Seorang santri di Kabupaten Pekalongan menjadi korban penganiayaan seniornya di salah satu pondok pesantren (ponpes). Tak hanya dianiaya, korban juga digunduli hingga sering dimintai uang untuk membeli rokok.
Kasus ini sudah dilaporkan ke Polres Pekalongan sejak 13 April 2023 lalu, namun hingga kini proses hukum dirasakan berjalan di tempat. Upaya menanyakan progres hukum juga telah dilakukan, tapi hasilnya kurang memuaskan.
Ibu korban, Natalia (45), berharap keadilan untuk anak ketiganya RN (14) yang menjadi korban pengeroyokan sembilan senior di ponpes W. RN akhirnya meninggalkan ponpes itu dengan kondisi memar di sekujur tubuhnya.
"Pengeroyokannya di ponpes, terjadi pada bulan April yang lalu. Kami sudah laporan ke polisi, tapi sampai sekarang belum ada perkembangan terkait kasus tersebut," kata Natalia saat ditemui di rumahnya, Desa Podosari Kecamatan Kesesi, Pekalongan. Senin Sore (2/10/2023).
Dia menyebut anaknya sampai trauma ketika mendengar nama pondok. Peristiwa pengeroyokan itu pun disebut terjadi di dalam ponpes.
"Pengeroyokannya di ponpes, terjadi pada bulan April yang lalu. Kami sudah laporan ke polisi, tapi sampai sekarang belum ada perkembangan terkait kasus tersebut," kata Natalia.
Dia mengungkap pengeroyokan terakhir dilakukan pada bulan puasa lalu. Kala itu anaknya yang pulang untuk mudik Lebaran, justru mendapati barang-barangnya hilang saat kembali ke ponpes.
"Pas balik ke pondok, usai liburan, baju anak yang ditinggal di sana sudah pada hilang. Kemudian, anak saya nyari dan tanya sama temannya tidak ada yang ngaku. Lalu, anak saya terpaksa nyari di lemari orang, terus cari dan ketemu dua baju milik anaknya dan sisanya tidak ketemu. Uangnya juga hilang Rp 50 ribu," katanya.
Namun, korban justru dipanggil para seniornya dan dituduh mencuri baju dan uang. RN pun mengalami kekerasan.
"Anak dibawa ke dapur, ditanya-tanya, kemudian dipukul, ditendang. Rambut juga digunduli," ungkapnya.
Tak hanya itu, saat subuh, RN dipanggil ke dalam kamar untuk dikeroyok lagi. RN pun mengalami luka memar di tubuhnya.
"Di situ anak saya ditonjok, ditendang, hingga beberapa menit. Ketika lampu dinyalakan, anaknya sudah babak belur," tutur Natalia tak kuasa menceritakan nasib anaknya mendapat perlakuan seperti itu.
Selanjuntnya di halaman berikut.
(ams/apl)