Emak-emak Klaten Ini Buka Warung di Makam, Auto Tutup Jika Ada yang Meninggal

Emak-emak Klaten Ini Buka Warung di Makam, Auto Tutup Jika Ada yang Meninggal

Achmad Hussein Syauqi - detikJateng
Rabu, 30 Jul 2025 16:17 WIB
Warung makan di bangsal makam Desa Pucang Miliran, Kecamatan Tulung, Klaten, Rabu (30/7/2025).
Warung makan di bangsal makam Desa Pucang Miliran, Kecamatan Tulung, Klaten, Rabu (30/7/2025). (Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng)
Klaten -

Kompleks kuburan selama ini identik sebagai tempat menyeramkan, tapi tidak bagi Yatin Priyanti (44), warga Desa Pucang Miliran, Kecamatan Tulung, Klaten. Ibu dua anak itu justru menjadikan bangsal permakaman sebagai tempat membuka warung.

Tempat usaha yang ditempati Yatin berada di tepi jalan dusun tidak jauh dari jalan Raya Klaten-Boyolali. Bangsal yang sekaligus gerbang menuju makam Dusun Saluhan itu berukuran sekitar 3x15 meter.

Bangunan bangsal kampung itu beratap kayu dan genteng tanah dengan tembok bercat putih. Di pojok selatan terdapat keranda mayat dan perlengkapan penguburan jika ada warga yang meninggal.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di sisi utara dekat pintu masuknya, Yatin meletakkan meja, lemari, kursi dan tikar untuk warungnya. Di tengah bangsal tikar dan meja ditata untuk pengunjung warung yang ingin makan di tempat.

Menu yang dijual wanita asli Desa Pucang Miliran itu ada lotek, gado-gado, soto ayam dan tahu guling. Meskipun menempati bangsal makam, pelanggan tetap datang silih berganti.

ADVERTISEMENT

"Di sini sudah sejak 2018, pas (pandemi) COVID. Saat COVID disini tidak begitu ramai untuk pemakaman," tutur Yatin, mengawali ceritanya kepada detikJateng, Rabu (30/7/2025) siang.

Yatin menceritakan sebelum berjualan di bangsal kompleks makam dirinya berjualan kelapa muda di Jogja. Setelah pulang, dirinya berjualan di bangsal makam.

"Saya pulang dan berjualan di sini ya karena adanya di sini, karena kalau di tempat orang bisa diminta tempatnya. Ya di sini izin ke RT RW dan tidak masalah," kata Yatin.

Menurut Yatin, karena menempati bangsal makam, jualannya pasti diliburkan jika ada orang meninggal. Setelah itu jualan lagi seperti biasa dan selama ini laku.

"Sudah terbiasa di sini, ya tetap laku meskipun habis ada yang dikubur. Pagi dan siang tetap ramai meskipun warga tahu ini bangsal makam," lanjut Yatin.

Warga yang baru pertama datang, sambung Yatin, biasanya kaget dan bertanya karena ada keranda di dekatnya. Tapi setelah paham warga pun menganggap biasa.

"Ya tanya kok ada keranda tapi setelah tahu ya biasa. Malam Jumat kan pada nyekar (ziarah) tapi malah ramai yang datang," papar Yatin.

"Kalau tiap pagi kan bangsal ini untuk parkir warga ke pasar, siang saya gunakan jualan," lanjut Yatin.

Yatin mengatakan keluarganya tidak pernah khawatir dagangannya tidak laku karena berjualan di bangsal makam. Dia mematok harga lotek Rp 12.000 pakai telur.

"Pakai telur Rp 12.000, biasanya Rp 7.000 dan Rp 8.000. Ya warga sudah biasa di sini," imbuhnya.

Salah satu warga Desa Padan Daleman, Kecamatan Tulung, Sumiyati, mengaku sudah biasa membeli di warung tersebut. Meskipun mengetahui jika di kompleks makam.

"Ya biasa tiap hari ke sini. Ya tahu itu ada makam tapi biasa saja dari dulu," kata Sumiyati.




(aku/ams)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads