Masjid Al Huda Jimus Klaten, Konon Dibangun Laskar Perang Diponegoro

Masjid Al Huda Jimus Klaten, Konon Dibangun Laskar Perang Diponegoro

Achmad Hussein Syauqi - detikJateng
Sabtu, 01 Apr 2023 12:00 WIB
Masjid Al Huda, Kahuman, Jimus, Polanharjo, Klaten. Foto diambil Jumat (31/3/2023).
Masjid Al Huda, Kahuman, Jimus, Polanharjo, Klaten. Foto diambil Jumat (31/3/2023). (Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng)
Klaten -

Masjid Al Huda di Dusun Kahuman, Desa Jimus, Kecamatan Polanharjo merupakan salah satu masjid kuno di Klaten. Masjid tersebut konon dibangun seorang laskar perang Pangeran Diponegoro.

"Masjid ini dibangun tahun 1835-1838 Masehi. Dibangun Eyang Jimus atau Tumenggung Pringgo Widagdo yang diperintahkan Raja Surakarta untuk diam-diam membantu Pangeran Diponegoro," tutur imam masjid, Rusdi (85) kepada detikJateng, Jumat (31/3/2023).

Diceritakan Rusdi, saat itu Pangeran Diponegoro sedang bersama pasukannya di Pajang untuk menyerang Kota Solo. Namun kompeni mengirimkan pasukan besar melalui Kecamatan Baki (Sukoharjo) dan Delanggu (Klaten).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Terjadi pertempuran besar di Delanggu (Klaten) sehingga pasukan Pangeran Diponegoro mundur dengan ditandu menyusuri Sungai Pusur (Polanharjo) ke barat Gunung Merapi. Kemudian Tumenggung Pringgo Widagdo menyusul ke barat," jelas Rusdi.

Mengetahui Tumenggung Pringgo Widagdo dan laskarnya menyusul ke barat, sambung Rusdi, pasukan kompeni mengejar. Pringgo Widagdo sempat bersembunyi di sebuah gua.

ADVERTISEMENT

"Dikejar kompeni Belanda dan bersembunyi di gua. Guanya di Dusun Pilangan, Desa Jimus dan sekarang gua itu masih ada," kata Rusdi.

Pringgo Widagdo, menurut Rusdi, tidak melanjutkan ke wilayah barat tetapi berjaga bersama laskar dengan menyamar menjadi ulama menyebarkan agama Islam di sekitar gua. Namanya berganti menjadi Mustofa.

"Namanya menjadi Mustofa sehingga setelah naik haji dipanggil Haji Mustofa atau panggilan singkatnya Jimus yang menjadi nama desa. Masjid Al Huda kemudian dibangun tahun 1835 (5 tahun setelah Diponegoro ditangkap)," papar Rusdi.

Pendirian masjid itu, ungkap Rusdi, dikuatkan dengan temuan koin mata uang di bawah tiang kayunya. Mata uang itu bertahun 1835 sengaja diletakkan sebagai prasasti.

"Bukti autentik berupa 4 umpak (batu penyangga tiang masjid) di bawahnya ada uang koin Ringgit tahun 1835. Uang itu saat masjid dibangun tahun 1990-1991 ditanam di pondasi masjid," imbuh Rusdi.

Rusdi menambahkan masjid dulunya hanya dibangun dengan batu bata. Ada 4 tiang utamanya di tengah masjid.

"Ada 4 tiang utama yang kayunya sekarang digunakan untuk kayu atap (dudur). Kyai Mustofa setelah meninggal dimakamkan di barat masjid," imbuh Rusdi.

Hasil penelusuran detikJateng dari beberapa sumber, sejarah pertempuran di Delanggu terjadi tanggal 28 Agustus 1826. Pangeran Diponegoro dengan 10.000 pasukan bergerak ke Solo.

Namun pada Oktober 1826, pasukan Belanda yang dipimpin Kolonel Le Bron menyerang Pangeran Diponegoro sehingga terjadi pertempuran besar di Gawok (Sukoharjo timur Delanggu). Pasukan Diponegoro pun mundur ke barat.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.

Versi lain diceritakan, Wiharto (73) mantan takmir masjid yang rumahnya persis di depan masjid. Menurut Wiharto, masjid itu dibangun 3 orang.

"Masjid dibangun Mbah buyut saya Kiai Iman Johar, Kiai Muhammad Kasan, dan Kiai Abdul Salam tahun 1825-1830. Karena ada koin bertahun itu di bawah tiang masjid lama," ungkap Wiharto kepada detikJateng di rumahnya.

Menurut Wiharto cerita keluarganya, tiga pendiri itu keturunan Kiai Jimus. Kiai Jimus nama aslinya Tumenggung Pringgo Wicitro seorang abdi dalem Sultan Pajang.

"Yang menurunkan orang Jimus itu Kiai Jimus, namanya Tumenggung Pringgo Wicitro abdi di Keraton Pajang. Saat Pajang runtuh terjadi konflik yang dibantu kompeni, Kiai Jimus pergi bersembunyi di gua Dusun Pilangan dan berganti nama Mustofa," tutur Wiharto.

Pantauan detikJateng, Masjid berbentuk joglo itu semua sudah plester tembok bangunan baru. Pada makam Kiai Jimus di barat makam ditemukan nisan bertuliskan Makam Kiai Djimus kamulyakaken (dibangun) 1 Sura 1894.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Embun Es di Jawa, Fenomena Langka di Dataran Tinggi Dieng"
[Gambas:Video 20detik]
(aku/aku)


Hide Ads