Kasus dugaan jual beli trotoar Pasar Wiradesa Pekalongan untuk para pedagang hingga kini belum terungkap. Trotoar itu dikabarkan dikaveling oleh seseorang dan dijual hingga Rp 1 juta per kaveling.
Polres Pekalongan berjanji akan menindaklanjuti kabar yang sudah viral di media sosial itu. Mereka akan segera melakukan pengecekan di lapangan.
"Nanti kita cek ke lokasi," kata Kapolres Pekalongan, AKBP Wahyu Rohadi saat dihubungi, Kamis (16/11/2023).
Senada, pihak DPRD Kabupaten Pekalongan juga berjanji akan melakukan pengecekan di lapangan untuk menindaklanjuti beredarnya kabar tersebut.
"Ya, nanti bentuknya entah itu sidak, akan kami jadwalkan ke Pasar Wiradesa," kata Ketua Komisi II DPRD Kabupaten Pekalongan, Kholis Jazuli saat ditemui.
Dia menyebut sidak itu akan dilakukan sebagai fungsi dari lembaga legislatif dalam menjalankan pengawasan.
"Ya kami sebagai pengawas, ya tentunya akan melakukan sesuai dengan aturan yang ada," ungkapnya.
Lebih lanjut dia menyayangkan jika kabar yang viral di media sosial itu memang benar-benar terjadi. Dia berharap hal itu hanya isu.
"Mudah-mudahan isu yang berkembang ini tidak menjadi kenyataan. Intinya, ya jangan sampailah orang-orang itu yang mempetak-petakan trotoar itu kami harapkan tidak ada," kata Kholis Jazuli.
Sebelumnya diberitakan, sebuah trotoar yang berada di pasar yang baru beroperasi yakni di Pasar Wiradesa, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, nampak di cat semprot. Aksi cat semprot ini diduga terkait praktik jual beli kaveling trotoar yang dilakukan oleh oknum yang belum diketahui.
Dijelaskan, kavelingan di trotoar yang seharusnya digunakan untuk pejalan kaki, dijual belikan oleh oknum ke para pedagang dengan harga Rp 1 juta.
Praktik tersebut membikin heboh setelah video penampakan cat semprot di trotoar itu diunggah di medsos oleh akun Instagram @pekalonganinfo.
"Sejumlah pedagang di Pasar baru Wiradesa mengeluhkan adanya oknum / preman yang menjual belikan lahan dagangan di sepanjang jalan trotoar. Sepetak lahan itu dipatok dengan harga satu juta rupiah. Nampak beberapa lahan sudah diberi nama dengan cat putih yang menandakan bahwa lahan sudah dibeli. Sepetak lahan itu juga nampak kecil namun demikian banyak pedagang yang membeli lahan di sana karena dinilai lebih ramai dibanding lapak di dalam. Hal ini sekaligus menjadi salah satu penyebab sepinya kondisi pasar bagian dalam karena pembeli lebih memilih belanja di sekitar trotoar," tulis akun tersebut.
Simak Video "Video Pramono soal Trotoar Belakang GI Dipangkas: Kami akan Tertibkan"
(ahr/aku)