertemukan kembali Ramadhan hari ini, bulan mulia pernuh berkah.

Shalawat dan salam kepada baginda Rasulullah SAW, utusan Allah Ta'ala yang membawa cahaya dan kebenaran Islam, membawa manusia dari alam kegelapan menuju peradaban Islam yang agung.

Kita berdo'a di bulan Rajab dan bulan Sya'ban untuk bisa bertemu bulan ini. Kita menyambutnya dengan penuh kegembiraan. Mengapa? Karena Ramadhan adalah bulan berkah, bulan ziyadatun khair, bertambahnya kebaikan yang tidak bisa dicapai dibulan-bulan lainnya.

Kita juga bergembira karena Allah SWT menjanjikan ampunan atas segala khilaf dan dosa, dan puncaknya, Allah Ta'ala menjanjikan predikat muttaqin bagi yang benar puasanya.

Tidak terasa kita telah menjalani dua pertiga Ramadhan. Semoga kita tetap semangat dan bersabar menjalankan ibadah puasa, tetap istiqamah membaca al Qur'an, tetap antusias mendatangi masjid-masjid untuk shalat tarawih.

Alhamdulillah, nilai-nilai yang kita raih selama Ramadhan ini, in syaa Allah telah membawa batin kita dalam suasana tenang dan bahagia, dan itu pertanda hawa nafsu kita sudah mulai terkendali.

Imam Abu Hamid al-Ghazali pernah mengatakan dalam kitab Ihyâ' 'Ûlûmiddîn:

السَّعَادَةُ كُلُّهَا فِي أَنْ يَمْلِكَ الرَّجُلُ نَفْسَهُ وَالشَّــقَــاوَةُ فِي أَنْ تَمْـلِـكَـــهُ نَفْـسُــــهُ

"Kebahagiaan adalah ketika seseorang mampu menguasai nafsunya. Kesengsaraan adalah saat seseorang dikuasai nafsunya."

Demikianlah esensi dan ekspresi hati manusia. Ketika nafsu mampu dikendalikan, maka dari sana akan tersingkap fitrah yang suci, dan mulai dari situlah iman tumbuh dan menggerakkan diri ke jalan yang benar.

Manusia yang sebelumnya suka berdusta, menipu, berbuat buruk, akan berubah menjadi orang yang jujur, suka membantu dan mengekspresikan kebaikan kebaikan. Inilah yang disebut hati tenang, hidup dengan akhlak yang baik.

Jama'ah Jum'at yang Berbahagia,

Selanjutnya, pada 10 terkahir Ramadhan ini, Allah Ta'ala menjanjikan hadiah istimewa, yang hanya terjadi 1 kali dalam setahun, yaitu malam lailatul qadr.

Orang-orang yang sedang berpuasa menanti momen tersebut untuk mendapatkan pahala yang nilainya lebih 1000 tahun. Allah Ta'ala berfirman:

اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ(1) وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِۗ (2) لَيْلَةُ الْقَدْرِ ەۙ خَيْرٌ مِّنْ اَلْفِ شَهْرٍۗ (3) تَنَزَّلُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ وَالرُّوْحُ فِيْهَا بِاِذْنِ رَبِّهِمْۚ مِنْ كُلِّ اَمْرٍۛ (4) سَلٰمٌ ۛهِيَ حَتّٰى مَطْلَعِ الْفَجْرِ ࣖ (5)

"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada lailatul qadr. Tahukah kamu apakah lailatul qadr itu? Lailatul qadr lebih baik daripada 1000 bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan Rūḥ (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. Sejahteralah (malam) itu sampai terbit fajar."

Berkaitan dengan ini, Imam Malik dalam al-Muwattha meriwayatkan satu hadits,

إِنَّ رَسُوْلَ اللهِ أُرِيَ أَعْمَارَ النَّاسِ قَبْلَهُ أَوْ مَا شَاءَ اللهُ مِنْ ذَلِكَ فَكَأَنَّهُ تَقَاصَرَ أَعْمَارَ أُمَّتِهِ أَنْ لَا يَبْلُغُوْا مِنَ الْعَمَلِ مِثْلَ الَّذِيْ بَلَغَ غَيْرُهُمْ فَيْ طُوْلِ الْعُمْرِ، فَأَعْطَاهُ اللهُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ خَيْرًا مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ

"Sesungguhnya Rasulullah diperlihatkan umur-umur manusia sebelumnya (yang relatif panjang) sesuai dengan kehendak Allah, sampai (akhirnya) usia-usia umatnya semakin pendek (sehingga) mereka tidak bisa beramal lebih lama sebagaimana umat-umat sebelum mereka karena panjangnya usia mereka, maka Allah memberikan Rasulullah Lailatul Qadr yang lebih baik dari seribu bulan". (Imam Malik, al-Muwattha: juz I, h. 321)

Datangnya lailatul qadr tidak dapat ditentukan secara pasti waktunya oleh manusia, kepastian itu di sisi Allah Ta'ala. Malam tersebut dapat dicari di akhir Ramadan, terutama pada malam tanggal ganjil dalam kalender qamariah.

Rasulullah hanya memberikan isyarat mengenai datangnya malam penuh kemuliaan itu di malam ganjil 10 hari terakhir Ramadhan. Peluang hadirnya lailatul qadr ada di malam 21, 23, 25, 27, atau 29 Ramadan.

Untuk menjemput malam yang mulia itu, maka Rasulullah SAW di 10 hari terakhir Ramadhan meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadahnya.

Beliau tak hanya menjalani sendiri, tapi juga mengajak keluarganya untuk turut merasakan kekhusyukan dan keberkahan waktu mulia ini. Dalam hadits riwayat Al-Bukhari disebutkan:

عَنْ عَائِشَةَ رضي الله عنها قَالَتْ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ وَأَحْيَا لَيْلَهُ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ

"Dari Aisyah ra, ia berkata: "Ketika Nabi saw memasuki 10 hari terakhir (Ramadhan), beliau mengencangkan ikat pinggangnya (untuk lebih giat beribadah), menghidupkan malamnya (dengan ibadah), dan membangunkan keluarganya (untuk beribadah)." (HR Al-Bukhari).

Jama'ah Jum'at yang Berbahagia

Intensitas ibadah yang dilakukan Rasulullah SAW dan diikuti sahabat-sahabat beliau konsentrasikan dengan berdiam diri atau i'tikaf di masjid. Kegiatan i'tikaf merupakan salah satu bentuk ibadah yang memberikan kesempatan yang cukup untuk berkomunikasi lebih intens dengan Allah Subhanahu wa ta'ala.

Jika selama ini kita kurang khusyu' ketika shalat, jika kita sering merasa lalai dari mengingat Allah, lisan kita kering dari dzikir dan sedikit sekali beristighfar, atau jika selama ini kita jarang mengadukan keluh kesah dan masalah kita kepada Allah, maka di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan ini adalah kesempatan emas untuk memperbaiki semua hal tersebut.

I'tikaf adalah waktu yang tepat untuk kita menebus kelalaian kita selama setahun yang lalu karena disibukkan dengan urusan dunia dan segala problematika yang menyertainya.

Sungguh akan terasa nikmat apabila kita dapat khusyu' bermunajat kepada Allah, sejenak meninggalkan urusan dunia dan fokus untuk Allah , bermesraan dengan Allah, Zat Yang Maha Pemilik dan Menguasai segala urusan.

Semua bentuk ibadah di 10 akhir Ramadhan diharapkan dapat lebih mensucikan hati, merasakan lezatnya iman, dan hadirnya kekuatan ruhiyah dalam menghadapi berbagai persoalan.

Karena itulah, selain dzikir, istigfar, dan do'a-do'a musjabat, juga sangat ditekankan untuk memperbanyak tilawah dan tadabbur al Qur'an.

Memperbanyak tilawah dan tadabbur al Qur'an akan mendapatkan kekuatan khusus dari Allah Ta'ala, sebagaimana dalam al Qur'an Surah As Syura: 52:

وَكَذٰلِكَ اَوْحَيْنَآ اِلَيْكَ رُوْحًا مِّنْ اَمْرِنَاۗ مَا كُنْتَ تَدْرِيْ مَا الْكِتٰبُ وَلَا الْاِيْمَانُ وَلٰكِنْ جَعَلْنٰهُ نُوْرًا نَّهْدِيْ بِهٖ مَنْ نَّشَاۤءُ مِنْ عِبَادِنَاۗ وَاِنَّكَ لَتَهْدِيْٓ اِلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍۙ

"Demikianlah Kami mewahyukan kepadamu (Nabi Muhammad) rūh (Al-Qur'an) dengan perintah Kami. Sebelumnya engkau tidaklah mengetahui apakah Kitab (Al-Qur'an) dan apakah iman itu, tetapi Kami menjadikannya (Al-Qur'an) cahaya yang dengannya Kami memberi petunjuk siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Sesungguhnya engkau benar-benar membimbing (manusia) ke jalan yang lurus."

Ketika menafsirkan ayat ini, Syaikh 'Abdur Rahman as-Sa'di berkata: "Ini adalah (fungsi) al-Qur-an yang mulia, Allah menyebutnya sebagai ruh karena ruh yang menjadikan tubuh manusia hidup. (Demikian) pula al-Qur-an yang menjadikan hati dan jiwa manusia hidup, sehingga hiduplah (terwujudlah) dengan al-Qur-an semua kebaikan (dalam urusan) dunia dan agama, karena di dalamnya banyak kebaikan dan ilmu yang luas". (Kitab "Taisiirul Kariimir Rahmaan"/hal. 762).

Pencerahan nilai-nilai al Qur'an bisa dilakukan kapan saja yang memungkinkan, namun secara khusus akan lebih kuat saat membacanya di malam hari.

Ketika Allah Ta'ala memerintahkan secara khusus membaca al Qur'an di malam hari, karena bacaan al Qur'an saat malam hari akan menukik ke petala jiwa yang paling dalam, sebagaimana dalam ayat:

اِنَّ نَاشِئَةَ الَّيْلِ هِيَ اَشَدُّ وَطْـًٔا وَّاَقْوَمُ قِيْلًاۗ

"Sesungguhnya bangun malam itu (baca al Qur'an) lebih kuat (pengaruhnya terhadap jiwa) dan lebih mantap ucapannya". (Q.S. Al Muzammil : 6)

Allah Ta'ala memberi pilihan-pilihan untuk bisa lebih dekat kepada-Nya. Di antara kita tentu ada yang tidak bisa i'tikaf seperti Rasulullah, karena kesibukan.

Namun, tetap harus berupaya semaksimal mungkin untuk meningkatkan ibadah, seperti memperbanyak istigfar, munajat dan tilawah al Qur'an dan qiyamu Ramadhan melebihi hari-hari sebelumnya.

Seperti pada hadits yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa Rasulullah SAW membangunkan keluarganya pada 10 akhir Ramadhan, demikian juga sahabat-sahabat beliau.

Tujuannya adalah untuk menghidupkan malam-malam mereka dengan taqarrub kepada Allah Ta'ala. Kekhususan diisi dengan dzikir, istigfar, tilawah dan do'a yang khusyu.

Dan secara khusus, terdapat satu ibadah yang di dalamnya ada dzikir, istigfar, dan tilawah al Qur'an, yaitu shalat tahajjud, yang di bulan ini disebut qiyamu Ramadhan.

Ketika kita bisa bangun tahajjud berjama'ah 1 juz 1 malam bersama imam yang tartil bacaan qur'annya, in syaa Allah peluang mendapatkan lailatul qadr akan lebih terbuka.

Saat seseorang mendapati lailatul qadr, maka orang itu berada di malam ampunan, malam penganugerahan derajat kemuliaan, dan berada dalam kebaikan untuk tahun yang akan dijalaninya.

Untuk itu, mari kita kembali mengingat do'a yang diucapkan Rasulullah SAW saat berjumpa dengan malam mulia tersebut, sebagaimana hadits dari yang diriwatkan Aisyah radiallahu 'anha berikut:

وَعَنْ عائشة رضي الله عنها: قالت: «قلت: يا رسولَ الله إِنْ وَافَقْتُ ليلةَ القَدْرِ ، ما أَدْعُو به؟ قال: قُولي: اللهم إنك عَفُوٌّ كَرِيمٌ تُحِبُ الْعَفْوَ فاعْفُ عَنِّي» أخرجه الترمذي

"Dari sayyidah Aisyah (radiallahu 'anha), ia bercerita, ia pernah bertanya, 'Wahai Rasulullah, jika aku kedapatan menjumpai lailatul qadr, bagaimana doa yang harus kubaca?' Rasulullah saw menjawab, 'Bacalah, 'Allāhumma innaka afuwwun karīmun tuhibbul 'afwa fa'fu 'annī,"" (HR At-Tirmidzi)

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah II

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا، تَبَارَكَ الَّذِيْ جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوْجًا وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيْرًا. أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وُرَسُولُهُ الَّذِيْ بَعَثَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيَا إِلَى الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا
اللهم صل و سلم على هذا النبي الكريم و على آله و أصحابه و من تبعهم بإحسان إلى يوم الدين. أما بعد

فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللّٰهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللّٰهُ تَعَالَى اِنَّ اللّٰهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ. وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فْي الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ. وَعَنْ اَصْحَابِ نَبِيِّكَ اَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِبْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِهِمْ اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ

Do'a Penutup

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً. اللّهُمَّ وَفِّقْنَا لِطَاعَتِكَ وَأَتْمِمْ تَقْصِيْرَنَا وَتَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ . وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبّ الْعَالَمِيْنَ

!!!عِبَادَاللهِ

إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَالْمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

Oleh: Dr H Tasyrif Amin M Pd I

Sumber: Laman Pesantren Hidayatullah

3. 4 Alasan Mengapa Kita Penting Tuntaskan Amalan Jelang Ramadhan Berakhir

اَلسَّلامُ عَليْكُمْ وَرَحْمَةاُللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَسْتَهْدِيْهِ، وَنَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ ييَهْدِهِ اللّٰهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَمَنْ لَمْ يَجْعَلِ اللّٰهُ لَهُ نُوْرًا فَمَا لَهُ مِنْ نُوْرٍ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، أَدَّى الْأَمَانَةَ، وَبَلَّغَ الرِّسَالَةَ، وَنَصَحَ لِلْأُمَّةِ، وَجَاهَدَ فِي اللّٰهِ حَقَّ جِهَادِهِ، اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ عَلَيْهِمْ تَسْلِيمًا كَثِيرًا.

أما بعد. فَيَآعِبَادَ اللّٰهِ أُوْصِيْكُمْ وَاِيَّايَ بِتَقْوَى ا للّٰهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُممْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ تَعَالٰى أَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ: شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۗ وَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗ يُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ ۖ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ.[سورة البقرة/2: 185]

Tiada kata yang lebih pantas kita lantunkan di kesempatan yang berbahagia ini melainkan ucapan syukur alhamdulillah, yang mana Allah SWT masih mempercayakan kehidupan ini kepada kita dengan memanjangkan umur kita dengan terus mengoptimalkan ketaatan kita kepadaNya. Sebagaimana firman-Nya :

وَمَا يُعَمَّرُ مِنْ مُّعَمَّرٍ وَّلَا يُنْقَصُ مِنْ عُمُرِهٖٓ اِلَّا فِيْ كِتٰبٍۗ اِنَّ ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرٌ

"Tidak dipanjangkan umur seseorang dan tidak pula dikurangi umurnya, kecuali (sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lauh Mahfuz). Sesungguhnya yang demikian itu sangat mudah bagi Allah." (QS Fathir: 11).

Bahwasanya umur yang Allah karuniakan kepada kita cukup bagi kita untuk berfikir tentang kekuasaan-Nya. Allah SWT berfirman :

اَوَلَمْ نُعَمِّرْكُمْ مَّا يَتَذَكَّرُ فِيْهِ مَنْ تَذَكَّرَ وَجَاۤءَكُمُ النَّذِيْرُۗ فَذُوْقُوْا فَمَا لِلظّٰلِمِيْنَ مِنْ نَّصِيْرٍ

"Bukankah Kami telah memanjangkan umurmu dalam masa (yang cukup) untuk dapat berpikir bagi orang yang mau berpikir." (QS Fathir: 37)

Ramadhan diibaratkan seperti tamu yang agung, datang menyapa kita dengan membawa banyak kemuliaan dan kebaikan. Allah menjanjikan di dalamnya ampunan dosa, membebaskan hamba-hamba-Nya yang beriman dari neraka.

Setiap amal kebaikan dilipat gandakan, peluang dan potensi beramal baik pun dimudahkan, karena pada bulan ini Allah SWT membuka seluruh pintu-pintu surga, sehingga fitrah orang-orang yang beriman akan bersegera menyambut setiap amal yang akan mendekatkan dia kepada-Nya. Setan dan jin pendurhaka pun dibelenggu, sehingga bisikan-bisikan buruk mereka tidak mengotori amal dan ibadah hamba-hamba Allah yang beriman.

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِذذَا كَانَ أَوَلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ صُفِّدَتِ الشَّيَاطِيْنُ وَمَرَدَةُ الْجِنِّ ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ ، وَفُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا
بَابٌ ، وَيُنَادِيْ مُنَادٍ كُلَّ لَيْلَةٍ : يَا بَاغِيَ الْخَييْرِ أَقْبِلْ ، وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ ، وَلِلّٰهِ عُتَقَاءُ مِنَ النَّارِ، وَذٰلِكَ كُلَّ لَيْلَةٍ.

Dari Abu Hurairah RA, dia berkata, "Rasulullah SAW bersabda, "Pada malam pertama Ramadhan setan-setan dan jin-jin yang jahat dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup, tidak ada satupun pintu yang terbuka dan pintu-pintu surga dibuka, tidak ada satupun pintu yang tertutup, serta seorang penyeru menyeru, wahai yang mengharapkan kebaikan bersegeralah (kepada ketaatan), wahai yang mengharapkan keburukan/maksiat berhentilah, Allah memiliki hamba-hamba yang selamat dari api neraka pada setiap malam Ramadhan." (HR at-Tirmidiz dan Ibnu Majah).

Para hadirin sidang Jumat rahimakumullah

Hadits di atas mengisyaratkan bahwasanya Ramadhan bukanlah bulan yang biasa-biasa saja, kemuliaan yang tidak dimiliki oleh bulan-bulan lainnya.

Saat ini kita sudah berada pada pengujung Ramadhan, tidak lama lagi ia akan pergi meninggalkan kita. Maka, jadikanlah perpisahan kita dengan Ramadhan menjadi perpisahan yang terindah, dengan menuntaskan amal-amal saleh yang kita lakukan di dalamnya.

Hadirin sidang Jumat rahimakumullah..

Rasulullah shalallahu a'laihi wasallam mencontohkan kepada kita seperti apa yang beliau lakukan pada hari-hari pengujung Ramadhan. Ummul Mukminin menceritakan kepada kita:

كَانَ النَّبٍيُّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ، وَأَحْيَا لَيْلَهُ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ.

"Rasulullah saw jika memasuki sepuluh hari terakhir dari Ramadhan, mengencangkan sarungnya, dan menghidupkan malam-malamnya, serta membangunkan keluarganya." (HR Bukhari dan Muslim).

Beberapa alasan mengapa kita harus menuntaskan amal ibadah kita di hari-hari terakhir Ramadhan, di antaranya :

Pertama, memastikan bukan golongan mereka yang gagal pada Ramadhan.

Hari-hari di pengujung Ramadhan seperti halnya 'injury time', seorang muslim hendaklah semakin bersungguh-sungguh dalam ketaatan dan ibadahnya, karena saat ini merupakan kesempatan kita untuk menutup kekurangan ibadah kita pada hari-hari sebelumnya.

Rasulullah shalallahu a'laihi wasallam pernah menyebutkan tiga golongan yang paling merugi, di antara mereka ialah yang tidak memanfaatkan kesempatan bulan ini untuk sebagai penggugur dari dosa-dosanya.

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ : قَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : رَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ، وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ ثُمَّ انْسَلَخَ قَبْلَ أَنْ يُغْفَرَ لَهُ، وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ أَدْرَكَ عِنْدَهُ أَبَوَااهُ الْكِبَرَ فَلَمْ يُدْخِلَاهُ الْجنَّةَ.

Dari Abu Hurairah, dia berkata, "Rasulullah SAW bersabda, 'Celakalah seseorang, (saat) aku disebut-sebut di depannya dan ia tidak mengucapkan shalawat kepadaku. Dan celakalah seseorang, Ramadhan menemuinya kemudian keluar sebelum ia mendapatkan ampunan, dan celakalah seseorang yang kedua orang tuanya berusia lanjut namun kedua orang tuanya tidak dapat memasukkannya ke dalam Surga (karena kebaktiannya)." (HR at-Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Kedua, setiap amal akan di nilai dengan seperti apa sesorang mengakhirinya.

Rasulullah shalallahu a'laihi wasallam bersabda:

إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيْمِ

Dari Sahal bin Sa'ad RA, dia berkata, "Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya amalan-amalan (seorang hamba) itu tergantung pada amalan-amalan penutupnya." (HR Bukhari Muslim).

Ketiga, menggambarkan kemurnian fitrah.

Ketika kedatangan Ramadhan begitu dirindukan, maka mengoptimalkan ibadah dan menuntaskannya merupakan sebaik-baik perpisahan. Rasulullah shalallahu a'laihi wasallam memerintahkan kita khusu' dalam beribadah dengan membayangkan seakan-akan itu adalah ibadah terakhirnya.

Mengingat kematian dalam ibadah, menjadikan kita terus berusaha untuk memperbaiki ibadah, karena kita mengkhawatirkan itu merupakan ibadah terakhir.

عَنْ اِبْنِ عُمَرَ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : " صَلِّ صَلَاةَ مُوَدِّعٍ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ كُنْتَ لَا تَرَاهُ فَإِنَّههُ يَرَاكَ وَأَيِسَ مِمَّا فِيْ أَيْدِي النَّاسِ تَعِشْ غَنِيًّا وَإِيَّاكَ وَمَا يَعْتَذِرُ مِنْهُ"

"Shalatlah seperti seseorang yang hendak berpisah, seakan-akan kamu melihat-Nya. Jika kamu tidak melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihatmu. Berhentilah berharap pada apa yang ada di tangan manusia, niscaya kamu akan hidup kaya. Dan hindarilah segala hal yang bisa kamu beri alasan untuknya." (HR Baihaqi)

Keempat, untuk meraih kemuliaan malam Lailatul Qadar.

Dari Abu Sa'id Al-Khudri radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

فَالْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ وَالْتَمِسُوهَا فِي كُلِّ وِتْرٍ

"...Carilah lailatul qadar pada sepuluh hari terakhir Ramadhan, carilah pada malam-malam ganjil...."

Semoga Allah SWT membimbing kita semua selalu ingat kepada-Nya, bersyukur atas nikmat-Nya dan memperbaiki ibadah kepada-Nya. Semoga Allah SWT kembali mempertemukan kita dengan Ramadhan di tahun yang akan datang . Aamiin.

بَارَكَ اللّٰهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْههِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللّٰهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَآئِرِ الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Oleh: KH M Firdaus BA MA PhD, anggota Komisi Fatwa MUI Kota Tangerang

Sumber: Laman Majelis Ulama Indonesia (MUI) Digital

4. Jangan Jemawa di Akhir Ramadhan dan Bakda Ramadhan

Khutbah I

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهْ

اَلْحَمْدُ ِللهِ جَعَلَ رَمَضَانَ شَهْرًا مُبَارَكًا، وَفَرَضَ عَلَيْنَا الصِّيَامَ لِأَجْلِ التَّقْوٰى. أَشْهَدُ أَنْ لَاۧ إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ . اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى مَحَمَّدِ نِالْمُجْتَبٰى، وَعَلٰى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَهْلِ التُّقٰى وَالْوَفٰى. أَمَّا بَعْدُ فَيَاأَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ! أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ مَنِ اتَّقَى. فَقَالَ اللهُ تَعَالٰى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ : يَاۤأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءٰمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ

Amma ba'du

Ma'asyirol muslimin jama'ah shalat Jumat rahimani wa rahimakumullah

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam yang telah memberikan kita berbagai karunia dan nikmat. Yang jelas dan pasti kita tidak bisa menghitung nikmat Allah yang begitu banyak,

وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا

"Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya." (QS. An-Nahl: 18).

Bakr Al-Mazini pernah berkata,

يَا ابْنَ آدَمَ ، إِنْ أَرَدْتَ أَنْ تَعْلَمَ قَدْرَ مَا أَنْعَمَ اللهُ عَلَيْكَ ، فَغَمِّضْ عَيْنَيْكَ

"Wahai manusia, jika engkau ingin tahu kadar nikmat yang telah Allah peruntukkan bagimu, maka penjamkanlah matamu." (Jami' Al-'Ulum wa Al-Hikam, 2: 76)

Mensyukuri nikmat tadi tentu terus memperbaiki ketakwaan dan ibadah kita,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam." (QS. Ali Imran: 102)

Shalawat dan salam semoga tercurah pada Nabi yang diutus pada semua umat, di mana beliau juga menjadi Nabi yang berhak mendapatkan syafa'atul uzma (syafa'at paling besar) setelah ada izin dan ridha dari Allah, begitu juga tercurah pada istri beliau tercinta (Ummahatul Mukminin: Khadijah binti Khuwailid, Saudah binti Zam'ah, 'Aisyah binti Abi Bakr, Hafshah binti 'Umar, Zainab binti Khuzaimah, Ummu Salamah binti Abi Umayyah, Zainab binti Jahsy, Juwairiah binti Al-Harits, Ummu Habibah Ramlah binti Abi Sufyan, Shafiyah binti Huyay, Maimunah binti Al-Harits), juga kepada para khulafaur rosyidin (Abu Bakr, 'Umar, 'Utsman dan 'Ali radhiyallahu 'anhum) serta yang mengikuti para salaf tadi dengan baik hingga akhir zaman.

Para jamaah shalat Jumat rahimani wa rahimakumullah

Jangan jemawa di akhir-akhir Ramadhan, bahkan bakda Ramadhan.

Jemawa itu berarti sombong, angkuh. Kapan seseorang bisa dikatakan sombong atau angkuh di akhir Ramadhan dan bakda Ramadhan?

  • Pertama: Menyangka Ramadhan sudah mau usai
  • Kedua: Menyangka sudah lepas dari kewajiban
  • Ketiga: Menyangka taat itu hanya di bulan Ramadhan saja
  • Keempat: Menyangka kalau bakda Ramadhan sudah selesai dari ibadah, ibaratnya sudah lulus
  • Kelima: Menyangka sudah banyak amal di bulan Ramadhan, sudah khatam baca Al-Qur'an, sudah rutin shalat malam, sudah berjamaah rutin di masjid

Sebagai renungan, Ibnu Rajab Al-Hambali menyebutkan bahwa orang yang berpuasa ada dua tingkatan:

Tingkatan pertama: Orang yang menjalankan puasa dengan menjauhi larangan saat puasa yaitu makan, minum, hubungan intim dan menghindarkan diri dari berbagai perkara yang diharamkan juga meninggalkan berbagai maksiat. Ketaatan tersebut hanya dilakukan saat puasa. Puasa tingkatan pertama ini akan mendapatkan karunia dan pahala yang besar.

Karena orang yang berpuasa meninggalkan makan, minum, dan hubungan intim karena Allah, maka Allah akan menganti dengan kenikmatan di surga seperti disebut dalam ayat,

كُلُوا وَاشْرَبُوا هَنِيئًا بِمَا أَسْلَفْتُمْ فِي الْأَيَّامِ الْخَالِيَةِ

"(kepada mereka dikatakan): "Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu." (QS. Al Haqqah: 24). Mujahid mengatakan bahwa ayat ini turun kepada orang-orang yang berpuasa. Lihat Lathoif Al-Ma'arif, hal. 21.

Tingkatan kedua: Berpuasa atau menahan diri dari berbagai hal yang Allah haramkan baik di bulan Ramadhan, juga bulan-bulan lainnya. Ketaatan yang dilakukan bukan saat puasa saja namun sepanjang waktu. Ia terus konsisten dalam menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Ia pun tidak melampaui batasan Allah. Ia meninggalkan kenikmatan dunia dan mengharap balasan di akhirat kelak. Sehingga hari berbukanya yaitu waktu merasakan nikmat ketika berjumpa dengan Allah di akhirat.Tingkatan kedua ini lebih tinggi daripada tingkatan pertama.

Ibnu Rajab Al Hambali mengatakan, "Siapa yang berpuasa menahan syahwatnya di dunia, ia akan dapati kenikmatan tersebut di jannah (surga). Siapa yang meninggalkan ketergantungan pada selain Allah, maka ia akan menantikan balasannya ketika berjumpa dengan-Nya.

مَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ اللَّهِ فَإِنَّ أَجَلَ اللَّهِ لَآَتٍ

"Barangsiapa yang mengharap pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah itu, pasti datang." (QS. Al 'Ankabut: 5). (Lathoif Al-Ma'arif, hal. 285).

Ingat, kita beribadah itu sampai mati.

Intinya, jangan jadikan ibadah hanya pada bulan Ramadhan saja.

Di antara salaf, ada yang bernama Bisyr pernah menyatakan,

بِئْسَ القَوْمُ لاَ يَعْرِفُوْنَ اللهَ حَقًّا إِلاَّ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ إِنَّ الصَّالِحَ الَّذِي يَتَعَبَّدُ وَ يَجْتَهِدُ السَّنَةَ كُلَّهَا

"Sejelek-jelek kaum adalah yang mengenal Allah di bulan Ramadhan saja. Ingat, orang yang shalih yang sejati adalah yang beribadah dengan sungguh-sungguh sepanjang tahun." (Lathaif Al-Ma'arif, hlm. 390)

Beribadahlah sampai mati.

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ

"Dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu kematian." (QS. Al-Hijr: 99).

Al-Hasan Al-Bashri menyatakan bahwa Allah tidak menjadikan batasan waktu untuk beramal bagi seorang mukmin kecuali kematian. (Lathaif Al-Ma'arif, hlm. 392)

Ingat, amalan kita tetap masih kurang dan tetap harus tawadhu. Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan,

قَالَ بَعْضُ السَّلَفِ : كَانُوْا يَدْعُوْنَ اللهَ سِتَّةَ أَشْهُرٍ أَنْ يُبَلِّغَهُمْ شَهْرَ رَمَضَانَ ثُمَّ يَدْعُوْنَ اللهَ سِتَّةَ أَشْهُرٍ أَنْ يَتَقَبَّلَهُ مِنْهُمْ

"Sebagian salaf berkata, 'Dahulu mereka berdoa kepada Allah selama enam bulan agar mereka bisa berjumpa lagi dengan bulan Ramadhan, kemudian mereka berdoa kepada Allah selama enam bulan berikutnya agar Allah menerima amalan mereka." (Lathaif Al-Ma'arif, hlm. 369).

Amalan yang diterima hanyalah dari orang yang bertakwa, sedangkan diri kita bisa jadi jauh dari kata "takwa". Allah berfirman,

إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ

"Sesungguhnya Allah hanya menerima (amalan) dari orang-orang yang bertakwa." (QS. Al Ma-idah: 27)"

Ingat, masih ada sepuluh hari terakhir, Ramadhan belum usai.

Di akhir-akhir Ramadhan, kita disuruh banyak ibadah karena terdapat lailatul qadar yang ibadah di dalamnya lebih baik dari pada ibadah pada seribu bulan.

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

"Carilah lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan." (HR. Bukhari, no. 2020 dan Muslim, no. 1169)

Terjadinya lailatul qadar di malam-malam ganjil lebih memungkinkan daripada malam-malam genap, sebagaimana sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam,

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

"Carilah lailatul qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan." (HR. Bukhari, no. 2017)

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam makin serius ibadah di akhir Ramadhan karena ibaratnya ini adalah partai final, harus lebih berjuang untuk menang.

'Aisyah radhiyallahu 'anha mengatakan,

كَانَ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ ، وَأَحْيَا لَيْلَهُ ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ

"Apabila Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memasuki sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan), beliau mengencangkan sarungnya (untuk menjauhi para istri beliau dari berjima'), menghidupkan malam-malam tersebut dan membangunkan keluarganya." (HR. Bukhari no. 2024 dan Muslim no. 1174). Imam Nawawi rahimahullah berkata, "Disunnahkan untuk memperbanyak ibadah di akhir Ramadhan dan disunnahkan pula untuk menghidupkan malam-malamnya dengan ibadah." (Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 8:71)

Jadi, jangan jemawa, kita harus terus ibadah hingga akhir Ramadhan, bahkan meneruskannya bakda Ramadhan.

Demikian khutbah pertama ini.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ بِاْلُقْرءَانِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّه هُوَ اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ.

وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ.

اللهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ.

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى

اللَّهُمَّ إنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيعِ سَخَطِكَ

اللهمّ أحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي الأُمُورِ كُلِّهَا، وَأجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ

اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ.

رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.

عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

Sumber: Laman Rumaysho

5. Jelang Akhir Ramadhan, Mari Memanfaatkan Waktu dengan Baik

Khutbah I

اَلحَمْدُ ِللهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ، أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ:

اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ ۝١ وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِۗ ۝٢ لَيْلَةُ الْقَدْرِ ەۙ خَيْرٌ مِّنْ اَلْفِ شَهْرٍۗ ۝٣ تَنَزَّلُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ وَالرُّوْحُ فِيْهَا بِاِذْنِ رَبِّهِمْۚ مِنْ كُلِّ اَمْرٍۛ ۝٤ سَلٰمٌۛ هِيَ حَتّٰى مَطْلَعِ الْفَجْرِࣖ ۝٥

Jamaah Shalat Jumat yang dirahmati Allah. Pada kesempatan ini, khatib mengajak jamaah dan juga diri khatib pribadi untuk senantiasa menjaga serta meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt. Takwa sebagaimana yang banyak dijelaskan oleh para ulama, yaitu menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan yang ditetapkan oleh-Nya.

Semoga dengan ketakwaan yang diupayakan di dalam kehidupan yang kita jalani, akan membawa kita kepada kemudahan dan jalan keluar bagi setiap problematika kehidupan serta memberikan kita syafaat dan menjadi penolong di hari perhitungan kelak. Amin.

Jamaah Shalat Jumat yang dirahmati Allah.

Khatib berharap agar pribadi kita semua dapat memanfaatkan 10 hari terakhir bulan Ramadhan ini dengan sebaik-baiknya, dengan penuh ketekunan dalam beribadah kepada Allah serta memperbanyak amalan yang dapat menjadikan kita sebagai hamba yang diampuni oleh-Nya berkat hadirnya bulan Ramadhan.

Banyak sekali amalan yang dapat dilakukan pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan dan khatib mengimbau agar waktu berharga ini jangan terlewat begitu saja. Di antara amalan-amalan utama yang dapat dikerjakan adalah memperbanyak i'tikaf di masjid pada malam hari.

Disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh 'Aisyah RA:

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ:- أَنَّ اَلنَّبِيَّ - صلى الله عليه وسلم - كَانَ يَعْتَكِفُ اَلْعَشْرَ اَلْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ, حَتَّى تَوَفَّاهُ اَللَّهُ, ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ

Artinya: Dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha, beliau berkata, 'Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam biasa beritikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan [dan kebiasaan ini berlanjut hingga] beliau wafat. Lalu istri-istri beliau beritikaf setelah beliau wafat (HR. Bukhari).

Kebiasaan Rasulullah SAW yang demikian juga merupakan bentuk upaya dan usaha beliau dalam menghidupkan hari-hari terakhir di malam bulan Ramadhan. Tingkat upaya dalam menghidupkan malam ala Rasulullah saw kian menuju akhir Ramadhan kian tinggi semangatnya dalam beribadah.

Disebutkan dalam sebuah hadits:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَجْتَهِدُ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مَا لاَ يَجْتَهِدُ فِى غَيْرِهِ.

Artinya: Rasulullah SAW sangat bersungguh-sungguh pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, melebihi kesungguhan beliau di waktu yang lainnya (HR. Muslim).

Al-Munawi dalam Faydhul Qadir menjelaskan perihal upaya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pada sepuluh hari terakhir bukan sekadar bangun malam saja, akan tetapi mengisinya dengan ibadah yang lebih giat daripada malam-malam lainnya (Al-Munawi, Faydhul Qadir, [Mesir: al-Maktabah at-Tijjariyyah, 1356], jilid V, halaman 203).

Selain itu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak hanya beribadah sendirian, akan tetapi beliau mengajak keluarganya untuk menghidupan malam-malam terakhir di bulan Ramadhan. Keterangan ini sebagaimana disampaikan oleh Zainab binti Salamah, istri Rasulullah:

لَمْ يَكُنِ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا بَقِيَ مِنْ رَمَضَانَ عَشْرَةُ أَيَّامٍ يَدَعُ أَحَدًا مِنْ أَهْلِهِ يُطِيقُ الْقِيَامَ إِلَّا أَقَامَهُ

Artinya: Nabi Muhammad saw, ketika 10 hari terakhir bulan Ramadhan tiba, beliau tidak pernah membiarkan anggota keluarganya yang mampu untuk melakukan shalat malam (qiyamul lail) untuk meninggalkannya. Beliau selalu mengajak mereka untuk bangun dan shalat (Riwayat yang disampaikan oleh Zainab binti Salamah, dikutip oleh Ibnu hajar al-'Asqallani dalam Fathul Bari).

Jamaah Shalat Jumat yang dirahmati Allah.

Selain menghidupkan malam-malam hari di sisa bulan suci Ramadhan, kita juga dapat melengkapi ibadah-ibadah individual kita seperti shalat, puasa dan i'tikaf dengan ibadah-ibadah sosial. Bulan Ramadhan menjadi momen penting bagi kita untuk berbuat baik kepada orang-orang di sekitar kita semua.

Berbuat baik di bulan Ramadhan dapat diimplementasikan salah satunya dengan berbagi dan bersedekah, khususnya kepada mereka yang membutuhkan. Tentunya sedekah-sedekah di sini bukanlah zakat, sebab zakat sudah menjadi kewajiban bagi yang mampu melakukannya.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

عَنْ اَنَسٍ قِيْلَ يَارَسُولَ اللهِ اَيُّ الصَّدَقَةِ اَفْضَلُ؟ قَالَ: صَدَقَةٌ فِى رَمَضَانَ

Artinya: Diriwayatkan dari Anas, ada yang bertanya kepada Rasulullah, "Wahai Rasulullah, sedekah apa yang nilainya paling utama?" Beliau menjawab, "Sedekah di bulan Ramadhan". (HR At-Tirmidzi).

Berangkat dari hadits tersebut, sebagian ulama menyimpulkan bahwa sedekah merupakan amalan utama di bulan Ramadhan, bahkan pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan amalan mulia ini disunnahkan untuk dikerjakan.

وَيُسَنُّ الإِكْثَارُ مِنَ الصَّدَقَةِ فِي رَمَضَانَ لَا سِيَّمَا فِي عَشْرِهِ الْأَوَاخِرِ

Artinya: Disunnahkan untuk memperbanyak sedekah pada bulan Ramadhan, terlebih pada 10 hari terakhir (Syekh Nawawi Banten, Nihayatuz Zain, [Beirut: Darul Fikr, t.t.], jilid I, halaman 183).

Jamaah Shalat Jumat yang dirahmati Allah.

Penjelasan yang telah disampaikan oleh khatib kiranya dapat memotivasi kita semua untuk memaksimalkan hari-hari terakhir pada bulan Ramadhan agar kita semua mendapatkan keutamaannya.

Jangan sampai satu hari pun terlewat, sedangkan kita belum beramal sama sekali. 'Abdullah bin Mas'ud pernah berkata:

مَا نَدِمْتُ عَلَى شَيْءٍ نَدَمِي عَلَى يَوْمٍ غَرَبَتْ شَمْسُهُ، نَقَصَ فِيهِ أَجَلِي، وَلَمْ يَزِدْ فِيهِ عَمَلِي

Artinya: Aku tidak menyesali sesuatu pun selain hari di mana matahari terbenam, di mana umurku berkurang sedangkan amalku tidak bertambah." (Yusuf 'Abdul Hamid al-Mursyidi, al-Mawsu'ah fi Tsawabil 'Amalish Shalih.

Demikianlah khutbah yang dapat kami sampaikan pada siang hari Jumat yang penuh berkah ini. Semoga kita semua dapat memanfaatkan hari yang tersisa di bulan suci Ramadhan dengan sangat baik, mudah-mudahan amal ibadah kita diterima dan kita mendapatkan malam Lailatul Qadar.

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

Khutbah II

الْحَمْدُ لِلّٰهِ وَ الْحَمْدُ لِلّٰهِ ثُمَّ الْحَمْدُ لِلّٰهِ. أَشْهَدُ أنْ لآ إلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَا نَبِيّ بعدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يٰأَ يُّها الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ عٍبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

Oleh: Ustadz Amien Nurhakim, Musyrif Pesantren Darussunnah Jakarta.

Sumber: Laman (Nadlatul Ulama) NU Online

6. Meraih Kemuliaan di Akhir Ramadhan

Khutbah I

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَـقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ إِلاَّ اللّٰه وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللّٰه، اَللّٰهُـمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللّٰه، أُوْصِيْنِيِ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللّٰه، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. وَقَالَ تَعَالَى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. صَدَقَ اللّٰهُ الْعَظِيمْ.

Jamaah shalat Jumat yang senantiasa dinaungi rahmat Allah,

Di tengah-tengah hidup yang sering riuh dengan urusan dunia, marilah sejenak kita menarik nafas dalam-dalam, lalu mengingat kembali ke mana arah hidup ini hendak akan dibawa. Pada kesempatan yang mulia ini, izinkan khatib mengajak kita semua dan diri khatib sendiri yang tak luput dari lalai untuk senantiasa menjaga ketakwaan. Takwa itu, kata para ulama yang arif dan bijak, adalah menjalankan segala titah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Sesederhana itu bunyinya, tetapi seluas samudra dalam maknanya.

Ketakwaan bukan hanya ibadah di atas sajadah, tapi juga laku harian: bagaimana kita memperlakukan sesama, bagaimana kita jujur dalam niaga, bagaimana kita menahan lidah dari dusta, dan bagaimana kita tidak menyinggung perasaan makhluk-Nya, sekecil apa pun. Ketakwaan adalah benih yang ditanam di hati, disiram dengan amal, dan akan dipanen kelak di akhirat. Dan, siapa tahu dari ketakwaan yang kita rawat hari ini, Allah memberi jalan keluar dari masalah-masalah hidup yang terasa buntu; siapa tahu, dari ketakwaan itulah datang pertolongan dan rahmat yang tidak kita sangka-sangka.

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah,

Ramadhan kian menepi ke ujungnya. Waktu-waktu yang tersisa bukan hanya sekadar angka di kalender, tetapi karunia yang terlalu berharga untuk disia-siakan. Sebab di sepuluh hari terakhir ini, Allah membuka pintu-pintu ampunan-Nya, melimpahkan keberkahan-Nya, dan menebarkan rahmat yang tak terkira. Malam-malam yang penuh rahasia itu menunggu kita yang ingin mengetuk pintu langit dengan doa, dengan munajat, dengan i'tikaf yang khusyuk.

Mari, jangan biarkan sepuluh malam terakhir ini lewat begitu saja seperti angin lalu. Marilah kita duduk diam di dalam masjid, bukan hanya dengan tubuh, tetapi dengan hati yang ingin pulang kepada-Nya. Rasulullah, kekasih Allah yang mulia, selalu menjalani i'tikaf di penghujung Ramadhan. Beliau bukan orang yang sibuk dengan dunia, tetapi tetap merasa perlu untuk menyendiri bersama Tuhannya. Maka, bagaimana dengan kita, yang seringkali tertatih dalam iman, dan tak jarang tergelincir dalam khilaf?

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah,

Dalam sunyi yang merunduk di malam-malam terakhir Ramadhan, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam selalu menghadirkan diri untuk i'tikaf - berdiam di masjid, membersihkan hati, menajamkan rasa, menyulam kedekatan dengan Sang Pencipta. Dan beliau melakukannya terus-menerus, hingga tiba saatnya Allah memanggil beliau pulang ke haribaan-Nya. Bahkan setelah beliau wafat, para istri beliau pun tetap meneruskan kebiasaan mulia itu, seolah ingin menegaskan kepada kita bahwa i'tikaf bukan sekadar amalan, melainkan warisan rohani yang tak boleh putus dari generasi ke generasi.

Sebagaimana diriwayatkan dalam hadits dari Aisyah radhiyallahu 'anha:

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْتَكِفُ العَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ، حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ، ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ

"Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam selalu beri'tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan hingga beliau wafat. Kemudian istri-istri beliau pun beri'tikaf setelah beliau wafat." (HR. Bukhari no. 2026 dan Muslim no. 1172)

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah,

Hadits ini bukan sekadar rangkaian kata-kata, tetapi cahaya yang menuntun kita. Ia mengingatkan, bahwa sepuluh malam terakhir Ramadhan adalah kesempatan yang tidak akan datang dua kali. Kesempatan untuk menepi dari riuhnya dunia, untuk menyelami keheningan, dan membiarkan jiwa kita bercakap mesra dengan Allah.

Tapi i'tikaf bukan satu-satunya pintu. Masih banyak pintu lain yang dibuka Allah bagi hamba-Nya yang rindu ampunan: qiyamul lail yang dilakukan dengan hati yang basah oleh harap; tilawah Al-Qur'an yang membasuh jiwa dari debu dosa; doa yang lirih di ujung malam; sedekah yang tulus, yang tak mengharap pujian. Semua itu bisa menjadi tangga untuk kita naik ke tempat yang lebih tinggi di hadapan Allah.

Dan jangan lupa, jamaah yang dirahmati, di antara malam-malam itu ada satu malam yang mulia - malam yang bahkan langit pun menunduk hormat: Lailatul Qadr. Malam yang lebih baik dari seribu bulan.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ قَامَ لَيْلَةَ القَدْرِ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

"Barang siapa yang menghidupkan malam Lailatul Qadr dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala dari Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari no. 1901 dan Muslim no. 760)

Lihatlah, betapa luas kasih sayang Allah. Hanya dengan satu malam yang dihidupkan dengan iman dan harap, lautan dosa bisa dikeringkan oleh ampunan-Nya. Malam yang bisa menjadi titik balik hidup kita, malam yang menandai perjalanan baru menuju kebaikan yang lebih tulus dan bersih.

Maka jamaah sekalian, jangan biarkan kesempatan ini berlalu tanpa makna. Jangan biarkan penyesalan menjadi tamu terakhir setelah Ramadhan pergi meninggalkan kita. Mari kita bersungguh-sungguh. Kita ikat hati, kita perbarui niat, kita jalani sisa Ramadhan dengan amal-amal shaleh yang tak kita buat untuk pamer, tapi hanya untuk Allah semata.

Semoga Allah memudahkan langkah-langkah kita untuk mengikuti jejak indah Rasulullah. Semoga Allah memeluk kita dengan ampunan dan merangkul kita dengan rahmat-Nya yang tak berbatas. Dan semoga kita termasuk hamba-hamba yang keluar dari Ramadhan dalam keadaan bersih, kembali fitrah, dan diridhai oleh-Nya.

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

Khutbah II

الْحَمْدُ لِلّٰهِ وَ الْحَمْدُ لِلّٰهِ ثُمَّ الْحَمْدُ لِلّٰهِ. أَشْهَدُ أنْ لآ إلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَا نَبِيّ بعدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.

فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يٰأَ يُّها الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ.

اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ عٍبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَ

Oleh: Kifayatul Ahyar, Pengurus Lakpesdam MWC NU Ajibarang

Sumber: Laman NU Banyumas

7. Apakah Ini Ramadhan Terakhir Kita

Khutbah I

اَلْحَمْدُ للهِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ رَسُوْلِ اللهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ في مُحْكَمِ كِتَابِهِ: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّققُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللّٰهَ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ بِمَا تَعْمَلُوْنَ (الحشر: ١٨)

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,

Mengawali khutbah yang singkat ini, khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa berusaha meningkatkan ketakwaan dan keimanan kita kepada Allah subhanahu wa ta'ala dengan menjalankan semua kewajiban dan menjauhkan diri dari segala yang dilarang dan diharamkan.

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,

Ramadhan adalah bulan yang spesial. Ketika tiba Ramadhan, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, setan-setan dibelenggu dan pahala dilipatgandakan. Ramadhan adalah bulan yang berlimpah keberkahan. Permulaannya penuh dengan rahmah (kasih sayang). Pertengahannya sarat dengan maghrifah (ampunan). Pungkasannya adalah kebebasan dari api neraka. Ramadhan adalah sebaik-baik bulan. Di dalamnya terdapat malam yang merupakan sebaik-baik malam, malam yang lebih utama daripada seribu bulan.

Ramadhan adalah madrasah yang menempa seorang muslim menjadi insan yang dapat merasakan lapar dan dahaganya orang-orang fakir dan miskin. Ramadhan mengajarkan sabar dan syukur. Karena orang yang berpuasa dituntut untuk sabar dalam meninggalkan seluruh perkara yang dapat membatalkan puasa. Ia juga semestinya bersyukur karena masih diberi kesempatan untuk bertemu kembali dengan Ramadhan dan melakukan ibadah-ibadah di dalamnya.

Hadirin yang dirahmati Allah,

Berbahagialah seseorang yang mendapati Ramadhan, lalu dosa-dosanya diampuni oleh Allah karena berbagai kebaikan dan ketaatan yang ia lakukan selama Ramadhan. Sebaliknya sungguh merugi orang yang diberi kesempatan oleh Allah untuk memperbanyak ibadah di bulan Ramadhan, namun kesempatan itu ia sia-siakan. Kesempatan emas itu tidak ia manfaatkan.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

بُعْدًا لِمَنْ أَدْرَكَ رَمَضَانَ لَمْ يُغْفَرْ لَهُ فِيهِ (رواه الطبراني وغيره)

Artinya: "Sungguh merugi orang yang mendapati Ramadhan, tapi tidak diampuni dosanya." (HR. Ath-Thabarani dan lainnya)

Oleh karena itu, marilah kita manfaatkan waktu selama Ramadhan sebaik-baiknya. Kita isi dengan berbagai ibadah dan kebaikan. Bisa jadi ini Ramadhan terakhir bagi kita. Mungkin kita akan berpisah selamanya dengan Ramadhan. Sehat dan muda tidaklah dapat menunda kematian. Sakit dan tua juga tidak dapat mempercepat kematian. Kita tidak mengetahui kapan ajal mendatangi kita.

Marilah kita prioritaskan segala hal yang bermanfaat untuk kehidupan akhirat kita. Apa saja yang bermanfaat untuk kebahagiaan akhirat? Jawabannya adalah takwa dan amal shalih. Seseorang tidak akan mencapai derajat takwa dan tidak akan bisa melakukan amal shalih sebagaimana mestinya tanpa bekal ilmu. Jadi kuncinya adalah ilmu dan amal. Kita bekali diri kita dengan ilmu agama lalu kita amalkan ilmu yang kita pelajari. Takwa dan amal shalih adalah buah dari ilmu dan amal.

Hadirin yang dirahmati Allah,

Sebanyak apa pun urusan dunia kita, janganlah hal itu melalaikan kita dari urusan akhirat. Sesibuk apa pun kita, janganlah hal itu menghalangi kita dari mengumpulkan bekal untuk kebahagiaan abadi di akhirat. Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan engkau hidup selamanya. Dan beramallah untuk akhiratmu seakan-akan engkau mati esok hari. Artinya, urusan yang bersifat duniawi bisa ditunda, seakan-akan kita hidup selamanya. Akan tetapi jika berkaitan dengan urusan akhrat, maka kita lakukan saat ini juga dan jangan ditunda, seakan-akan kita mati esok hari.

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,

Mudah-mudahan semua amal kebaikan kita selama Ramadhan diterima oleh Allah, seluruh dosa kita diampuni oleh-Nya dan kita dipertemukan dengan Ramadhan pada tahun berikutnya. Demikian khutbah yang singkat ini. Mudah-mudahan bermanfaat dan membawa barakah bagi kita semua. Amin Ya Rabbal 'Alamin.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا، أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّههَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْممِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِننَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

Sumber: Laman NU Lampung

8. Meraih Kemenangan Hakiki di Penghujung Ramadhan

Khutbah I

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن

أما بعد : عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا

Ma'asyiral Muslimin Jama'ah Jum'at Rahimakumullah

Segala pujian dan sanjungan hanya untuk Allah Subhanahu wa Ta'ala, pemberi pertolongan dan ampunan kepada hamba-Nya yang mau beribadah kepada-Nya.

Kami memohon perlindungan-Nya dari kejahatan jiwa dan keburukan amal. Dia-lah pemberi petunjuk dan yang mampu menyesatkan siapa saja yang dikehendaki-Nya, tanpa seorang pun kuasa menolaknya.

Kami bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah Subhanahu wa Ta'ala. Yang Maha Esa dan Maha Kuasa, tiada sekutu apapun bagi-Nya. Dan kami bersaksi jua bahwasanya Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassalam adalah hamba dan utusan-Nya.

Selanjutnya khotib berwasiat kepada diri kami sendiri dan kepada jama'ah shalat Jumat seluruhnya agar senantiasa berusaha semaksimal mungkin untuk meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Berusaha bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala di saat senang dan di saat susah, di kala lapang dan sempit, di waktu sehat dan sakit, di tengah-tengah banyak orang atau pun di saat sendirian dan semasa masih muda dan setelah kita tua.

Sesungguhnya, bekal terbaik untuk pulang ke akhirat sebagai tempat tinggal abadi adalah ketakwaan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan sebenar-benar takwa.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala membimbing, memudahkan dan memampukan kita semuanya agar bisa menjadi orang yang bertakwa kepada-Nya dengan sebenar-benarnya, bukan hanya sekedar di bibir semata.

Ma'asyiral Muslimin Jama'ah Jum'at Rahimakumullah

Alhamdulillah, hari-hari ini kita telah memasuki penghujung bulan Ramadhan 1445 Hijriyah. Bulan istimewa yang di dalamnya penuh barokah dan ampunan ini akan segera meninggalkan kita.

Oleh karenanya, di penghujung Ramadhan ini, marilah kita merenungkan sejenak, sudahkah syarat-syarat untuk meraih kemenangan di bulan yang mulia ini sudah kita pegang dan miliki? Ataukah kita tidak mampu memaksimalkan potensi Ramadhan yang begitu besar itu?

Kemenangan di bulan Ramadhan bukan hanya diukur secara kuantitatif belaka, seperti seberapa banyak harta yang kita sedekahkan, berapa banyak tarawih yang kita laksanakan, atau berapa banyak juz Al-Qur'an yang telah kita khatamkan.

Kemenangan hakiki dalam konteks ini adalah ketika kita di penghujung Ramadhan ini, berhasil meningkatkan kualitas diri menjadi pribadi yang lebih bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Ma'asyiral Muslimin Jama'ah Jum'at Rahimakumullah

Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam dan para sahabatnya menjadi suri teladan terbaik bagi kita dalam meraih kemenangan di bulan Ramadhan.

Di penghujung Ramadhan seperti ini, mereka justru semakin meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah mereka. Diriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu 'anha, bahwa Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam di sepuluh hari terakhir Ramadhan melaksanakan i'tikaf di masjid, lebih rajin shalat malam (qiyamul lail), lebih giat beribadah, lebih banyak tilawah Al-Quran serta lebih dermawan. Beliau bahkan mengikat pinggangnya sebagai tanda keseriusan dalam beribadah.

Para sahabat pun tak mau ketinggalan. Umar bin Khattab Radhiyallahu anhu berkata, "Telah datang kepada kami bulan yang penuh berkah, kemudian ia pergi meninggalkan kami. Maka, bersedihlah orang yang tidak mendapatkan kebaikan darinya."

Sementara itu, Sahabat Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu anhu berkata, "Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam lebih giat beribadah di sepuluh hari terakhir Ramadhan daripada di hari-hari lainnya." Demikian juga yang dilakukan oleh sahabat-sahabat lainnya serta generasi shalafush shaleh.

Mereka menghabiskan malam Ramadhan dalam ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, memohon ampunan dan keberkahan.

Bahkan ada perasaan takut ditinggalkan Ramadhan, sebagaimana disampaikan oleh Ibn Rajab Al-Hanbali, "Mereka menangis ketika Ramadhan berakhir karena mereka menyadari akan keagungan dan keistimewaan bulan tersebut, serta merasa sedih meninggalkannya karena mereka takut bahwa amal ibadah mereka selama bulan itu tidak sempurna dan tidak diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala".

Namun, pada saat yang bersamaan, mereka juga memiliki harap-harap cemas. Mereka bertanya pada diri sendiri, apakah ibadah mereka selama Ramadhan sudah mencukupi? Apakah amal ibadah mereka telah diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala? Dan yang paling penting, apakah mereka masih akan diberikan kesempatan untuk bertemu dengan Ramadhan berikutnya?

Sufyan Ats-Tsauri, seorang ulama terkemuka, menangis ketika Ramadhan akan berakhir. Beliau berkata, "Ya Allah, Engkau telah mempertemukan kami dengan Ramadhan, dan kami telah beramal di dalamnya dengan kemampuan kami. Ampunilah dosa-dosa kami dan terimalah amal kami."

Ma'asyiral Muslimin Jama'ah Jum'at Rahimakumullah

Di penghujung Ramadhan ini, mari kita merenungkan tentang bagaimana kita telah menjalani bulan yang penuh berkah ini. Mari kita melakukan introspeksi diri, mengevaluasi amal ibadah kita, dan memperbaiki diri sebelum bulan Ramadhan berlalu.

Kita tidak tahu apakah kita akan bertemu kembali dengan Ramadhan di tahun berikutnya, oleh karena itu, manfaatkanlah setiap kesempatan yang Allah Subhanahu wa Ta'ala berikan kepada kita dengan sebaik-baiknya.

Oleh karena itu, marilah kita jadikan Ramadhan ini sebagai momentum untuk meraih kemenangan hakiki. Kemenangan atas hawa nafsu, dan kemenangan untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Kita tingkatkan kualitas dan kuantitas Ramadhan seperti:

Pertama, Memperbanyak shalat malam dan tadarus Al-Qur'an

Shalat malam (qiyamul lail) merupakan amalan yang sangat istimewa di bulan Ramadhan. Di malam-malam terakhir Ramadhan, terdapat Lailatul Qadar, malam yang lebih baik dari seribu bulan.

Tadarus Al-Qur'an juga merupakan amalan yang sangat dianjurkan di bulan Ramadhan. Dengan membaca Al-Qur'an, kita dapat membaca terjemah dan tafsirnya, memahami isi kandungannya dan kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Kedua, Keluarkan zakat maal, zakat fitrah dan sedekah

Zakat maal adalah kewajiban yang harus dikeluarkan dari hart akita yang telah memenuhi nishab dan haul. Sementara zakat fitrah adalah kewajiban bagi setiap umat Islam yang mampu.

Zakat fitrah dapat membantu membersihkan diri dari dosa dan membantu fakir miskin. Sedangkan, sedekah juga merupakan amalan yang sangat dianjurkan di bulan Ramadhan.

Dengan bersedekah, kita dapat membantu orang lain yang membutuhkan dan meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Salurkanlah kepada Lembaga Amil Zakat yang resmi dan terpercaya.

Ketiga, Beriktikaf di masjid

Itikaf adalah berdiam diri di masjid dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Itikaf dapat dilakukan di sepuluh hari terakhir Ramadhan. Dengan beriktikaf, menciptakan suasana yang kondusif untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah karena berada di masjid.

Keempat, Memperbanyak doa dan memohon ampunan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala

Doa adalah senjata orang mukmin. Di bulan Ramadhan, Allah Subhanahu wa Ta'ala membuka pintu ampunan-Nya selebar-lebarnya. Oleh karena itu, marilah kita memperbanyak doa dan memohon ampunan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala menerima segala amal ibadah kita, mengampuni segala dosa kita, dan memberikan kita kekuatan untuk tetap istiqamah dalam kebaikan setelah Ramadhan berakhir. Aamiin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah II

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا، تَبَارَكَ الَّذِيْ جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوْجًا وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيْرًا. أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وُرَسُولُهُ الَّذِيْ بَعَثَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيَا إِلَى الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا
اللهم صل و سلم على هذا النبي الكريم و على آله و أصحابه و من تبعهم بإحسان إلى يوم الدين. أما بعد

Ma'asyiral Muslimin Jama'ah Jum'at Rahimakumullah

Marilah kita optimalkan dan maksimalkan sisa sisa Ramadhan kali ini dengan ibadah ibadah yang telah disyariatkan dan dituntunkan oleh Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam, agar ibadah kita tidak sia-sia, sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam:

رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الْجُوعُ وَالْعَطَشُ وَرُبَّ قَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ قِيَامِهِ السَّهَرُ

"Betapa banyak orang yang berpuasa hanya mendapatkan rasa lapar dan dahaga saja. Betapa banyak pula yang melakukan shalat malam, hanya begadang di malam hari" (HR. Ahmad 2: 373)

Sekali lagi, marilah kita jadikan Ramadhan ini sebagai momentum untuk meraih kemenangan hakiki. Kemenangan yang tidak hanya diraih di bulan Ramadhan, tetapi juga kemenangan yang berkelanjutan dalam kehidupan sehari-hari.

Saudara-saudaraku yang insyaa Allah dicintai Allah Subhanahu wa Ta'ala, marilah di penghujung Ramadhan ini kita doakan juga untuk kebaikan bagi bangsa dan negara kita agar lebih adil, makmur, aman dan sejahtera. Serta kita tingkatkan doa-doa kita untuk saudara-saudara kita di Palestina, agar mendapatkan kemerdekaan dan kemenangan yang hakiki.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan kepada kita kekuatan dan keistiqamahan untuk meraih kemenangan di bulan Ramadhan ini. Aamiin ya rabbal 'alamin.

Do'a Penutup

إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
الَّلهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَعَلَى خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَمَنْ سَارَ عَلَى نَهْجِهِمْ وَطَرِيْقَتِهِمْ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَآءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مَجِيْبُ الدَّعَوَاتِ
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحِّدِ اللَّهُمَّ صُفُوْفَهُمْ، وَأَجْمِعْ كَلِمَتَهُمْ عَلَى الحَقِّ، وَاكْسِرْ شَوْكَةَ الظَّالِمِينَ، وَاكْتُبِ السَّلاَمَ وَالأَمْنَ لِعِبادِكَ أَجْمَعِينَ
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِيْنَ الْمُخْلِصِيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِيْنَ ودَمِّرْ أَعْدَآئَنَا وَأَعْدَآءَ الدِّيْنِ وأَعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ
رَبَّنَا لا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا، وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ الوَهَّابُ
رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ ....... عِبَادَ اللهِ

إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُو

Sumber: Laman Pesantren Hidayatullah

9. Koreksi Diri dan Meneladani Kebiasaan Rasulullah

Khutbah I

اَلْحَمْدُ لله، اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَنْزَلَ الْفُرْقَانَ لِلْعَالَمِيْنَ بَشِيْرًا وَنَذَيِرًا

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمَبْعُوْثُ الَّذِيْ أَنْزَلَ عَلَيْنَا بِأَنْوَاعِ النِّعَمِ مِدْرَارًا
اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُطَهِّرُوْنَ اللهَ تَطْهِيْرًا. فَيَا اَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ، أُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ

قَالَ اللهُ فِىْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ. بسم الله الرحمن الرحيم، إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ، وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ، لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ ، تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ ، سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ

Jamaah yang Dirahmati Allah

Beruntung hari ini kita masih diberikan kesempatan untuk hadir di masjid yang mulia ini untuk melaksanakan salah satu kewajiban yakni shalat Jumat berjamaah. Apalagi saat ini juga sedang berada di ujung Ramadhan, maka sudah sepatutnya hal kesempatan yang ada untuk dioptimalkan meningkatkan takwallah. Yakni dengan menjalankan perintah dan menjauhi yang dilarang.

Jamaah yang Mulia

Umat Islam saat ini sudah memasuki bagian akhir dari bulan Ramadhan. Karenanya, salah satu yang harus dilakukan adalah mengoreksi diri sendiri sebagai bahan evaluasi. Mulai awal Ramadhan kemarin sampai hari ini, apakah kualitas dan kuantitas ibadah sudah sesuai yang diharapkan?

Apabila sudah, mari jaga sekuat tenaga hingga akhir Ramadhan. Jika belum sesuai dengan ekspektasi, mari tingkatkan dengan sebaik-baiknya. Karena اِنَّمَا الْاَعْمَالُ بِالْخَوَاتِمِ bahwa setiap amal tergantung dengan endingnya. Hal tersebut seperti orang yang sedang membangun rumah dan sudah membangun rumah 70 persen. Bagaimana yang 30 persen sisanya, ini sangat menentukan.

Kalau finishing-nya bagus, akan jadi rumah yang indah, tapi jika endingnya dikerjakan secara asal-asalan, tentu rumah yang dibangun dengan permulaan susah payah, hanya akan mendapatkan nilai buruk hanya masalah 30 persen yang akhir adalah buruk.

Jamaah yang Dirahmati Allah

Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan pada akhir bulan Ramadhan. Di antaranya bahwa Allah menciptakan umat Muhammad penuh dengan keistimewaan. Sebagian keistimewaannya adalah Allah menciptakan sebagai umat yang lahir di muka bumi ini pada bagian paling akhir.

Kenapa? Karena apabila ada umat Muhammad yang menjadi seorang pendosa, seumpama mati, di kuburan disiksa tidak terlalu lama karena kiamat akan datang. Ia akan dientaskan dari siksaan kubur. Jika ia dalam keadaan membawa iman, berpeluang besar mendapatkan syafaat Rasulullah SAW.

Rasulullah bersabda:

شَفَاعَتِيْ لِاَهْلِ الْكَبَائِرِ مِنْ اُمَّتِىْ

Artinya: Syafaatku untuk para pendosa besar dari umatku. (HR Abu Dawud dan At- Tirmidzi)

Ada keutamaan lain, umat Muhammad tidak diciptakan oleh Allah dengan umur yang panjang, 500 tahun, 700 tahun dan lain sebagainya. Umur umat Muhammad rata-rata antara 60 sampai 70 tahun. Hal ini sebutkan dalam hadits Nabi:

أَعْمَارُ أُمَّتِي مَا بَيْنَ السِّتِّينَ إِلَى السَّبْعِينَ، وَأَقَلُّهُمْ مَنْ يَجُوزُ ذَلِكَ

Artinya: Umur umatku antara 60 hingga 70 tahun. Sedikit di antara mereka yang melewati usia tersebut. (HR At-Tirmidzi)

Jamaah Rahimakumullah

Umur yang pendek ini di antara hikmahnya adalah supaya umat Muhammad tidak capek-capek beribadah yang panjang. Umat Muhammad diberi oleh Allah umur pendek, namun dalam pendeknya umur, Allah memberikan peluang lailatul qadar sehingga apabila bisa digunakan dengan baik, hal tersebut lebih baik dari seribu bulan atau 83 tahun lebih.

Maka, seumpama ada umat Muhammad mulai baligh sekitar umur 13 tahun, setiap tahun bisa menggunakan laitalul qadar dengan sebaik mungkin sedangkan umurnya sampai 63 tahun, ia berarti telah menjalankan ibadah lebih baik dari 4.500 tahun dari yang tidak ada lailatul qadarnya. Betapa Allah sungguh memuliakan umat Muhammad dibandingkan umat lain.

Lailatul qadar tidak bisa dipastikan jatuhnya kapan. Bisa pada awal Ramadhan, tengah ataupun di bagian akhir Ramadhan. Hal ini tidak dijelaskan secara pasti supaya mau menjaring terus menerus. Dengan begitu, selama Ramadhan berusaha memenuhinya dengan aneka ibadah. Hanya saja, secara umum memang lailatul qadar banyak jatuh pada kisaran 10 hari terakhir bulan Ramadhan.

Rasulullah begitu tampak sikapnya bagaimana memenuhi sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Di antaranya telah memberikan contoh melalui hadits yang diriwayatkan istrinya Aisyah radliyallahu anha:

كانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ العَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ، وَأَحْيَا لَيْلَهُ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ

Artinya: Nabi SAW ketika memasuki sepuluh hari terakhir mengencangkan sarungnya, menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya. (HR Bukhari Muslim)

Pengertian "mengencangkan sarungnya", sebagaimana disebutkan Imam Ibnu Hajar al-Asqalani dalam tafsirnya Fathul Bari, adalah Rasulullah memisahkan diri dari istrinya, tidak menggauli istri selama 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Rasulullah lebih fokus ibadah kepada Allah Subhanahu Wa Taala.

Hadits tersebut terkandung maksud bahwa cara Rasulullah menghidupkan lailatul qadar adalah dengan tidak menjadikan sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan tersebut sebagai momen bermalas-malasan dan sarat tidur. Orang tidur sama dengan mati, maka lawan katanya adalah menghidupkan. Rasulullah menghidupkan malam dengan terjaga, beribadah, tidak mengisinya dengan tidur.

Jamaah yang Dirahmati Allah

Selain itu, Nabi juga memperhatikan masalah ibadah keluarganya dengan tidak ibadah sendirian sedangkan keluarga yang lain santai-santai. Rasulullah membangunkan keluarganya untuk beribadah malam, bersujud kepada Allah.

Amalan lain yang selalu dilakukan oleh Rasulullah pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan adalah i'tikaf. Kisah ini diceritakan oleh Sayyidatina Aisyah radliyallahu anha, istri beliau:

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، كَانَ يَعْتَكِفُ العَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ، ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ

Artinya: Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW i'tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan sampai beliau dipanggil oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala kemudian istri-istri beliau i'tikaf setelah beliau kembali ke rahmatullah. (HR Bukhari)

Hadits di atas menunjukkan bahwa i'tikaf merupakan ibadah penting sehingga Rasulullah melaksanakan tidak hanya beberapa hari saja di sepuluh akhir bulan Ramadhan. Tidak juga hanya melaksanakan pada salah satu Ramadhan, namun setiap sepuluh akhir Ramadhan sampai wafat.

Dalam kitab Al-Majmu' syarah Al-Muhadzab disebutkan sebagai berikut:

قَالَ الشَّافِعِيُّ وَالْأَصْحَابُ وَمَنْ أَرَادَ الِاقْتِدَاءَ بِالنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي اعتكاف الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

Artinya: Imam As-Syafii dan murid-muridnya berkata: Barang siapa yang ingin mengikuti Nabi SAW dalam menjalankan i'tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.

فَيَنْبَغِي أَنْ يَدْخُلَ الْمَسْجِدَ قَبْلَ غُرُوبِ الشَّمْسِ لَيْلَةَ الْحَادِي وَالْعِشْرِينَ منه

Artinya: Maka hendaknya ia masuk masjid pada tanggal 20 Ramadhan sore hari sebelum memasuki malamnya tanggal 21.

Hal ini penting dilakukan supaya apa?

لِكَيْلاَ يَفُوْتُهُ شَيْئٌ مِنْهُ

Artinya: Supaya tidak terlewatkan sedikitpun waktu untuk i'tikaf.

Kemudian kapan selesai i'tikafnya? Kalau ingin secara total mengikuti Rasul seratus persen dalam hal ini, Imam Nawawi melanjutkan:

وَيَخْرُجُ بَعْدَ غُرُوبِ الشَّمْسِ لَيْلَةَ الْعِيدِ

Artinya: Keluarnya setelah melewati maghrib malam hari raya Idul Fitri

سَوَاءٌ تَمَّ الشَّهْرُ أَوْ نَقَصَ

Artinya: Baik hitungan bulannya penuh 30 hari atau pun hanya 29

وَالْأَفْضَلُ أَنْ يَمْكُثَ لَيْلَةَ الْعِيدِ فِي الْمَسْجِدِ حَتَّى يُصَلِّيَ فِيهِ صَلَاةَ الْعِيدِ أَوْ يَخْرُجَ مِنْهُ إلَى الْمُصَلَّى لِصَلَاةِ العيد اِنْ صَلَّوْهَا فِي الْمُصَلَّى

Artinya: Namun yang paling utama adalah tetap berdiam di masjid sampai melaksanakan shalat id sekalian.

Sebagaimana kita ketahui bahwa i'tikaf hukumnya adalah sunah, namun pada sepuluh hari terakhir pada bulan Ramadhan hukumnya lebih sunah atau sunah muakkadah, sunah yang sangat kuat. (An-Nawawi, Al-Majmu' Syarah Al-Muhadzab, juz 6, halaman 375)

Hadirin Hafidzakumullah

Pada bulan Ramadhan juga disebutkan sebagai bulan Al-Quran.

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ

Artinya: Bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan menjadi penjelas dari petunjuk dan dari petunjuk-petunjuk itu dan menjadi pembeda (dari perkara yang haq dan batil). (QS Al-Baqarah: 185)

Pada bulan Ramadhan Rasulullah juga memperlakukan dengan istimewa. Tidak sebagaimana bulan-bulan yang lain, pada bulan ini beliau bertadarus dengan malaikat Jibril. Rasulullah SAW membaca satu ayat, malaikat Jibril membaca satu ayat secara bergantian sampai khatam dalam sebulan. Kemudian kita melestarikan tradisi bertadarus bersama dengan keluarga dan saudara kita berawal dari kisah ini.

Imam Syafii apabila di luar Ramadhan selalu mengkhatamkan Al-Qur'an sehari sekali dalam shalatnya. Namun apabila pada bulan Ramadhan, dalam sehari semalam beliau mengkhatamkan Al-Qur'an dalam shalat sebanyak dua kali. Oleh karena itu, mari pada bulan Al-Qur'an ini, kita perbanyak bacaan Al-Qur'an kita. Bagi yang belum bisa, jadilah Ramadhan ini sebagai tonggak awal kita dalam mempelajari Al-Qur'an sesuai tajwid kepada guru yang mumpuni dan di kemudian hari bisa sebagai bahan dasar untuk membaca Al-Qur'an.

Pada akhirnya, dalam khutbah ini, saya mengajak kepada para hadirin, untuk bersungguh-sungguh memenuhi puasa Ramadhan dan beribadah malamnya dengan sebaik mungkin. Semoga kita dan keluarga kita senantiasa mendapatkan pertolongan dari Allah SWT untuk menjalankan ketaatan-ketaatan yang pada akhirnya kelak kita meninggalkan dunia ini dalam keadaan husnul khatimah, amin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَجَعَلَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاِت وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. إِنَّهُ هُوَ البَرُّ التَّوَّابُ الرَّؤُوْفُ الرَّحِيْمُ. أعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطانِ الرَّجِيْم، بسم الله الرحمن الرحيم، وَالْعَصْرِ (١) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (٢) إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (٣)

ـ وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرّاحِمِيْنَ ـ

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ

وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِي إلىَ رِضْوَانِهِ

اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ الْمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، اللهُمَّ أَعِزِّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَائَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَأَعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنِ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خَآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْن

عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَالْمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

Sumber: Ustadz Ahmad Mundzir, Pengajar di Pesantren Raudhatul Quran an-Nasimiyyah, Semarang

10. Zakat Fitrah, Ibadah Sosial Menuju Takwa dan Kesejahteraan

Khutbah l

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

أَلْحَمْدُ لِلّهِ اَلَّذِى فَرَضَ زَكَاةَ الْفِطْرِطُهْرَةً لِلصَّائِمِيْنَ وَطُعْمَةً لِلمَسَاكِيْن.

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللّهِ وَحْدَه لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ الْمُبِيْنُ.

وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُه وَرَسُوْلُه صَادِقُ الْوَعْدِ الْأَمِيْن.

أَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ سَيِّدِ الْأَوَّلِيْنَ وَالْأخِريْنَ. وَعَلى ألِه وَأَصْحَابِه وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إلى يَوْمِ الدِّيْنِ.

أَمَّا بَعْدُ فَيَا عِبَادَ اللّهِ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللّهِ الْمَلِكِ الْقُدُّوْسِ إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَإِيَّاهُ نَسْتَعِيْنُ.

فقال الله عز وجل فِى كِتَابِهِ الْمُبِيْنِ: إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَأَقَامُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتَوُا۟ ٱلزَّكَوٰةَ لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

Kaum Muslimin, Jamaah Jumat rahimakumullah...

Di hari yang istimewa ini, marilah kita senantiasa meningkatkan takwa kepada Allah Swt. dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Kita juga diperintahkan untuk mensyukuri segala nikmat yang telah diberikan kepada kita, sehingga insyaallah akan menjadi wasilah agar bertambahnya keberkahan hidup yang dapat kita rasakan.

Agama Islam adalah agama yang rahmatan lil 'alamin (pembawa rahmat dan kasih sayang bagi seluruh alam). Setiap ibadah dalam ajaran Islam memiliki dua dimensi penting, yaitu dimensi uluhiyyah atau hubungan dengan Allah, dan dimensi insaniyyah atau hubungan sosial antarsesama manusia. Hubungan ini mencakup aspek vertikal (hablum minallah) dan horizontal (hablum minannas).

Kaum Muslimin, Jamaah Jumat rahimakumullah...

Di bulan Ramadan, terdapat ibadah yang berkaitan erat dengan puasa, yaitu zakat fitrah, yang merupakan kewajiban bagi setiap Muslim serta menjadi sarana untuk memperkuat hablum minallah dan hablum minannas.

Kita diwajibkan untuk mengeluarkan sebagian dari harta kita dengan menunaikan zakat fitrah sebagai bentuk ketaatan kepada perintah Allah Swt. Zakat ini juga berfungsi sebagai penghantar bagi puasa yang kita lakukan selama bulan Ramadhan.

Syekh Zakaria al-Anshari menyampaikan sabda Rasulullah saw. tentang ditangguhkannya puasa Ramadan sampai mengeluarkan zakat fitrah. Dalam kitabnya disebutkan:

شَهْرُ رَمَضَانَ مُعَلَّقٌ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ وَلاَ يُرْفَعُ إلَى اللهِ إلاَّ بِزَكَاةِ الفِطْرِ

"(puasa pada) bulan Ramadhan digantungkan antara langit dan bumi, tidak diangkat pada Alloh kecuali dengan zakat fitrah."

Kaum Muslimin, Jamaah Jumat rahimakumullah...

Maksud hadis tersebut adalah bahwa pahala puasa seseorang tidak akan diterima secara sempurna sebelum ia menunaikan zakat fitrah. Sebagian ulama memberikan penjelasan bahwa pahala puasanya tetap diterima, namun tidak akan mencapai kesempurnaan. Dengan kata lain, meskipun seseorang mendapatkan pahala atas puasanya, pahalanya tidak akan maksimal jika zakat fitrah belum ditunaikan.

Dalam perspektif lain, zakat fitrah mencerminkan semangat sosial dalam Islam, di mana orang yang mampu diharapkan untuk memperhatikan orang miskin, sehingga ketimpangan sosial dapat diminimalisasi.

Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur'an surat At-Taubah:

خُذْ مِنْ اَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيْهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْۗ اِنَّ صَلٰوتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْۗ وَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ

"Ambillah zakat dari harta mereka (guna) menyucikan) dan membersihkan mereka, dan doakanlah mereka karena sesungguhnya doamu adalah ketenteraman bagi mereka. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS At-Taubah, ayat-103)

Zakat adalah bentuk pertolongan bagi fakir miskin dan mereka yang membutuhkan. Zakat membantu mereka meraih kehidupan yang lebih layak dan mendorong masyarakat untuk terbebas dari kemiskinan. Golongan yang mampu bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan orang-orang yang lemah. Allah Swt. menjanjikan kemudahan di dunia dan akhirat bagi mereka yang membantu sesama.

Rasulullah SAW menegaskan:

مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنيَا نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ اْلقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعَسِّرٍ يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِيْ الدُّنْيَا وَالآَخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمَاً سَتَرَهُ اللهُ فِيْ الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، وَاللهُ فِيْ عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيْهِ

"Barangsiapa yang menghilangkan satu kesulitan seorang mukmin yang lain dari kesulitannya di dunia, niscaya Allah akan menghilangkan darinya satu kesulitan pada hari kiamat. Barangsiapa yang meringankan orang yang kesusahan (dalam hutangnya), niscaya Allah akan meringankan baginya (urusannya) di dunia dan akhirat. Barangsiapa yang menutupi aib seorang muslim, niscaya Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Dan Allah akan senantiasa menolong hamba-Nya, selama hamba tersebut mau menolong saudaranya". (HR. Muslim)

Kaum Muslimin Jama'ah Jum'ah Rahimakumullah...

Menurut pandangan sejumlah Ulama, jika shalat adalah tiang agama, maka ibadah sosial (zakat) merupakan mercusuar agama. Atau dengan kata lain shalat merupakan ibadah jasmaniah yang paling mulia. Sedangkan ibadah sosial dipandang sebagai ibadah hubungan kemasyarakatan yang paling mulia.

بَارَكَ اللَّهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيمِ , وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِتِلَاوَتِهِ إِنَّهُ هُوَ الذِّكْرُ الْحَكِيمُ , فَاسْتَغْفِرُوهُ , إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah II

الحَمْدُ لِلَّهِ وَكَفَى، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفى، وَعَلى آلِه وَأَصْحَابِه أَهْلِ الْوَفَا.

أَشْهَدُ أَنْ لَّا إلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَه لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ

فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا،

اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اَللّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبى ويَنْهى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Oleh: Ustadz M. Shodiq Ma'mun, S.Sos / Ketua RMI MWC NU Ajibarang

Sumber: Laman NU Banyumas

Itulah beberapa contoh teks khutbah Jumat terakhir di bulan Ramadhan. Semoga membantu ya, detikers!




(alk/alk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads