"Kalau tanggul yang kritis sepanjang Sungai Dengkeng itu banyak sekali, setiap saat terus bertambah, kalau 20 titik ada. Mulai dari Kecamatan Gantiwarno," jelas Kabid Sumber Daya Air DPUPR Pemkab Klaten, Harjoko kepada detikJateng, Minggu (19/2/2023) siang.
Menurut Harjoko, alur tersebut mulai dari Kecamatan Gantiwarno sampai Kecamatan Juwiring. Seluruhnya merupakan tanggul tanah.
"Tanggul tanah. Yang sangat berisiko itu di Desa Kadilanggon, Kecamatan Wedi yang berbatasan dengan jalan ke arah gunung kidul," jelas Harjoko.
Dinas, ungkap Harjoko, melakukan antisipasi dengan koordinasi bersama balai besar sungai Wilayah Bengawan Solo. Bantuan logistik juga sudah disiapkan.
"Kami sediakan ada Bronjong dan ada karung plastik untuk memperkuat, saat gotong royong dengan masyarakat," sambung Harjoko.
Disinggung kemungkinan hujan, imbuh Harjoko, kemungkinan masih ada. Risiko banjir juga masih ada tergantung curah hujan.
"Kalau hujan masih berlanjut, risiko longsor dan banjir masih mungkin terjadi. Kemarin elevasi Sungai Bengawan Solo naik juga, sehingga air dari Klaten dari anak-anak sungai harus ngantre sehingga Sungai Dengkeng air tidak masuk ditambah intensitas hujan sekitar Gunung Kidul tinggi," papar Harjoko.
Luapan di beberapa kecamatan kemarin, sebut Harjoko, karena limpasan air Sungai Dengkeng dan anak sungainya. Ada juga karena pintu air yang rusak.
"Pintu kelep yang di pintu Bengawan Solo ada yang sudah rusak karena keropos sehingga saat air naik masuk ke sawah. Desa saya sarankan membuat laporan dan kita juga merekap," imbuh Harjoko.
Plt Kepala Dinas PUPR Pemkab Klaten, Suryanto, menambahkan dari laporan sementara tanggul Dengkeng tidak ada yang jebol. Terakhir tanggul Sungai Sat di Desa Pereng, Kecamatan Prambanan.
"Kemarin malam tanggul Sungai Sat jebol menyebabkan genangan lahan dan talut saluran tersier ambrol. Panjang tanggul sekitar 8 meter, namun paginya air surut,'' ungkap Suryanto kepada detikJateng.
(sip/sip)