Warga Mojosongo Sambat Air PDAM Keruh-Bau

Warga Mojosongo Sambat Air PDAM Keruh-Bau

Arina Zulfa Ul Haq - detikJateng
Jumat, 24 Nov 2023 20:03 WIB
Sejumlah warga di Mojosongo Solo mengeluh. Pasalnya, air yang keluar dari pipa PDAM Toya Wening Solo tidak layak dikonsumsi.
Foto: Sejumlah warga di Mojosongo Solo mengeluh. Pasalnya, air yang keluar dari pipa PDAM Toya Wening Solo tidak layak dikonsumsi. (Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng)
Solo -

Sejumlah pelanggan Perumda Air Minum Toya Wening (PDAM)Solo ramai mengeluhkan kualitas air yang keruh dan bau. Air tampak hitam dan tak bisa dikonsumsi.

Aduan itu disampaikan warga melalui Unit Layanan Aduan Surakarta (ULAS). Salah satunya di Mojosongo. Fadillah, salah satu warga mengeluhkan air kotor yang terjadi selama satu minggu di Perumahan Nasional Mojosongo, Kecamatan Jebres, Kota Solo.

"Disaring tetap sama saja. Saya punya bayi Pak yang sangat mengganggu, bagaimana mandinya. Tolong segera diatasi," tulisnya dalam aduan tersebut, Rabu (24/11/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Masalah air kotor yang dialami warga Mojosongo tersebut dibenarkan Ketua RW 20 Mojosongo, Sutarjo (67). Ia mengatakan, kualitas air di Mojosongo ini tidak layak konsumsi, sehingga warga terpaksa membeli air bersih untuk dikonsumsi.

"Tidak selalu, tapi pasti ada waktu-waktu itu setiap harinya. Pagi, sore, malam, itu pasti ada dimana air benar-benar kotor. Kalau habis mati, pas nyala airnya seperti kopi itu. Memang di Perumnas ini airnya tidak bisa dikonsumsi," tutur Sutarjo kepada detikJateng, Jumat (24/11/2023).

ADVERTISEMENT

Sutarjo menerangkan, masalah krisis air bersih di Mojosongo ini sudah ada sejak berpuluh-puluh tahun yang lalu. Para warga di Perumnas Mojosongo itu hanya menggunakan air untuk mencuci pakaian ataupun mandi.

"Kalau konsumsi sama sekali nggak berani. Karena kotornya itu kotor nggak layak. Sejak dulu sudah mengeluh air begini, air kotor, nggak layak konsumsi, ngalirnya nggak tentu. Kadang-kadang malah 1 hari nggak ngalir," ungkapnya.

Rumah milik Sutarjo sendiri memiliki kran yang mengalirkan air PDAM di halaman rumahnya. Ia dan keluarganya selalu menggunakan air di halaman rumahnya itu untuk mencuci pakaian, mereka akan mencuci di halaman.

Sementara untuk mandi, seringkali mereka harus menadah air dari kran di halaman itu untuk kemudian dibawa ke kamar mandi yang ada di dalam rumahnya.

Lantai Seperti Berminyak

Kini, masyarakat Mojosongo khususnya di Perumnas pun terpaksa harus membeli air bersih untuk dikonsumsi setiap harinya. Mereka membeli air seharga Rp 3.000 untuk 1 jeriken berisi 20 liter air.

"Masyarakat ini sudah semua beli, terlanjur beli, jadi sudah langganan setiap hari. Airnya dari luar sini, ada yang dari Cokro, ada yang dari Karang Pandan, dari gunung-gunung itu," tutur Sutarjo.

Sebelumnya, sebagian masyarakat Mojosongo pun ada yang telah membuat sumur sebagai solusi untuk mendapatkan air bersih.

Sayangnya, tidak semua rumah di Mojosongo bisa membuat sumur, sehingga Sutarjo sangat berharap adanya solusi dari Pemerintah Kota Solo dalam menangani krisis air bersih.

Krisis air bersih ini juga dirasakan Eko, warga Mojosongo. Ia mengatakan, air PDAM di rumahnya selalu kotor setiap pagi.

"Kayak Nglengo (ada minyaknya), lantainya kalau habis digosok, 2 hari sudah kotor lagi," ungkapnya.

Menurutnya, hampir seluruh warga di Mojosongo mengeluhkan masalah krisis air bersih yang sudah dirasakan bertahun-tahun itu. Bahkan tak hanya kotor, air pun kadang tidak mengalir.

"Kemarin pas mati itu mengeluh katanya baru perbaikan, perbaikan mili (ngalir) paling sehari, besok nggak lagi. Kalau mili juga kotor," tuturnya.

Hal senada dikatakan seorang warga RW 20 Mojosongo yang tak ingin disebutkan identitasnya. Sejak 1984, air di Mojosongo sudah tidak layak minum.

"Dari '84 airnya nggak bisa dikonsumsi, kuning, nggak layak minum," ungkapnya.

Ia mengatakan, hampir seluruh masyarakat di Mojosongo sudah bertahun-tahun mengonsumsi air yang dijual para penjual air bersih keliling. "Mending banyak pengeluaran demi kesehatan," tuturnya.

Penjelasan PDAM Toya Wening Solo

Terpisah, Humas Perumda Air Minum Toya Wening, Bayu Teguh mengatakan bahwa air kotor di beberapa wilayah dikarenakan pipa PDAM yang putus di Kecamatan Jebres, dan pompa yang rusak di sumur Jalan Dempo, Mojosongo.

"Begitu kita ganti pompanya, nyala lagi, tekanan tambah keras itu pasti endapan yang didalam pipa pasti masuk ke pelanggan. Itu akibatnya jadi begitu," ungkap Bayu.

Ia juga menjelaskan, bahwa air dalam pipa sumur wilayah Mojosongo mengandung besi (fe) dan mangan (mn) yang tinggi, sehingga menyebabkan pipa mudah teroksidasi.

"Air di dalam pipa itu teroksidasi, neyeng itu. Kalau sering begitu, begitu operasional kembali nanti masuk ke pelanggan jadi cokelat," tuturnya.

Menanggapi krisis air bersih tersebut, telah direncakan pula program Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional Wosusokas. Menurut Bayu, program tersebut menjadi solusi jangka panjang dalam menangani krisis air bersih di sejumlah daerah.

"Kita menyadari bahwa kondisi itu memang harus segera diperbaiki. Oleh karena itu tahun 2024, nanti melalui Spam Regional Wasosukas, untuk tahap pertama 200 liter per detik, nanti melayani wilayah di utara," tuturnya.

"Khususnya lima kelurahan, Kelurahan Kadipiro, Kelurahan Banjarsari, Keluragan Joglo, Kelurahan Mojosonog, dan Kelurahan Nusukan," sambungnya.

Ia pun menghimbau agar masyarakat bisa bersabar, sampai solusi permanen hingga krisis air bersih bisa teratasi dengan adanya SPAM Regional Wosusokas, yang berasal dari air permukaan Waduk Gajah Mungkur (WGM) Wonogiri ini.




(apu/ahr)


Hide Ads