Sepasang makam unik terdapat di pemakaman umum Dusun Nglumbang Dungik, Desa Soropaten, Kecamatan Karanganom, Klaten. Kuburan tua tersebut tidak menggunakan batu atau keramik sebagai nisan tetapi menggunakan kayu berukir. Siapa sosok yang dimakamkan?
Kubur nisan kayu itu letaknya di tengah pemakaman umum. Saat detikJateng mencari tulisan nama di lokasi, tak satu pun huruf ditemukan di rumah makam (cungkup) atau di kayunya.
Panjang dua nisan kayu itu sekitar dua meter dengan bahan kayu keras yang lebih menyerupai kayu jati. Nisan berbentuk persegi panjang dengan balok kayu bersusun yang saling terkait di ujungnya.
Balok-balok kayu segi empat itu di tiap ujungnya diukir melengkung. Ukiran melengkung tersebut menyerupai belalai gajah yang ditekuk.
Di bagian atas nisan ditutup dengan papan kayu. Di atas papan, di ujung dan pangkalnya dipasang hiasan setengah kelopak bunga seperti makam batu atau keramik pada umumnya.
Sekretaris Kelompok Pegiat Cagar Budaya (KPCB) Nglumbang Dungik, Widodo menuturkan makam nisan kayu itu dari cerita sesepuh adalah makam Mbah Suro Dinanggo. Seorang prajurit pasukan Diponegoro di perang Jawa.
"Tokoh makam kijing kayu itu menurut sesepuh dusun Mbah Darmo adalah makam Mbah Suro Dinonggo. Ya Mbah Suro konon salah seorang prajurit Diponegoro," terang Widodo kepada detikJateng, Sabtu (14/1/2023).
Makam dengan nisan atau kijing kayu itu, jelas Widodo, oleh masyarakat disebut makam Mbah Gajah. Sebab nisan kayunya berukir seperti belalai gajah.
"Mbah Suro Dinanggo di makam kijing kayu dikenal sebagai makam Mbah Gajah karena nisan seperti belalai gajah. Di Nglumbang Dungik ada dua tombak yang disimpan keturunannya," jelas Widodo.
Selain makam Mbah Suro, di sebelah sisi baratnya ada makam yang juga dituakan warga. Makam itu makam kiai Sanadi.
"Mbah Sanadi itu konon juga prajurit Diponegoro, teman Mbah Suro. Tapi makamnya biasa," imbuh Widodo.
Ketua KPCB Nglumbang Dungik, Agus Purwo Nugroho mengatakan makam itu masih dikunjungi keturunannya dan warga. Terutama setiap malam Jumat.
"Sering diziarahi dan ramainya malam Jumat. Kayunya dari kayu jati yang cukup bagus sehingga bisa bertahan lama," ungkap Agus kepada detikJateng.
Menurut pemerhati budaya Kabupaten Klaten, Yoan Nomensen nisan model kayu digunakan pada sekitar tahun 1800-an Masehi. Nisan kayu juga ditemukan di daerah lain.
"Di daerah lain juga ada. Seperti di makam Kiai Madu di Tumang, Boyolali atau di beberapa makam di jalan Wonosari, Jogja atau di Kebumen juga ada," jelas Yoan kepada detikJateng.
Selengkapnya di halaman selanjutnya.
Simak Video "Video: Sepasang Kuda Berlarian di Jalan Raya Solo-Jogja Bikin Heboh"
(rih/rih)