Nama KH Imam Rozi Singo Manjat konon terlibat dalam Perang Diponegoro (1825-1830). Dikisahkan, santri asal Desa Tempursari, Kecamatan Ngawen, Klaten itu memiliki peran penting dalam perang tersebut.
Peran Kiai Imam Rozi salah satunya disebut di buku Sisi Lain Diponegoro yang ditulis sejarawan Inggris, Peter Carey. Dalam buku yang merujuk Babad Diponegoro dan Babad Kedung Kebo, Imam Rozi disebut sebagai penghulu Pangeran Diponegoro.
"Di kemudian hari, Diponegoro berusaha untuk mengekang ambisi Kiai Mojo. la menyarankan agar sang kiai bersedia untuk diangkat menjadi penghulunya dengan mengganti penghulu yang lama, Haji Imam Roji (menjabat 1826-1828),". (Peter Carey 2017: 27).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
detikJateng yang mengunjungi makam KH Imam Rozi di Desa Tempursari menemukan makam bernisan era Mataram Islam itu masih terawat dengan baik. Dua makam berada di bangunan cungkup terbuat dari kayu bercat hijau muda.
Letak makam berada di kompleks pemakaman di barat masjid yang hanya berjarak sekitar 100 meter dari Ponpes Singo Manjat. Ponpes tampak sepi karena santrinya lebih banyak santri kalong.
![]() |
Kerabat KH Imam Rozi, Tri Budi Santoso, menjelaskan Kiai Imam Rozi merupakan panglima perang Pangeran Diponegoro di umur 24 tahun. Sempat tertangkap kompeni di Semarang tapi kemudian bisa bebas karena diminta mengirim surat.
"Dilepaskan dan diperintahkan untuk mengirim surat nawala yang ditujukan kepada Pakubuwono VI. Isi surat diantarnya Kiai Imam Rozi diminta Pangeran Diponegoro mengembangkan agama Islam dan mendapat tanah perdikan di Tempursari," terang Tri Budi kepada detikJateng, Selasa (22/10/2024).
Tri Budi yang terhitung cucu dan menjadi panitia haul Kiai Imam Rozi tiap tahun itu menambahkan, tanah perdikan yang diberikan kepada Kiai Imam Rozi luas sekitar 5-7 hektare. Tanah yang merupakan milik Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat itu pun digunakan untuk makam, masjid, hingga pondok pesantren.
"Beliau meninggal di usia 71 tahun dan dimakamkan di makam Tempursari pada tahun 1872. Alhamdulillah masih terpelihara dengan baik, setiap tahun tanggal 8 Safar itu diadakan kegiatan rutin, haul," imbuh Tri Budi.
Keturunan Kiai Imam Rozi lainnya, M Subhan Abdul Hakim mengatakan Kiai Imam Rozi terkenal lihai sebagai prajurit Pangeran Diponegoro. Perannya sebagai telik sandi atau intelijen.
"Beliau menjadi tim intelijen Pangeran Diponegoro. Setiap ke mana Pangeran Diponegoro mau pergi, beliau selalu terdepan, beliau seorang alim, seorang santri," ungkap M Subhan kepada detikJateng.
Pegiat sejarah Klaten, Hari Wahyudi menyatakan peran KH Imam Rozi memang termuat dalam tulisan Peter Carey. Tertulisnya Kiai Imam Rozi sebagai seorang penghulu.
"Sebagai penghulu, imam besar pada masa perang Jawa yang berhubungan dengan spiritual. Yang mengarahkan Pangeran Diponegoro dalam hal berjihad dan berperang," terang Hari kepada detikJateng.
Menurut Hari, selain seorang santri, dalam literatur Kiai Imam Rozi bergelar Singo Manjat. Gelar tersebut menunjukkan yang bersangkutan seorang prajurit atau laskar.
"Gelar Singo Manjat itu seorang prajurit, seorang perwira. Gelar Singo atau Singa itu identik dengan power, kekuasaan jadi seorang tokoh yang punya peran besar dalam Perang Jawa," kata Hari.
Hal itu, sambung Hari, diperkuat dengan catatan penulis perang Jawa dari Belanda, AWP Wietzel. Weitzel menjelaskan jika awal Perang Diponegoro berkobar pada 1825 lebih banyak di wilayah timur.
"Pergerakan awal perjuangan Perang Diponegoro 1825-1827 itu lebih besar di wilayah timur Yogyakarta dari Klaten, Kartasura, Delanggu. Artinya peran sentral Kiai Imam Rozi ini ya di periode ini," ujar Hari.
"Pada permulaan Perang Diponegoro itu banyak mendapat dukungan dari santri dan ulama, yang salah satunya Kiai Imam Rozi ini. Ulama kiai itu pasti banyak santrinya mungkin ratusan, juga sebagai laskar dan pemimpin para santri maka gelarnya Singo," imbuh Hari.
Terpisah, Kepala Dinas Kebudayaan Pemuda Olahraga dan Pariwisata Pemkab Klaten, Sri Nugroho menyatakan belum mengetahui detail sosok Kiai Imam Rozi Singo Manjat. Dirinya akan melihat data lebih dulu yang ada di dinas.
"Nantinya kita akan lihat dulu data di dinas. Kita buka-buka dulu," katanya saat dihubungi detikJateng.
(rih/apu)