Sebagai wilayah berbasis pertanian, Kabupaten Klaten memiliki sejumlah peninggalan berupa bendung irigasi. Bendung Jaban di Desa Wadung Getas, Kecamatan Wonosari merupakan salah satu bendung tertua.
Bendung Jaban terletak di aliran Sungai Jebol di selatan Desa Sidomulyo dan di utara Desa Kepanjen, Kecamatan Delanggu. Tembok dan sayap bendung tidak menggunakan plester semen sehingga tekstur batu andesit utuh terlihat jelas.
Pada pintu bendung bagian atas hanya diplester sederhana sebagai lis. Di temboknya tertulis angka 1908 sebagai tanda tahun pembuatan bendung dan 1.092 hektare lebih yang dicakup pasokan airnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski terlihat tua, bendungan setinggi sekitar 4-10 meter itu masih kokoh. Airnya yang jernih dialirkan ke selatan mengisi saluran yang kondisi fisiknya sama dengan bendung.
detikJateng menelusuri jaringan irigasinya, air dari bendungan mengalir ke timur melintas persawahan wilayah Desa Kepanjen, Wadung Getas, Sekaran, Boto, Bentangan, Duwet dan lainnya. Tembok jaringan irigasi Jaban berakhir di Desa Duwet sejauh sekitar 5 kilometer di bekas PG Wonosari.
"Itu yang buat tahun 1908 di zaman Belanda. Itu kalau Belanda tidak mendirikan pabrik gula (PG) di Wonosari tidak akan ada bendungan," tutur Paino (60) warga sekitar bendung kepada detikJateng, Sabtu (23/8/2025) siang.
![]() |
Menurut Paino, sebab PG Wonosari membutuhkan pasokan air, Belanda membendung Sungai Jebol dialirkan ke selatan. Air yang berasal dari beberapa mata air wilayah Cokro, Kecamatan Polanharjo dialihkan ke saluran.
"Dari Cokro lewat sungai Jebol dibendung dialirkan ke saluran. Saluran itu dibuat Belanda dengan kerja paksa, konon tahanan, begitu kata simbah-simbah dulu," ungkap Paino.
Dijelaskan Paino, bendung Jaban masih asli meski pengaman di bawahnya pernah direhab tahun 1989. Di atas pintu air sebenarnya memiliki atap tapi telah rusak.
"Atap di pintu airnya sudah rusak sekarang tidak diberi. Sungai Jebol tidak pernah kering meskipun kemarau jadi mengairi pertanian sampai sana, jauh Kecamatan Wonosari timur,' lanjut Paino.
"Kalau musim hujan, pintu air ditutup karena kalau tidak bisa banjir dan saluran tidak muat," imbuhnya.
Koordinator Pengawas Sungai Wilayah Klaten Balai Besar Sungai Wilayah Bengawan Solo (BBSWBS), Alung Prasaja Utama menyatakan sebagai wilayah agraris, Klaten banyak bendung kecil atau besar tinggalan kolonial. Salah satunya yang tertua bendung Jaban.
"Betul yang tertua bendung Jaban dibangun tahun 1908 di aliran Sungai Jebol. Bahkan di belakang rumah saya juga ada bendung buatan Belanda buatan 1924," ungkap Alung kepada detikJateng.
"Bendung tua di Klaten antara lain ada bendung Ploso, Kecamatan Polanharjo dibuat tahun 1924, bendung Jaban tahun 1908 dan bendung Grojogan Sungai Beji Desa Tambak, Kecamatan Karangdowo dibuat tahun 1924," imbuhnya.
(aku/aku)