Maulid Nabi Muhammad SAW merupakan peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Begini sejarah tentang Maulid Nabi Muhammad SAW.
Maulid Nabi Muhammad SAW diperingati setiap tanggal 12 Rabiul Awal dalam kalender Hijriah. Tanggal ini adalah tanggal Nabi Muhammad SAW dilahirkan.
Pada tahun 2023 ini, peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW jatuh pada tanggal 28 September 2023. Hal ini juga sesuai dengan Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Agama, Menteri Ketenagakerjaan, dan Menteri Pendayagunaan dan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB) nomor 1066/2022, 3/2022, dan 3/2022 tentang Hari Libur dan Cuti Bersama Nasional tahun 2023.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut sejarah Maulid Nabi Muhammad SAW dikutip detikJateng dari buku Dakwah Kreatif: Muharram, Maulid Nabi, Rajab, dan Sya'ban (2016) karya Udji Asiyah.
Sejarah Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW
Menurut para sejarawan, pada awal abad ke-7 Hijriyah, Raja Ibril yang berkuasa di wilayah yang sekarang menjadi Irak, Muzhaffaruddin Al Kaukabri, mengadakan perayaan Maulid Nabi yang pertama. Dalam kitab Tarikh, Ibn Katsir mencatat, "Sultan Muzhaffar mengadakan peringatan maulid nabi pada bulan Rabiul Awal. Ia merayakannya secara besar-besaran. Dia adalah seorang yang berani, pahlawan, alim, dan seorang yang adil. Semoga Allah merahmatinya".
Segenap ulama pada saat itu sepakat dan setuju dengan tindakan Sultan Al Muzhaffar dalam menyelenggarakan perayaan Maulid Nabi yang pertama tersebut.
Pendapat lain mengatakan bahwa Sultan Shalahuddin Al Ayyubi adalah tokoh pertama yang mengadakan perayaan Maulid Nabi dengan niatan untuk menghidupkan kembali semangat umat Islam yang telah redup dalam semangat jihad, terutama saat menghadapi Perang Salib di Eropa yang melibatkan Perancis, Jerman, dan Inggris.
Pada tahun 1099 M, dalam Perang Salib tersebut, pasukan Salib berhasil merebut Yerusalem dan mengubah Masjidil Aqsa menjadi gereja. Pada periode tersebut, umat Islam merasa kehilangan semangat perjuangan dan persatuan mereka.
Menurut Shalahuddin Al Ayyubi, untuk membangkitkan semangat perjuangan umat Islam, sangat penting untuk meningkatkan rasa cinta dan pengabdian kepada Nabi mereka. Dia mengajak seluruh umat Islam di seluruh dunia untuk secara besar-besaran merayakan setiap tahun pada tanggal 12 Rabiul Awal dalam kalender Hijriah, yang merupakan hari kelahiran Nabi Muhammad.
Ajakannya ini pun disetujui oleh Khalifah Baghdad, yakni An Nashir. Setelah itu, dia mengumumkan bahwa mulai tahun 580 Hijriah (1184 Masehi), tanggal 12 Rabiul Awal akan diperingati sebagai Hari Maulid Nabi dengan berbagai kegiatan yang akan memotivasi dan membangkitkan semangat umat Islam.
Maulid Nabi Muhammad SAW di Indonesia
Maulid Nabi SAW juga diperingati oleh sejumlah komunitas Muslim di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Dikutip dari laman Baznas, perayaan Maulid Nabi SAW dapat dilakukan dengan berbagai cara. Di masyarakat Jawa, perayaan Maulid Nabi SAW seringkali mencakup membaca manaqib (kisah-kisah kehidupan) Nabi SAW yang terdapat dalam beberapa kitab seperti Barzanji, Simtudduror, Diba', Syaroful Anam, Burdah, dan sejenisnya. Selanjutnya, tradisi ini biasanya diikuti dengan masyarakat yang bersama-sama menikmati hidangan yang disiapkan secara gotong royong oleh warga.
Di beberapa tempat, seperti di Keraton Jawa, peringatan Maulid Nabi seringkali dikenal sebagai Grebeg Maulud dan Sekaten. Peringatan ini merupakan peninggalan budaya dari Wali Songo ketika berdakwah di tanah Jawa.
Di Sulawesi Selatan, Maulid Nabi SAW dirayakan dengan sebutan Maudu Lompoa atau Maulid Akbar. Perayaan ini bahkan bisa lebih meriah daripada Hari Raya Idul Fitri di daerah tersebut. Dalam perayaan ini, penduduk desa melakukan prosesi mengarak replika perahu Pinisi yang telah dihiasi dengan beragam kain sarung. Kemudian, replika perahu ini dipamerkan di sepanjang tepi sungai. Setelah pameran, replika perahu tersebut diarak oleh warga sekeliling desa
Di Kecamatan Glagah, Kabupaten Lamongan, perayaan Maulid Nabi diadakan dengan membaca kitab Al-Barzanji. Anak-anak dan dewasa datang ke acara ini dengan membawa berbagai jenis buah-buahan. Yang menarik dalam perayaan ini adalah tradisi penyusunan banyak bunga yang kemudian ditempatkan di atas pohon pisang. Ketika acara hampir berakhir, bunga-bunga ini dibagikan kepada para hadirin.
Perayaan Maulid Nabi ini tidak hanya sebagai momen kebahagiaan dalam mengenang kelahiran Nabi Muhammad SAW, tetapi juga sebagai bentuk rasa syukur atas teladan, perjalanan hidup, dan petunjuk yang diberikan oleh Beliau.
Demikian informasi mengenai sejarah Maulid Nabi Muhammad SAW. Semoga bermanfaat, Lur!
Artikel ini ditulis oleh Muthia Alya Rahmawati peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(rih/sip)