Masjid Al Mujadilah di Qatar, Dibangun Khusus untuk Perempuan

Masjid Al Mujadilah di Qatar, Dibangun Khusus untuk Perempuan

Devi Setya - detikHikmah
Sabtu, 03 Mei 2025 09:00 WIB
Masjid Al Mujadalah Qatar
Masjid Al Mujadalah di Qatar Foto: Design Boom
Jakarta -

Masjid dengan desain futuristik ini berada di Doha, Qatar. Bangunan megah di pusat kota ini adalah masjid yang dibangun khusus untuk muslimah.

Berdirinya bangunan masjid ini adalah gagasan dari Yang Mulia Sheikha Moza binti Nasser, Ketua Qatar Foundation. Sheikha Moza binti Nasser ingin memberikan wadah untuk memberdayakan wanita melalui ibadah, pendidikan, dan komunitas.

Dilansir dari laman resminya, Almujadilah, masjid ini dibangun di atas lahan seluas 4.600 meter persegi. Ini adalah masjid pertama yang dibangun khusus untuk perempuan. Desain bangunan dirancang oleh Diller Scofidio + Renfro (DS+R).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nama Masjid

Masjid ini diberi nama Al Mujadilah karena terinspirasi dari surat Al Mujadilah dalam Al-Qur'an. Surat ke-58 ini memiliki arti Wanita yang Berbicara.

Isi surat ini menceritakan tentang Khawla binti Tha'labah, seorang sahabat Nabi SAW yang berusaha memperbaiki perceraiannya. Keluhannya tentang sang suami yang melakukan talak padanya, tidak hanya berujung pada turunnya awal Surat Al-Mujadilah, tetapi juga perubahan hukum perceraian yang berdampak pada hukum Islam hingga saat ini.

ADVERTISEMENT

Khawla merupakan gambaran perempuan Islam yang mengidentifikasi masalah dan memohon bantuan langsung kepada Allah SWT. Dalam kisah para perempuan muslim, seperti Siti Hajar, Maryam, Asiyah, kita menyaksikan para perempuan yang menghadapi tantangan yang tampaknya tidak dapat diatasi, dan di saat-saat mereka sangat membutuhkan, memohon langsung kepada Allah SWT.

Sheikha Moza binti Nasser mengatakan, "Perempuan adalah, dan akan terus menjadi, landasan masyarakat. Dampak mereka sepanjang sejarah sangat kuat dan signifikan, dan warisan mereka terus berlanjut, sebagaimana disaksikan oleh banyak pemimpin perempuan di antara kita saat ini. Saya mendirikan Al-Mujadilah untuk membina generasi perempuan Muslim berikutnya. Saya membayangkannya sebagai mercusuar bagi para perempuan di masyarakat kita dan sekitarnya untuk mengeksplorasi, berdialog, dan merenungkan. Saya berdoa agar mereka menemukan di Al-Mujadilah tempat mereka dapat berbicara dengan jujur, membangun komunitas, dan menemukan cakrawala baru."

Al-Mujadilah lebih daripada sekedar tempat ibadah, di bangunan ini digelar berbagai kegiatan.

Al Mujadilah saat ini dipimpin oleh Dr. Sohaira Siddiqui, seorang sarjana Studi Islam di Universitas Georgetown. Al Mujadilah menyelenggarakan berbagai program, mulai dari kegiatan ibadah dan studi harian hingga Jadal, sebuah pertemuan tahunan tempat berkumpulnya perempuan dari seluruh dunia untuk membahas peran wanita Muslim dalam kehidupan publik.

Desain Bangunan Masjid

Masjid Al Mujadalah QatarMasjid Al Mujadalah Qatar Foto: Design Boom

Dilansir dari Design Boom, Jumat (2/5/2025) pembangunan masjid Al Mujadilah digawangi oleh DS+R. Elizabeth Diller, salah satu pendiri DS+R mengatakan bahwa membangun masjid khusus perempuan ini merupakan sebuah tantangan besar.

"Membangun masjid untuk perempuan merupakan tantangan yang sangat besar. Ini adalah masjid wanita pertama yang dibangun khusus di mana pun, dan kami sangat tertarik dengan itu. Ini juga bangunan hibrida - tempat untuk pendidikan dan pekerjaan," kata Elizabeth Diller.

Masjid ini memiliki atap yang besar yang dibuat dengan banyak lubang kecil serta pada bagian tengahnya dibuat lubang besar.

"Atapnya dilubangi dengan 5.500 lubang kecil berbentuk kerucut yang dirancang untuk menyebarkan cahaya alami ke seluruh ruangan," jelas Diller.

Cahaya matahari mampu membuat sebagian besar ruangan masjid terang di siang hari sehingga tidak lagi membutuhkan lampu penerang.

Pada bagian dalam masjid sengaja dibuat dengan konsep terbuka tanpa sekat. Pengunjung dapat melihat pohon zaitun yang sengaja ditanam di beberapa sisi masjid. Dua pohon zaitun ditanam dengan sistem menembus atap, ini menjadi simbol perdamaian dan keberlanjutan.

Material pada area wudhu didominasi dengan batu vulkanik. Selain itu terdapat pula kaca yang menjulang tinggi sehingga memberi kesan luas dan terbuka.

Pada area utama, terdapat tempat salat seluas 875 meter persegi dan dibangun untuk menghadap ke Mekkah. Area utama sholat ini mampu menampung hingga 750 jemaah.

Selama bulan Ramadan, aula tersebut diperluas menjadi area serbaguna yang fleksibel, sehingga kapasitasnya meningkat menjadi 1.300 orang. Di dekat area sholat, terdapat ruang kelas dan perpustakaan yang menampung lebih dari 8.000 buku, termasuk teks-teks Islam dan karya-karya wanita Muslim.

Masjid ini juga dilengkapi dengan sebuah menara tidak permanen. Bangunan menara setinggi 39 meter ini dilengkapi dengan pengeras suara.

Menara masjid akan menggemakan adzan sebagai panggilan salat lima kali dalam sehari.

"Secara tradisional, muazin naik ke menara dan menyampaikan panggilan salat kepada jemaah. Selama bertahun-tahun, peran muadzin digantikan oleh pengeras suara yang direkam sebelumnya. Kami tidak dapat mengembalikan muazin, tetapi kami ingin membawa kembali sebagian dari tradisi itu ke dalam panggilan salat. Jadi ada pengeras suara yang naik. Ketika salat selesai, pengeras suara ini turun perlahan. Kami ingin membuat ini menjadi semacam pertunjukan. Lima kali sehari dan pada malam hari, itu tampak seperti pertunjukan yang memukau," jelas Elizabeth Diller.




(dvs/lus)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads