Pilu Santri di Pekalongan Dikeroyok-Digunduli Senior Ponpes

Pilu Santri di Pekalongan Dikeroyok-Digunduli Senior Ponpes

Robby Bernardi - detikJateng
Selasa, 03 Okt 2023 13:38 WIB
Ilustrasi Penganiayaan
Ilustrasi penganiayaan (Foto: istimewa)
Pekalongan -

Seorang santri di Kabupaten Pekalongan menjadi korban penganiayaan seniornya di salah satu pondok pesantren (ponpes). Tak hanya dianiaya, korban juga digunduli hingga sering dimintai uang untuk membeli rokok.

Kasus ini sudah dilaporkan ke Polres Pekalongan sejak 13 April 2023 lalu, namun hingga kini proses hukum dirasakan berjalan di tempat. Upaya menanyakan progres hukum juga telah dilakukan, tapi hasilnya kurang memuaskan.

Ibu korban, Natalia (45), berharap keadilan untuk anak ketiganya RN (14) yang menjadi korban pengeroyokan sembilan senior di ponpes W. RN akhirnya meninggalkan ponpes itu dengan kondisi memar di sekujur tubuhnya.

"Pengeroyokannya di ponpes, terjadi pada bulan April yang lalu. Kami sudah laporan ke polisi, tapi sampai sekarang belum ada perkembangan terkait kasus tersebut," kata Natalia saat ditemui di rumahnya, Desa Podosari Kecamatan Kesesi, Pekalongan. Senin Sore (2/10/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia menyebut anaknya sampai trauma ketika mendengar nama pondok. Peristiwa pengeroyokan itu pun disebut terjadi di dalam ponpes.

"Pengeroyokannya di ponpes, terjadi pada bulan April yang lalu. Kami sudah laporan ke polisi, tapi sampai sekarang belum ada perkembangan terkait kasus tersebut," kata Natalia.

ADVERTISEMENT

Dia mengungkap pengeroyokan terakhir dilakukan pada bulan puasa lalu. Kala itu anaknya yang pulang untuk mudik Lebaran, justru mendapati barang-barangnya hilang saat kembali ke ponpes.

"Pas balik ke pondok, usai liburan, baju anak yang ditinggal di sana sudah pada hilang. Kemudian, anak saya nyari dan tanya sama temannya tidak ada yang ngaku. Lalu, anak saya terpaksa nyari di lemari orang, terus cari dan ketemu dua baju milik anaknya dan sisanya tidak ketemu. Uangnya juga hilang Rp 50 ribu," katanya.

Namun, korban justru dipanggil para seniornya dan dituduh mencuri baju dan uang. RN pun mengalami kekerasan.

"Anak dibawa ke dapur, ditanya-tanya, kemudian dipukul, ditendang. Rambut juga digunduli," ungkapnya.

Tak hanya itu, saat subuh, RN dipanggil ke dalam kamar untuk dikeroyok lagi. RN pun mengalami luka memar di tubuhnya.

"Di situ anak saya ditonjok, ditendang, hingga beberapa menit. Ketika lampu dinyalakan, anaknya sudah babak belur," tutur Natalia tak kuasa menceritakan nasib anaknya mendapat perlakuan seperti itu.

Selanjuntnya di halaman berikut.

Mendapat perlakuan itu, korban kemudian kabur dari pondok. Dengan kondisi yang terluka, remaja itu naik angkot dan ojek untuk pulang ke rumah.

"Pukul 11.00 WIB anak saya kabur dari pondok pulang ke rumah. Dengan keadaan dan kondisi muka masih luka, dan kepala gundul, naik angkot dari Wonopringgo ke arah Kajen. Dari Kajen naik ojek sampai rumah," ucapnya.

Kondisi korban yang memprihatinkan itu membuat keluarga kaget dan curiga. Korban kemudian dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan visum.

"Sampai di rumah, langsung dibawa ke RSUD Kajen untuk dilakukan visum. Setelah visum, keesokan harinya saya membuat laporan ke Polsek (Wonopringgo) terkait pengeroyokan yang dilakukan oleh sembilan anak lainnya," terang Natalia.

Namun, laporan pada April 2023 tersebut, tidak ada perkembangan sampai beberapa bulan kemudian. Belakangan diketahui kasus itu telah dilimpahkan ke Polres Pekalongan, yakni pada bulan Juli.

"Sampai Oktober belum ada perkembangan. Saya juga aktif menghubungi Pak Polisi. Tapi, belum ada perkembangan kasus ini sampai Oktober ini," ucapnya.

Keluarga Pelaku Sempat ke Rumah

Dia menerangkan keluarga pelaku sempat datang ke rumah dan mengakui perbuatan pengeroyokan tersebut. Namun, kala itu Natalia maupun RN tidak berada di rumah sehingga keluarga pelaku hanya ditemui nenek korban.

Setelahnya, keluarga pelaku tidak lagi berkunjung ke rumah korban. Natalia mengaku sempat diundang polisi untuk mediasi pada Senin (2/10) kemarin.

"Tapi, saya kemarin (Minggu), saya menolak untuk datang ke polres mediasi. lantaran saya masih diharuskan bolak-balik untuk kemoterapi. Hari ini saja (Senin), saya harus kemoterapi kembali," jelasnya.

Anak Trauma

Natalia mengungkap kondisi anaknya kini mengalami trauma. Anaknya kini mudah cemas, dan emosional.

"Memang saya pernah ada rencana untuk pindah pondok dekat rumah, tapi anaknya tidak mau karena trauma (mondok), hingga sekarang. Kondisi anaknya sekarang menjadi emosional," jelasnya.

Dia berharap proses hukum kasus dugaan penganiayaan anaknya tersebut segera cepat selesai.

detikJateng sudah berupaya menghubungi ponpes tempat korban mondok, namun pihak ponpes enggan memberikan keterangan. Ponpes menyerahkan kasus ini ke proses hukum.

Terpisah, Kasat Reskrim Polres Pekalongan AKP Isnovim mengaku kasus ini telah ditangani unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA).

"Masih berlanjut, masih kita tangani laporan tersebut," ujar Isnovim.

Pihaknya juga sudah melakukan upaya diversi dan mempertemukan para pihak pada Senin (2/10) lalu, namun gagal. Polisi mengaku sudah meminta keterangan terduga pelaku.

Masih diproses di UPPA, yang bersangkutan (terduga pelaku), sudah kita mintai keterangannya," ujar Isnovim.

Halaman 2 dari 2
(ams/apl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads