Gereja St Yusup Gedangan Semarang menggelar misa requiem atau misa arwah untuk Sri Paus Fransiskus. Proses misa berlangsung khidmat di gereja bersejarah di Kota Semarang itu.
Para jemaat berdoa dengan khusyuk di gereja yang berada di Jalan Ronggowarsito, Kota Semarang, tersebut. Foto Paus Fransiskus diletakkan di depan altar dengan dihias bunga.
Misa dipimpin oleh empat Romo yaitu Rm Benedictus Cahyo Christianto SJ, Rm Vincentius Suryatma Suryawiyata, SJ, Rm Martinus Hadisiswoyo, SJ, dan Rm Rafael Mathandho Hinganaday, SJ.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami semua umat Katolik khususnya di Paroki Gedangan bersama-sama mendoakan Bapa Suci. Untuk pujian-pujian nyanyi seperti misa requiem pada umumnya, mendoakan dan juga untuk istilahnya mengenang dari yang didoakan," kata Koordinator Bidang Perawatan Gereja St Yusup Gedangan, Rudy Agus Dayana kepada wartawan di lokasi, Selasa (22/4/2025).
Sementara itu Romo Benedictus Cahyo Christianto SJ mengenang Paus Fransiskus sebagai sosok yang tidak pernah berhenti belajar dan membuat gereja selalu berkembang mengikuti perkembangan zaman.
"Paus itu tidak berhenti belajar dalam arti belajar mendengarkan. Gereja Katolik itu ajarannya ribuan tahun, dokmatis, ortodoksi kuat, tapi Paus Fransiskus itu juga doktor teologi, di masa kepausannya itu menunjukkan sebagai gembala yang mendengarkan kebutuhan. Supaya gereja betul-betul tidak mandek, tidak stag dan mengikuti perkembangan zaman maka dia belajar banyak, mendengarkan," ujarnya.
Secara pribadi, Romo Cahyo terkesan dengan banyaknya dokumen yang diterbitkan Paus Fransiskus semasa hidupnya hingga membuatnya kewalahan untuk mempelajari. Namun hal itulah yang menjadikan Paus Fransiskus sosok cerdas dan mudah didekati serta tidak berjarak dengan umat.
"Selama masa kepausannya ini banyak dokumen diterbitkan dan kami para Romo kuwalahan untuk baca dokumen itu. Itu yang bagi saya berkesan. Ya secara umum (sifat Paus) kerendahan hati, keramahtamahan, mudah didekati, tidak berjarak, itu menjadi keutamaan lain," katanya.
(rih/ahr)