Asal-usul Singomodo, Dukuh di Sragen yang Pantang Dengar Nyanyian Sinden

Asal-usul Singomodo, Dukuh di Sragen yang Pantang Dengar Nyanyian Sinden

Agil Trisetiawan Putra - detikJateng
Senin, 31 Okt 2022 10:29 WIB
Papan peringatan di makam Syekh Nasher, Dukuh Singomodo, Desa Kandangsapi, Kecamatan Jenar, Kabupaten Sragen. Foto diunggah pada Minggu (30/10/2022).
Papan peringatan di makam Syekh Nasher, Dukuh Singomodo, Desa Kandangsapi, Kecamatan Jenar, Kabupaten Sragen. Foto diunggah pada Minggu (30/10/2022). Foto: Agil Trisetiawan Putra/detikJateng

Penamaan Dukuh Singomodo sendiri berawal saat Syekh Nasher datang ke lokasi tersebut. Saat itu, Dukuh Singomodo masih berupa hutan belantara yang banyak hewan buas.

"Singomodo sendiri diambil dari kata singo (Singa) dan modo yang artinya tidak bisa dipaido (dibantah)," ucapnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hingga saat ini, warga di sekitar Makam Singomodo masih memegang pantangan-pantangan dari leluhurnya tersebut. Bahkan warga takut memiliki radio hingga televisi. Hal tersebut dibenarkan oleh Kepala Desa (Kades) Kandangsapi, Pandu.

"Kepercayaan itu masih dipegang erat oleh warga. Tidak ada yang memiliki televisi maupun radio, terutama yang rumahnya di dekat makam. Mereka khawatir jika nanti keputar lagu sinden," kata Pandu.


(rih/sip)


Hide Ads