Megahnya Sekolah Suster Fransiskus Gedangan Semarang, Berumur Hampir 3 Abad!

Megahnya Sekolah Suster Fransiskus Gedangan Semarang, Berumur Hampir 3 Abad!

Angling Adhitya Purbaya - detikJateng
Minggu, 24 Des 2023 10:03 WIB
Suasana Susteran Fransiskus Gedangan Semarang pada Minggu (24/12/2023).
Foto: Suasana Susteran Fransiskus Gedangan Semarang pada Minggu (24/12/2023). (Angling Adhitya Purbaya/detikJateng)
Semarang -

Sebuah gedung megah bergaya Eropa kuno dengan dinding bata warna merah berdiri di Jalan Ronggowarsito Semarang, masih masuk kawasan Kota Lama. Namun belum banyak yang tahu jika bangunan itu adalah cikal bakal sekolah Susteran di Jawa Tengah, bahkan masih aktif hingga sekarang.

Sekolah Susteran St. Fransiskus itu berdiri berkat Pastor Jozef Lijnen di Gereja St. Jusuf Gedangan yang saat ini lokasinya ada di depan Susteran St. Fransiskus. Kompleks bangunan itu dulunya merupakan rumah sakit di tahun 1732.

"Monsinyur Lijnen punya panti asuhan untuk anak-anak miskin, karena kurang tenaga akhirnya Romo kembali ke Belanda," kata Ketua STPKat St. Fransiskus Assisi, FR. Wuriningsih alias Sr.M. Bertha OSF di gedung tersebut, Sabtu (23/12/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di biara induk Ordo Santo Fransiskus (OSF) di Heythuysen, Belanda, pada 5 Februari 1870 sejumlah suster mendaftar untuk misi ke Indonesia. Kemudian terpilih 10 suster dan ditambah 1 suster lagi karena salah satu dari 10 suster sakit namun tetap ingin berangkat. Dengan berbagai cobaan yang dilalui saat pelayaran, akhirnya mereka tiba di Indonesia.

"Para suster itu datang menggunakan kapal Jacoba Cornelia. Dulu pelabuhannya masih dekat sekali di sini," jelasnya.

ADVERTISEMENT

Nama-nama para suster itu terukir di salah satu prasasti di lorong sekolah susteran Fransiskus tersebut. Mereka adalah Sr. Alphonsa Houben OSF sebagai pemimpin misi. Kemudian ada suster Marina Daideren, Aurela van de Pas, Lucie Porten, Yosepha Wisink, Plechelma Scholten, Odilia Ten Pol, Antonine Reuner, Nicoline Yacobe, Suzanna Broam, dan Cunigonde Iding.

Kegiatan susteran dengan melayani masyarakat berlangsung hingga saat ini. Layanannnya sudah diperluas ke layanan kesehatan dengan mendirikan Rumah Bersalin Panti Siwi. Kompleks Susteran Fransiskus terdiri dari bangunan-bangunan kapel, sekolah termasuk TK dan SD, asrama suster, kapel, bangsal perawatan lansia, dan beberapa unit bangunan bekas rumah bersalin Panti Siwi.

Para suster yang sekolah di sini datang dari berbagai wilayah di Indonesia yang totalnya ada 23 orang. Kegiatan para suster yaitu untuk mendalami agama Katolik dan melayani masyarakat. Mulai pukul 04.30 WIB mereka melakukan doa pagi, mengupas isi kitab dilanjutkan dengan sarapan. Setelahnya berkegiatan termasuk bekerja hingga pukul 15.00 WIB. Di sela itu yaitu pukul 12.00 WIB juga ada kegiatan doa.

"Jam 18.30 doa lagi, baik latihan menyanyi maupun pendalaman rohani. Jam 18.45 makan malam, kemudian doa malam. Kami ada rekreasi, ya rekreasinya seperti lihat TV atau kalau ada yg ulang tahun menyanyi, menari. Jam 21.00 jam hening, istrahat," ujar perempuan asal Klaten itu.

Suasana Susteran Fransiskus Gedangan Semarang pada Minggu (24/12/2023).Suasana Susteran Fransiskus Gedangan Semarang pada Minggu (24/12/2023). Foto: Angling Adhitya Purbaya/detikJateng

Kemegahan Bangunan Susteran Fransiskus

Bangunan Susteran OSF Gedangan tersebut masih asli mulai dari pintu gerbang besar yang memang selalu sengaja ditutup. Lantai-lantai juga masih dipertahankan seperti aslinya.

Lonceng yang dulunya digunakan untuk membangunkan para suster juga masih sangat terjaga. Di depan lonceng itu juga ada kapel yang ketika masuk ke sana akan dibuat takjub. Semua isinya masih sangat terawat, padahal usianya hampir mendekati 300 tahun, tepatnya 291 tahun.

"Ketika banjir besar kemarin itu, semua kursi ini mengambang. Ini masih asli, lantainya juga, tapi memang ketika hujan kerap air merembes keluar dari lantai," jelas Suster Bertha.

Asrama yang digunakan menginap pun terlihat megah dari luar karena masih asli dengan gaya arsitektur kunonya. Di salah satu lorong juga terlihat ada replika kapal Jacoba Cornelia yang dugunakan para suster dari Belanda ke Indonesia.

Dalam salah satu prasasti yang tertempel dijelaskan bangunan di sana dibuat mulai tahun 1732 dengan fungsi awal sebagai rumah sakit. Prasasti itu berbahasa Belanda dan disampingnya diberi terjemahan bahasa Indonesia.

"Batu Pertama Rumah Sakit ini diletakkan oleh Frederik Julius Coyett, anggota Dewan Hindia dan Komandan Pantai Timur Laut Jawa, pada 28 Juli 1732," begitu bunyi prasasti tersebut.

Caleg Dipersilakan Berdoa, Dilarang Pasang Spanduk

Susteran Fransiskus itu sudah bersiap menyambut Natal. Pernak-pernik Natal sudah dipasang di bagian depan dan juga di kapel. Kelap-kelip lampu warna-warni melengkapi kemeriahan Natal.

Suster Bertha mengatakan masyarakat umum boleh datang untuk pendalaman rohani. Bahkan jika masa pemilihan legislatif biasanya ada Caleg yang meminta didoakan atau berdoa bersama. Ia mempersilakan siapa pun untuk berdoa, tapi untuk caleg dilarang pasang spanduk atau baliho di sekitar kompleks Susteran Fransiskus.

"Kalau mereka (caleg) datang, kita doa. Di Kapel kita doakan bareng, saya terima. Tapi jangan pasang (spanduk) di sini, doa saja," tegasnya.

Kemegahan kompleks Susteran Fransiskus atau dikenal Susteran Gedangan juga pernah tampil di layar lebar tepatnya di film Ave Maryam tahun 2019 lalu. Maudy Koesnaedi dan Chicco Jerikho melakukan pengambilan gambar di sana untuk menceritakan kehidupan biarawati.




(apu/sip)


Hide Ads