Kemunculan Pulau Arnavat di Perairan Kabupaten Demak banyak membuat penasaran. Penemuan pulau dari tanah timbul itu adalah ketidaksengajaan ketika ada kegiatan di sekitar kawasan itu. Berikut cerita penemuan Pulau Arnavat.
Kasat Polairud Polres Demak, AKP Sulkan menerangkan, penemuan itu berawal dari penanaman mangrove saat peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Ditpolairud Polda Jateng. Dari situlah kemudian muncul ide untuk merawat bersama sebagai destinasi wisata pantai baru.
"Itu berawal gini, kan 1 Desember (2023) itu ulang tahun Ditpolair, dalam rangka hari ulang tahun itu sebelumnya tanggal 25 kita kan dari Ditpolair nyari lokasi mau melakukan penanaman mangrove," kata Sulkan melalui telepon, Selasa (9/1/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Akhirnya ada dua lokasi untuk penanaman itu, satu sisi di Tambakbulusan-Karangtengah, satunya lagi di Surodadi sayung itu. Terus saya menemani pak Kompol May, saya persilakan milih mau di mana. Akhirnya kita ke Surodadi (Pantai Arnavat)," sambungnya.
![]() |
Ia menjelaskan bahwa kades setempat juga terbuka untuk penanaman mangrove tersebut. Kemudian dilakukan cek lokasi dan menyarankan untuk dikelola sebagai wisata pantai.
"Di situ ketemu pak lurah. Pak lurah menyarankan 'kita punya tanah timbul kalau memang mau ditanami mangrove bagus, nanti warga juga ikut ngerawat tanaman itu'," ujarnya.
"Dari Ditpolair itu yang dipimpin pak Kasubdit AKBP Daryanto itu, terus cek lokasi. 'Wah ini bagus ini kalau dibuat wisata air'. Terus dinamakan wisata air arnavat aja gitu. Akhirnya muncul gagasan Pak Lurah ke kabupaten untuk mengurus SK wisata itu," sambungnya.
Fenomena Tanah Timbul
Ia menuturkan selama empat tahun menjabat di Polairud terdapat tiga tempat yang terjadi tanah timbul. Yakni Tambakbulusan-Karangtengah, Morodemak-Bonang, dan Surodadi-Sayung.
"Tanah timbul di Surodadi ada, terus di mangrove Morodemak itu juga ada, terus di Tambakbulusan itu juga tanah timbul juga. Itu kan maju, yang di area mangrove Tambakbulusan yang Istambul itu. Maju ke pantai tengah sana lokasinya," terangnya.
"Itu saya kan empat tahun di Polair, dulu pertama kali saya di Polair itu untuk Tambakbulusan itu masih dalam yang lokasi wisata itu tapi sekarang sudah jadi tanah, pasir, timbul. Berarti selama waktu empat tahun, entah nanti musim barat (pasang laut) nanti biasanya Januari mungkin mundur juga," imbuhnya.
Ia menyebut bahwa fenomena tanah timbul tersebut merupakan musiman. Artinya musim pasang laut berpengaruh pada berkurang dan bertambahnya gundukan pasir yang membentuk pantai atau pulau.
"Iya tanah timbul itu musiman, jadi Sayung, Karangtengah, terus Morodemak Bandengan. Itu (bandengan) kan ada wisata mangrove juga tapi sekarang sudah rusak. Jadi pantainya maju kira kira tanah timbul itu pasir. Kemarin Januari saya lihat sudah tidak ada pengunjungnya, hanya pantai Istambul," tuturnya.
![]() |
Laporan Nelayan
Kades Surodadi, Supriyanto mengatakan bahwa penemuan pulau tersebut berawal dari aduan nelayan yang melaut. Terdapat banyak pasir di area yang sebelumnya perairan laut Sayung itu.
"Setahun yang lalu itu saya tidak melihat sama sekali adanya pasir pantai itu, nah kita benar-benar tahu ada pasir segitu banyaknya, itu saya melihatnya tiga bulan yang lalu. Nelayan pada cerita, pak lurah pasirnya naik jadi tirang," terang Supriyanto atau Mbah Suro itu.
Ia menyebut bahwa area pantai itu terdapat pepohonan mangrove yang tak hilang diterjang gelombang air pasang. Mengingat pepohonan sekelilingnya yang hancur dan mati olehnya.
"Di situ ada pulau yang notabennya yang pohon-pohon lain hilang, ada segerombol pohon yang tidak hilang sampai sekarang itu ada 'penunggunya' di situ," terangnya.
(apl/ahr)