Kisah Batu Stupa di Makam Ki Ageng Gribig Jatinom Klaten

Kisah Batu Stupa di Makam Ki Ageng Gribig Jatinom Klaten

Achmad Hussein Syauqi - detikJateng
Sabtu, 09 Agu 2025 17:57 WIB
Batu sisa stupa di kompleks makam Ki Ageng Gribig Jatinom Klaten. Foto diunggah Sabtu (9/8/2025).
Batu sisa stupa di kompleks makam Ki Ageng Gribig Jatinom Klaten. Foto diunggah Sabtu (9/8/2025). (Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng)
Klaten -

Ki Ageng Gribig dikenal sebagai ulama besar penyebar agama Islam di Klaten dan sekitarnya. Meskipun sosoknya dikenal sebagai pendakwah, di makam Ki Ageng Gribig kawasan Masjid Gedhe Jatinom terdapat batu sisa stupa yang terawat dengan baik.

Batu sisa stupa itu tingginya sekitar 80 sentimeter dengan diameter 40 sentimeter. Batu berbentuk menyerupai lonceng itu diletakkan di sisi kiri jalan utama menuju makam.

Keberadaan batu itu mudah terlihat setelah melewati gapura pintu makam pertama. Lepas dari gerbang makam yang berbentuk candi bentar itu, batu akan langsung terlihat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Batu tersebut ditata bersama beberapa batu lain di sela makam-makam kuno kompleks makam Ki Ageng. Bentuknya yang relatif masih utuh menyebabkan sisa stupa itu tampak menjulang.

Ketua Dewan Pembina dan Narasumber Kesejarahan P3KAG (Pengelola Pelestari Peninggalan Ki Ageng Gribig) Jatinom, Mohamad Daryanta Rekso Hastonodipuro menjelaskan batu stupa dan beberapa batu lain ditemukan sekitar tahun 2005-2007. Ditemukan saat warga kerja bakti.

ADVERTISEMENT

"Dulu ditemukan saat kerja bhakti program PNPM di bawah tanah. Sebab bukan batu biasa, bersama warga batu itu diletakkan di kompleks makam Ki Ageng agar aman dan lestari," terang Daryanta kepada detikJateng Sabtu (9/8/2025) siang.

Menurut Daryanta, dari hasil diskusi dengan beberapa orang yang concern di bidang purbakala, batu itu identik dengan bagian stupa. Selain stupa ada batu-batu Prigen (persegi).

"Ya juga batu-batu Prigen karena dulu saat saya kecil di sekitar Jatinom itu ada batu-batu bangunan candi yang sudah rusak. Batu-batunya tersebar dan sekarang sudah menjadi permukiman," tutur Daryanta.

"Diletakkan di makam Ki Ageng agar aman. Kita hormati sejarah, kita lestarikan," imbuhnya.

Sementara itu, pegiat Budaya asal Jatinom, Muhammad Ansori mengatakan dari penelusuran sejarah, sisa stupa itu ditemukan warga saat penggalian parit di pertigaan tepi jalan timur masjid. Oleh warga disimpan di kompleks makam.

"Untuk mengamankan ditaruh di makam sampai sekarang. Jadi mungkin dulu di Desa Jatinom itu ada peradaban Buddha dan Hindu yang sampai sekarang masih kita gali sejarahnya," kata Ansori.

Dari jejaknya, sebut Ansori, kemungkinan di desa tersebut dulunya ada peradaban Buddha, kemudian Hindu dan terakhir Islam. Beruntung, sisa peradaban lama itu masih dirawat.

"Dan bagusnya adalah yang peradaban Budha dan Hindu itu masih dirawat. Saat saya SMP sisa batu-batunya dan tempatnya masih ada," imbuh Ansori.

Pegiat sejarah Klaten, Hari Wahyudi mengatakan batu tersebut memang sisa stupa Buddha yang disebut anda atau ganta. Di atas ganta ada harmika.

"Di atas ganta itu ada harmika segi delapan kemudian di atasnya ada Yasti. Dari bentuknya itu bukan stupa utama tapi stupa pendamping," jelas Hari.

"Hipotesa saya itu bagian stupa dari biara Abhyananda yang menurut prasasti Mao (timur Jatinom) lokasinya sekitar situ (Jatinom)," sebut Hari.

Diwawancarai terpisah, Analisis Cagar Budaya dan Koleksi Museum Dinas Kebudayaan Pemuda Olahraga dan Pariwisata Pemkab Klaten, Wiyan Ari Tanjung menyebut batu tersebut belum didata.

"Untuk stupa di makam Ki Ageng Gribig belum kami data," jawab Wiyan Ari.




(aku/aku)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads