Asal Usul Kawanan Monyet yang Bikin Kewalahan Warga Lereng Merapi Boyolali

Asal Usul Kawanan Monyet yang Bikin Kewalahan Warga Lereng Merapi Boyolali

Jarmaji - detikJateng
Jumat, 13 Okt 2023 16:39 WIB
Evakuasi monyet di Boyolali, Kamis (12/10/2023).
Evakuasi monyet ekor panjang di Boyolali, Kamis (12/10/2023).
Boyolali -

Konflik satwa liar yakni monyet ekor panjang dengan warga Boyolali terjadi di sejumlah wilayah di lereng Gunung Merapi. Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Boyolali berpendapat konflik ini disebabkan oleh ledakan populasi monyet ekor panjang di kawasan tersebut.

"Ini seharusnya pengurangan populasi di sini, karena kalau nggak dikurangi nggak mungkin," kata Sekretaris DLH Boyolali, Suraji, Jumat (13/10/2023).

Suraji mengatakan populasi monyet di wilayah Boyolali ini dinilai sudah sangat meresahkan masyarakat. Populasinya sudah sangat banyak dan tersebar di suluruh wilayah kecamatan di lereng Gunung Merapi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dikemukakan Suraji, keluhan serangan monyet ekor panjang tak hanya di Desa Sangup, Kecamatan Tamansari, saja. Tetapi semua kecamatan di lereng Gunung Merapi, juga mengeluhkan hal yang sama.

Serangan monyet merusak tanaman pertanian penduduk. Bahkan, akhir-akhir ini di sejumlah wilayah, monyet juga masuk ke perkampungan penduduk.

ADVERTISEMENT

Dikemukakan Suraji, keberadaan monyet ekor panjang ini sudah terjadi sejak belasan tahun lalu. Monyet itu turun dan dirasakan semakin banyak jumlahnya saat erupsi Merapi 2010 lalu.

"Infonya dari masyarakat, monyet itu turun tahun 2010 saat (Merapi) erupsi. Tahun 2011 baru terasa katanya," jelasnya.

Monyet-monyet itu pun tidak kembali naik melainkan beranak pinak hingga jumlahnya semakin banyak.

Monyet itu pun berada di jurang-jurang dan mencari makan menyerang ke ladang-ladang pertanian warga. Bahkan kini, juga mulai masuk ke perkampungan warga.

"Jadi sekarang itu karakter mereka, hidupnya mereka, budayanya mereka berdasarkan informasi teman-teman yang paham tentang perilaku monyet, mereka sudah bukan monyet gunung, tapi monyet ladang, bahkan sekarang monyet rumahan. Mengapa mereka tidak balik lagi (ke gunung), lha ini menjadi teka-tekinya," jelasnya.

"Secara ekologi memang harus menyediakan tanaman pangan bagi monyet di daerah atas. Harus ada. Ini diskusinya panjang. Harus menanam tanaman pangan di atas, agar monyet yang di atas tetap di atas, yang di bawah dievakuasi dikurangi sedikit-sedikit," sambung dia.

Suraji juga menilai status monyet ekor panjang saat ini juga kurang pas. Di sini populasinya berlimpah sampai konflik dengan warga, namun secara internasional itu rentan.

"Kalau bahasanya sudah kuning, mendekati merah atau dilindungi. Tapi belum dilindungi sih sebenarnya," tambah dia.

Upaya penangkapan menggunakan perangkap yang dilakukan oleh warga Desa Sangup, Kecamatan Tamansari ini, lanjut Suraji, merupakan upaya terbaik saat ini dilakukan. Masyarakat menangkap, kemudian diserahkan kepada DLH dan dilanjutkan ke BKSDA sebagai pihak yang berwenang menangani satwa liar.

"Jadi evakuasi monyet ekor panjang di sini konteksnya rescue sebenarnya, penyelamatan," ucap dia.




(aku/ams)


Hide Ads